Perlakuan terhadap pengungsi Perbedaan pandangan Syariat Islam dan Hukum Internasional tentang hak suaka

260 2005, menegaskan bahwa: “…hak dasar dan kebebasan publik, menurut Syariat Islam, merupakan ajaran integral tidak dapat dipisah – pisah. Tak seorangpun memiliki hak untuk menghentikan, merusak, atau mengabaikannya.’’ 327 Syariat Islam merupakan suatu entitas yang memiliki totalitas, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. 328 Menurut hukum internasional modern, gagalnya suatu negara memenuhi kewajibannya untuk memberikan suaka disebabkan oleh 2 dua hal. Pertama, negaralah yang berhak menentukan dasar alasan pemberian suaka. Dalam hal ini, Pasal 1 paragraf 3 Deklarasi tentang Suaka 1967 menyatakan bahwa pihak negara pemberi suaka berhak menentukan dasar alasan pemberian suaka. Kedua, hak setiap orang untuk meminta dan memperoleh suaka di negara lain adalah sejalan dengan peraturan perundang-undangan negara dan konvensi internasional Pasal 12 paragraf 3 Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Bangsa-bangsa, 1981. Sementara itu, dalam agama Islam, seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemberian suaka itu bersifat wajib, dan dalam sejumlah keadaan, tidak ada pilihan lain.

6. Perlakuan terhadap pengungsi

Dalam masalah ini, sejarah Islam memberikan contoh yang 327 Lihat teks dalam: Collection of International Instruments and Legal Texts concerning Refugees and others of Concern to UNHCR, op cit, Jilid. 3, h. 1171 Paragraf 6. 328 Lihat Abû al-A’lâ al-Maudûdi, Nazariyyah al-Islâm wa Hadyih fî al-Siyâsah wa al-Qânûn wa al- Dustûr, Beirût: Mu’assasat al-Risâlah, 1400 H 1980 M, h. 159. 261 paling baik. Sejarah Islam memperlihatkan bahwa pengungsi, baik Muslim maupun non-Muslim, harus diberikan perlakuan yang tidak kurang dari, jika tidak bisa dikatakan melebihi, yang ditetapkan bagi penduduk negara asal mereka. Perlakuan demikian dapat dibenarkan, terutama atas dasar pertimbangan kemanusiaan dan ketenangan jiwa pengungsi yang berada dalam lingkungan situasi yang mengancam keselamatan jiwanya. 329 Sementara itu, Resolusi Majelis Umum PBB United Nations General Assembly Resolutions No. 50152 menyatakan bahwa dalam banyak situasi, perlindungan pengungsi dapat menghadapi resiko lantaran penolakan, pengusiran, dan penangkapan mereka secara tidak sah serta bentuk-bentuk ancaman yang ditujukan terhadap keselamatan fisik, martabat dan kehormatan diri, kesejahteraan, serta eksistensi hak dan kebebasan dasar mereka. 330 Pendek kata, dapat dikatakan bahwa perlindungan internasional terhadap pengungsi pada saat ini tengah menghadapi ancaman. 331 329 Dikatakan bahwa para pengungsi di Marokko, Muslim, atau Kristiani, Arab maupun non Arab, tidak terlihat berbeda dengan penduduk lainnya. Orang-orang asing yang datang ke Marokko heran melihat tidak adanya perbedaan antara para pengungsi dengan penduduk asli. Lihat ‘Abd al-Hâdi al-Tâzi, al-Târîkh al- Diblûmâsi li al-Maghrib min Aqdam al-‘Ushûr ila al-Yaum, Jilid 2, h. 80-82. 330 Lihat, Collection of International Instruments and Legal Texts concerning Refugees and others of Concern to UNHCR, Jilid 1, h. 102. 331 Buku pegangan mengenai Hukum Internasional untuk Pengungsi Handbook of International Law for Refugees, UNHCR-IPU, No. 2-2001, h. 6. Perlu dicatat bahwa jika keadaan memaksa dan tidak dapat dielakkan lagi, seorang pengungsi bisa ditahan atas dasar empat alasan: ketika butuh untuk memverifikasi identitas si pencari suaka; ketika butuh untuk memutuskan alasan untuk mencari suaka; ketika butuh untuk mencari tahu dimana pencari suaka memusnahkan dokumen perjalanan mereka atau menggunakan dokumen palsu, dan di mana dibutuhkan untuk melindungi keamanan nasional dan ketertiban umum, ibid, h. 82. 262

7. Berlakunya jaminan perlindungan bagi pengungsi di