247
suaminya. Kemudian, sang perempuan itu pergi menemui suaminya di Yaman, lalu dia mengajaknya menemui Rasulullah
SAW, dan kemudian beliau mengesahkan perkawinannya yang pertama.
309
B. Menurut Hukum Internasional
Perspektif hukum internasional perihal penghentian suaka lantaran faktor ini tidak berbeda dengan perihal penghentian
suaka lantaran faktor yang disebut pada Pasal 1 C, klausa 1 dan 4, Konvensi 1951.
5. Melakukan negosiasi dengan negara asal untuk menjamin pemulangan pengungsi secara aman
A. Menurut Syariat Islam
Dalam pandangan Syariat Islam, suaka dapat berakhir lantaran pengungsi memperoleh jaminan perlindungan dari
otoritas negara asal yang ditinggalkannya, dan pengungsi tersebut dijamin bahwa dia tidak akan dianiaya atau diadili. Terdapat
contoh populer tentang hal ini, yakni terjadi suatu peristiwa negosiasi antara ‘Adid al-Daulah dan Raja Romawi 372 H.
Penyebab peristiwa negosiasi ini ialah tindakan mengungsi yang dilakukan oleh salah seorang warganegara Romawi, yang
bernama Ward, ke negara Islam. Di tengah-tengah negosiasi, Raja
309
al-Raqqâm al-Basriy, al-‘Afw wa al-I’tizâr, Jilid 1, h. 290-291 Lihat contoh-contoh lainnya pada h. 292 dan sesudahnya, Sunan Ibn Mâjah, Hadis No. 2008, Jilid. I, h. 647. Dari ‘Ikrimah, dari Ibn ‘Abbâs
dilaporkan bahwa Rasulullah mengembalikan anak perempuannya kepada Amr ibn al-‘Âsh ibn al-Rabî’, dua tahun setelah pernikahannya.
248
Romawi meminta penyerahan orang tersebut; lalu ditolak oleh negosiator muslim yang bernama Ibn Syahrâm dengan
mengatakan: “Saya tidak mendengar peristiwa ini dan tidak pula menghadirinya; maka saya menolak menyetujui permintaan itu.”
Pada akhirnya, negosiasi itu dapat diselesaikan dengan sukses oleh kedua negara. Agar jaminan perlindungan yang diberikan
kepada pengungsi seperti yang tersebut dalam perjanjian tidak dilanggar, masyarakat Muslim mengirim surat kepada Raja
Romawi agar ia memberikan jaminan keamanan dan perlakuan yang baik bagi orang Muslim dan saudaranya, dan
mengembalikan kedua orang itu pada kedudukannya yang terdahulu dan keadaannya yang tepat. Demikian pula, Ward
terikat dengan perjanjian yang menyatakan bahwa ia tidak dibolehkan mengancam stabilitas keamanan Kekaisaran
Romawi.
310
B. Menurut Hukum Internasional
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan suaka di suatu negara dapat berakhir, seperti pengembalian kewarganegaraan
apabila seseorang telah memperoleh suaka di negara lain. Lebih dari itu, Pasal 1C Konvensi 1951 menegaskan sejumlah keadaan
310
Lihat Ibn Miskawaih, Kitâb Tajârub al-Umam, Baghdad: Maktabah al-Matsnâ, Mesir: Matba’at al- Syirkah al-Tamaddun al-Sanâ’iyyah, 1333 H 1915 M, Jilid II, h. 396-397; Perdana Menteri Abû Sujâ’, digelari
Zahîr al-Dîn al-Ruwadzrâwiy, Dzail Kitâb Tajârub al-Umam, Baghdad: Maktabah al-Matsnâ, Mesir: Matba’at al-Syirkah al-Tamaddun al-Sanâ’iyyah, 1334 H 1916 M, h. 28-39, h. 111 dan seterusnya. Lihat juga notulen
dan hasil negosiasi tersebut dalam Ahmad Abû al-Wafâ, Kitâb al-I’lâm bi Qawâ’id al-Qânûn al-Duwaliy wa al- Ilâqât al-Duwaliyyah fi Syarî’ah al-Islâm, Vol. IX, h. 478-499.
249
yang mengakibatkan berakhirnya masa pemanfaatan suaka oleh pengungsi atau biasa dikenal sebagai “cessation clauses”, yaitu
:
311
1. apabila dia secara sukarela mengambil kembali perlindungan negara asalnya; atau
2. apabila dia secara sukarela memperoleh kembali kewarganegaraannya setelah dia kehilangan kewarganegaraan;
atau 3. apabila dia telah memperoleh kewarganegaraan baru dan
menikmati perlindungan dari negara barunya itu; atau 4. apabila dia kembali secara sukarela ke negara yang dia
tinggalkan atau tetap di luar negara itu lantaran takut akan penganiayaan; atau
5. apabila dia tidak mampu lagi karena hilangnya faktor keadaan yang melahirkan pengakuan akan dirinya dalam kapasitasnya
sebagai pengungsi untuk terus menolak perlindungan dari negara asalnya; atau
6. Meski dia tidak memiliki kewarganegaraan, dia karena hilangnya faktor keadaan yang melahirkan pengakuan akan
dirinya dalam kapasitasnya sebagai pengungsi dapat pulang kembali ke negara yang didiaminya terdahulu.
312
311
Lihat juga kasus-kasus lain yang disebutkan dalam Pasal 1-4 Convention Governing the Specific Aspects of Refugee Problems in Africa, 1969.
312
Lihat dalam Conclusion No. 69 on Cessation of Refugee Status, Komite Eksekutif menekankan bahwa dalam pengambilan semua kesimpulan terhadap permohonan klausa penghentian yang didasarkan pada
“keadaan terhenti” ceased circumstances, negara harus secara hati-hati menilai karakter dasar mengenai
250
BAB VI PERBANDINGAN ANTARA
SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM KONTEKS HAK SUAKA
Pada bagian ini, kami akan memaparkan persamaan antara pandangan Syariat Islam dan hukum internasional tentang hak
suaka, dan kemudian dilanjutkan dengan paparan mengenai perbedaan antara pandangan Syariat Islam dan hukum
internasional tentang isu yang sama.
A. Segi persamaan antara pandangan Syariat Islam dan Hukum Internasional tentang hak suaka
Indikator terpenting persamaan antara pandangan Syariat Islam dan hukum internasional tentang hak suaka tergambarkan
sebagai berikut: 1. Larangan pemulangan kembali pengungsi ke negara di
mana dia menghadapi risiko penganiayaan; 2. Larangan penjatuhan hukuman terhadap pengungsi yang
masuk atau berada di dalam wilayah suatu negara secara ilegal;
perubahan yang terjadi dalam negara asal, termasuk situasi hak asasi nasionalnya secara umum, dan begitu juga penyebab khusus dari adanya ketakutan akan penindasan, untuk memastikan cara yang obyektif dan dapat
diverifikasi yang membenarkan pemberian status pengungsi untuk diakhiri. Juga ditekankan bahwa “keadaan terhenti” dari klausa pengakhiran tidak dapat diterapkan kepada pengungsi yang masih takut akan penindasan.
Lihat Conclusions on the International Protection of Refugees, adopted by the Executive Committee of the UNHCR Programme, Geneva, 1996, Conclusion No. 69 IVIII h. 170 -171.