123
Menurut pandangan kami, untuk menyelesaikan kasus ini, sangat memungkinkan jika pengungsi yang ada dalam
kawasan peperangan ini dianalogikan seperti barang yang disandera atau gadai, dalam arti bahwa tawanan perang
tidak boleh dikembalikan, dan harus tetap diberikan perlindungan suaka teritorial, jika mereka masuk agama
Islam atau berstatus sebagai dzimmiy atau bilamana ada ketakutan akan keselamatan nyawa mereka apabila
dipulangkan.
11. Penghormatan suaka oleh pihak ketiga kepada negara yang memiliki perjanjian dengan Muslim
Terkait masalah ini dapat dilihat dalam Q.S. al-Nisâ’4:88- 90:
Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah
telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi
petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barang siapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak
mendapatkan jalan untuk memberi petunjuk kepadanya. Q.S. al-Nisâ’4:88
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama dengan
mereka. Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah pada
jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan
124
bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi
pelindung, dan jangan pula menjadi penolong,.. Q.S. al- Nisâ’4:89.
… kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada
perjanjian damai atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk
memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka
terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu
serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk menawan dan
membunuh mereka.Q.S. al-Nisâ’4:90.
Hal mendasar yang kami perhatikan dalam kajian ini ialah kalam Allah yang berbunyi …kecuali orang-orang yang
meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian damai.Q.S.al-
Nisâ’4:90 Dalam hal ini, Al-Farrâ’ mengatakan:
Jika Nabi SAW membuat perjanjian dengan beberapa orang yang tidak memerangi atau membantu yang lain untuk
memerangi Beliau, dan mereka membuat kesepakatan damai maka dilarang untuk melawan orang-orang tersebut atau
orang-orang yang menyertai mereka. Maka pendapat beliau dalam masalah memerangi Rasulullah SAW sama dengan
pendapat mereka, sehingga sepakat tidak boleh memerangi
125
Rasulullah SAW, itulah maksud dari kalam Allah “
نﻮﻠﺼﻳ
”, menghubungkan, artinya adalah “
نﻮﻠﺼﺘﻳ ﻢ
”, orang-orang yang meminta perlindungan kepada suatu kaum.
163
Kami berpendapat bahwa pengecualian yang terdapat dalam ayat yang berbunyi:
Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada
perjanjian damai. Q.S. al-Nisâ’4:90. benar-benar mengandung prinsip dan kaidah-kaidah hukum
Internasional yang wajib diikuti. Ayat tersebut bahkan melahirkan tiga aturan dasar yakni 1. adanya perluasan
dampak perjanjian terhadap pengungsi yang terhubung dengan pihak ketiga, 2. penghormatan atas hak suaka, dan 3.
tidak melakukan intervensi dan tidak ikut serta dalam tindakan permusuhan terhadap pengungsi. Hal ini bisa
dijelaskan dengan uraian di bawah ini : a. Memperluas pengaruh atau dampak perjanjian internasional
terhadap pengungsi yang terhubung dengan pihak ketiga. Ayat-ayat suci al-Qur’an di atas menyebutkan bahwa
sesungguhnya terdapat pengecualian dari pernyataan dalam ayat sebelumnya mengenai “penawanan dan pembunuhan”,
163
Abû Zakariyâ Yahya bin Ziyâd al-Farrâ’, Ma’âni al-Qur’ân, Beirut: ‘Âlam al-Kutub,1980, Jilid I, h 281-282 . Ibn al-‘Arabi menyatakan, Q.S. al-Nisâ’4:90 mengandung arti bahwa siapa saja yang bergabung
dengan suatu kelompok yang memiliki perjanjian dengan Muslim maka Muslim tidak boleh menangkap orang itu karena dia telah terikat perjanjian tersebut. Ibn al-‘Arabi, Ahkâm al-Qur’ân, op.cit., jilid I, h. 469-470.
126
dan ayat–ayat tersebut berlaku bagi kaum yang memiliki perjanjian damai dengan Muslim. Dalam uraian ayat-ayat ini
terdapat batas-batas pengecualian yang sangat jelas. Pengecualian berlaku walaupun tidak secara tegas disepakati
dalam sebuah perjanjian, dan dapat berlaku hanya dengan bergabung dengan suatu kaum yang telah memiliki perjanjian
damai dengan kaum Muslimin. Dengan kata lain, berlaku secara de facto. Sebab kalau telah ada perjanjian dengan
kaum yang telah ada kesepakatan damai dengan kaum Muslimin, berarti mereka sudah tidak berpaling, sehingga
tidak perlu lagi ditawan dan diperangi. Hal ini juga berlaku bahkan ketika seseorang tidak menunjukkan keinginan atau
persetujuan terhadap perjanjian macam itu seperti yang tertuang dalam konvensi Vienna tahun 1969, khususnya
tentang adanya pengaruh perjanjian terhadap pihak lain. Tentu saja jika nyata-nyata terdapat unsur permusuhan yang
membahayakan kekuasan pemerintahan Islam atau ada suatu gejala yang mengganggu keamanan pemerintah, maka tidak
berlaku ketentuan mendasar sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. Sebab dalan konteks ini tidak diragukan lagi
bahwa ada unsur permusuhan atas kedaulatan Islam dan bukannya ada unsur hubungan sehat dan damai dengan kaum
Islam.
127
b. Penghormatan atas hak suaka teritorial: Beberapa ayat di atas mengisyaratakan tentang adanya perlindungan bagi pencari
suaka teritorial, terutama dalam menunjuk orang-orang yang bergabung dan meminta perlindungan kepada sesuatu kaum
yang memiliki perjanjian damai dengan kaum Muslim, maka orang tersebut dapat menikmati keuntungan dari perjanian
tersebut dan kepadanya hak suaka harus ditepati.
164
Dengan demikian, perjanjian ini bisa disebut sebagai semacam sebuah
kontrak pemberian rasa aman yang memang wajib diprioritaskan oleh orang-orang Islam,
165
dari pihak dan arah manapun para pencari suaka ini berasal, baik mereka itu ada
hubungan kekerabatan dengan pihak pemberi suaka maupun tidak
166
dan bahkan jika orang tersebut tidak menjadi bagian dari perjanjian dengan kaum Muslim, namun mereka hanya
berada dalam kedaulatan negara yang telah memiliki kesepakatan damai dengan kaum Muslimin. Menurut
pendapat kami, perluasan dampak hukum terhadap pihak
164
Al-Khâzin mengatakan bahwa makna “yasilûn” dalam ayat ini ialah dimiliki oleh, atau terhubung atau memasuki perjanjian untuk perlindungan. Ibn ‘Abbâs mengatakan bahwa seseorang yang mencari
perlindungan kepada kaum yang telah terlebih dahulu mempunyai perjanjian damai dengan Islam adalah sama saja seperti telah terikat dengan perjanjian yang sama. Lihat al-Khâzin, Lubâb al-Ta’wîl fi Ma’âni al-Tanzîl,
Kairo: Maktabah Mustafa al-Bâb al-Halabi, 1370 H1955 M, Jilid I, h. 571
165
Artinya, menurut sebagian ulama fikih, dilarang membunuh orang yang punya hubungan dengan
sekelompok pihak ketiga yang menjalin perjanjian damai dengan Muslim karena “bagi mereka hak-hak perlindungan berlaku sebagaimana hak-hak yang melekat pada pihak ketiga”, bahkan baginya berlaku hak-hak
dzimmiy. Ibn Jarîr al-Tabari, Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta’wîl Âyi al-Qur’ân, Jilid IX, h. 19.
166
al-Tabari mengkritik pembatasan dalam ayat ini yang hanya membahas sebatas orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum yang telah memiliki perjanjian damai dengan kaum Muslim. Lihat
Ibn Jarîr al-Tabari, Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta’wîl Âyi al-Qur’ân, Jilid IX, h. 20. Lihat pula al-Zamakhsyari, al- Kasysyâf ‘an Haqâ’iq al-Tanzîl wa ‘Uyûn al-Aqâwil fi Wujûh al-Ta’wîl Kairo: Maktabah Mustafa al-Bâb al-
Halabi, 1392 H1972 M, Jilid I tahqîq Muhammad al-Sâdiq Qamhawi, h. 551; al-Syaukâni, Fath al-Qadîr, al- Nâsyir Mahfuz al-‘Ali, Beirut:, Jilid I, h. 495-496; dan al-Jassâs, Ahkâm al-Qur’ân, Jilid II, h. 220.
128
ketiga bergantung juga pada batasan fisik dan ruang, yakni kehadiran dan kedudukan pengungsi dalam teritori negara
yang bersangkutan. Dengan demikian, jika mereka tidak berada di atau
telah meninggalkan teritori, secara langsung mereka tidak dapat menikmati perlindungan sebagai perluasan perjanjian
tersebut, kecuali terdapat perjanjian atau kesepakatan dalam bentuk lain.
c. Tidak adanya intervensi dan ketidakikutsertaan dalam perlawanan, serta pada saat yang sama menciptakan
perdamaian. Tidak diragukan lagi bahwa dengan adanya pengecualian dalam ayat Q.S. al-Nisâ’4:90 konsekuensi yang
muncul adalah tidak boleh adanya kekerasan atau perlawanan terhadap kaum yang telah memiliki perjanjian damai dengan
dengan kaum Muslimin, karena mereka telah dianggap sebagai pengungsi bagi kaum Muslim.
12. Migrasi akibat pendudukan musuh atas wilayah Islam