Perlindungan yang diberikan kepada seseorang berdasarkan hukum kebiasaan.

48 1. Duta besar, utusan atau pedagang yang memiliki bukti yang dapat menerangkan statusnya seperti berikut ini:. Dalam hal ini, Ibn Muflih al-Hanbali berkata: “Haram hukumnya seseorang yang memasuki wilayah negara kita tanpa izin. Namun dibolehkan bagi utusan delegasi dan pengusahapedagang secara khusus.” 71 Al-Baidâwi menyatakan: “Duta besar dan pendengar bacaan al-Qur’an dijamin oleh Syariat Islam, yang berbeda halnya dengan pedagang, yang tidak akan mendapat rasa aman hingga ia menjadi seorang Mukmin yang sesungguhnya”. 72

2. Perlindungan yang diberikan kepada seseorang berdasarkan hukum kebiasaan.

Dalam hal ini, salah satu pendapat yang terbaik, tercantum dalam kitab Hâsyiyah Ibn ‘Âbidin: “Singkat kata, menurut kebiasaan, seseorang yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan, ketika ia mencari perlindungan, maka dia akan memperoleh perlindungan; dan kebiasaan itu dapat menjadi hukum, selama tidak ada norma hukum eksplisit yang berlawanan dengannya. Jika kita menemukan seorang non-Muslim, di wilayah negara Muslim, berkata: “Saya 71 Ibn Muflih, Kitâb al-Furû` fî Fiqh al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Matba’ah. Al-Manâr, Kairo, 1354H., Bab III, h. 627; demikian juga karyanya, al-Mubdi’ fî Syarh al-Muqni’, Jilid III, h. 394. 72 al-Baidâwi, al-Gâyah al-Quswâ fi Dirâyat al-Fatwâ, tahqîq: Muhy al-Dîn Dâgi, Kairo: Dâr al-Nasr li al-Tabâ’ah al-Islâmiyyah, 1982, Jilid II, h. 953. 49 datang untuk memperoleh perlindungan”, ucapannya itu bisa saja tidak kita terima. Demikian pula tidak dapat dibenarkan, jika dia mengatakan: “Saya adalah utusan Raja yang diutus untuk menemui Khalifah”, kecuali jika dia dapat menunjukkan bukti tertulis seperti surat, meskipun mungkin saja surat itu hasil rekayasa. Sebab, seorang utusan dapat memperoleh perlindungan sebagaimana praktik yang berjalan, baik dalam tradisi Jahiliyyah pra-Islam maupun dalam tradisi Islam, meskipun tidak ada dua orang Muslim di wilayah orang tersebut yang menjadi saksi baginya. 73 Al-Buhûti mengatakan: “Orang yang masuk dari kalangan mereka ke negeri Muslim tanpa memperoleh perlindungan dan mengklaim bahwa dia adalah seorang utusan atau dia adalah pedagang dan dia memiliki barang untuk dijual, maka klaimnya itu dapat diterima jika kebiasaan setempat mengakuinya, seperti masuknya perniagaan non- Muslim ke wilayah Muslim, dan sebagainya. Sebab, klaimnya mungkin benar benerfit of doubt sehingga hal itu menjadi alasan untuk mencegah tindakan pembunuhan terhadap dirinya. Juga karena tidak mungkin pula diajukan bukti atas hal itu dan juga karena kebiasaan dipandang sebagai perjanjianperaturan, maka terhadapnya tidak 73 Lihat Ibn ‘Âbidîn, Hâsyiyah Radd al-Muhtâr, Kairo: Mustafâ al-Bâbî al-Halabî, 1387 H1966M, Bab IV, h. 135. Lihat juga: al-Sarakhsî, al-Mabsût, Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.th., Bab X, h. 92-93. 50 dikenakan hukuman. Namun, jika tidak terdapat kebiasaan itu maka status orang tersebut seperti sediakala, yakni rentan dan tidak memperoleh perlindungan. Demikian juga, jika tidak ada benda perniagaan yang menyertainya, ketika dia mengklaim bahwa dirinya adalah musta’min orang yang mencari perlindungan, maka dia harus dipandang telah bersikap tidak jujur. Dalam keadaan demikian, orang ini dapat menjadi tawanan perang, di mana penguasa negara dapat memutuskan dengan pilihan, yakni menjatuhkan baginya hukuman mati, menjadikannya sebagai budak, membebaskannya secara cuma-cuma, atau memulangkannya dengan membayar tebusan. 74

3. Klaim seseorang yang didukung oleh bukti prima facie