Perihal aspek eksteritorial pemberian suaka

255 keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau pandangan politik tertentu. Dalam pandangan Syariat Islam, di samping yang telah disebutkan, yang juga dapat menerimamemanfaatkan suaka ialah orang yang ingin mendengarkan kalam Allah dikenal dengan suaka keagamaan atau seseorang yang datang, dengan faktor penyebab apapun, untuk memperoleh status penerima perlindungan sementara musta’min, atau warganegara non- Muslim ahl al-dzimmah.

3. Perihal aspek eksteritorial pemberian suaka

Pemberian suaka di wilayah teritorial Islam membawa implikasi bahwa pengungsi dapat menikmati hak ini di setiap wilayah negara Islam karena bahwa a sistem hukum negara Islam itu satu; dan b wilayah negara Islam itu satu 321 , meskipun keadaan tersebarnya umat Islam di sejumlah negara di dunia kini menghalangi aplikasi hukum ini. Sedangkan dalam hukum internasional modern, negara di dunia dibagi menjadi entitas politik independen yang terpisah, yang masing-masing hidup dengan batasan geografis yang jelas. Karena itu, hukum internasional memandang bahwa pemberian suaka dibatasi pada negara yang memberikannya, dan dipastikan tidak akan beralih ke 321 Menurut Dâr al-Iftâ’ al-Misriyyah: “ Semua negara Islam dianggap sebagai tempat tinggal bagi setiap Muslim.”Lihat al-Fatâwâ al-Islâmiyyah min Dâr al-Ifta al-Islâmiyyah, al-Majlis al-A’la li Syu’ûn al- Islâmiyyah, Kairo 1402 H 1989. Jilid. VII, h. 2645. Prinsip Islam tersebut sekarang diberlakukan di wilayah Uni Eropa. Dalam kenyataannya, Protocol No. 29 concerning Right to Asylum for Citizens of the European Union 1997 menetapkan bahwa perjanjian-perjanjian masyarakat Eropa membuat ruang une espace tanpa batas-batas internal dan memberikan semua penduduk di dalam perserikatan hak untuk pindah secara bebas dan tinggal di wilayah negara anggota. Lihat, L. Dubois et C. Gueydan, Les Grands Textes du Droit de l’Union Europeene, Dalloz, Paris, 2002, t.th., h. 195. 256 negara-negara lain. Patut dicatat bahwa Komite Eksekutif Program UNHCR, melalui Konklusi No.12 tentang Pengaruh yang Bersifat Teritorial untuk Menentukan Status Pengungsi, mengatakan bahwa sejumlah ketentuan aturan dalam Konvensi 1951 memungkinkan seorang pengungsi yang tinggal di dalam suatu negara pihak, untuk menggunakan hak-hak tertentu sebagai seorang pengungsi di negara pihak yang lain; dan bahwa penggunaan hak ini tidak mengharuskan dilakukannya kembali proses penentuan status pengungsi. 322 Seperti yang dijelaskan diatas, terlihat bahwa pengungsi hanya bisa menikmati hak-hak tertentu. sementara di negara Islam, pengungsi dapat melaksanakan semua haknya.

4. Sifat dasar dari hak suaka