Suaka tidak dengan sukarela kemauan sendiri

116 dikatakan bahwa sesungguhnya melalui pendekatan ini, Syariat Islam berbeda dengan praktek dan ketentuan umum, yang saat ini diikuiti sebagian Negara, yang memberlakukan hukuman keras bagi warganegara asing yang masuk ke sebuah negaranya tanpa dilengkapi dokumen resmi.

9. Suaka tidak dengan sukarela kemauan sendiri

Bisa saja terjadi kasus suaka yang tidak dikehendaki atau bukan kemauan sendiri, misalnya dalam kasus terdamparnya perahu lantaran badai laut yang ganas hingga singgah di pantai sebuah negara yang tidak direncanakan. Hal ini menyebabkan orang tersesat dalam perjalanan hingga memasuki batas negara lain. Bagaimanakah pandangan Syariat Islam dalam masalah seperti ini. Para ahli Syariat Islam mengemukakan beberapa pendapat mereka dalam kasus seperti ini. Di antaranya pendapat yang dikemukakan oleh Imam Ibnu Qudamah, “Barang siapa yang tersesat dan kehilangan jejak dalam medan pertempuran, hingga ia masuk ke wilayah negeri Muslim, atau orang tersebut terbawa angin hingga masuk dalam wilayah kita, atau dibawa oleh binatang seseorang yang berbahaya seperti seorang pembunuh atau sadis atau yang sejenisnya, maka Imam Malik berpendapat orang itu boleh saja dibunuh. Lihat Ibn al-Rusyd, al- Bayân wa al-Tahsîl wa al-Syarh wa al-Taujîh wa al-Ta’lil fî Masâ`il al-Mustakhrajah, Beirut: Dâr al-Garb al-Islâmîy, 1408 H1988 M, Jilid III, h. 20-21. Dari uraian ini tampak jelas perbedaan mendasar antara pengungsi di satu sisi dan tawanan perang di sisi lain yang tidak memiliki status pengungsi, tentu saja akan diperlakukan berbeda. 117 kendaraannya hingga akhirnya masuk dalam wilayah kita, maka menurut Abu al-Khattâb terdapat dua pendapat. Pendapat pertama, menyatakan bahwa orang itu masuk dalam kategori fa’i rampasan perang, sebab ia jelas merupakan harta orang musyrik yang masuk dalam wilayah kita tanpa adanya peperangan, hal ini sama persis dengan harta rampasan perang yang ditinggal lari oleh musuh karena kepanikan. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa harta yang tiba-tiba datang ke wilayah negeri Muslim ini menjadi milik siapa saja yang menemukannya, sebab harta itu datang dengan sendirinya tanpa ada usaha perebutan dari pihak yang mendapatkannya, maka ia berhak memilikinya sebagaimana berbagai hal lain yang dibolehkan yang terjadi di negeri Muslim. 153 Dengan demikian, jelaslah bahwa terdapat kasus seperti ini termasuk suaka yang tidak dikehendaki oleh pengungsi yang bersangkutan, dan konteks suaka hanya sebatas nama saja, tapi tidak dilihat dari arti katanya secara hakiki. Alasannya karena hal itu terjadi dalam suasana perang, oleh karena itu kaidah yang berlaku juga harus didasarkan atas aturan-aturan peperangan, sehingga orang-orang yang terlibat 153 Ibn Qudâmah al-Maqdisiy, al-Kâfi fi al-Fiqh ‘ala Madzhab al-Imâm al-Mubajjal Ahmad ibn Hanbal, Kairo: Dâr Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1993, Jilid IV, h 219. 118 didalamnya diperlakukan sebagai peserta perang dan bukan sebagai pengungsi. 154

10. Suaka lantaran adanya aktvitas peperangan atau militer