25
e. Ayat ini juga membuktikan adanya suaka teritorial, hal ini tercermin dalam ayat: : “Dan orang-orang yang
telah menempati kota Madinah dan telah beriman ansâr sebelum kedatangan mereka muhâjirîn…”.
Maksudnya, mereka yang tinggal di negeri itu dan menjadikannya sebagai tanah kediaman mereka.
40
Ini menunjukkan bahwa penduduk daerahwilayah tujuan
migrasi wajib menerima kedatangan imigran ke daerahnegara mereka.
B. Menurut Hukum Internasional
Terlihat jelas dari pengertian yang tercantum pada Pasal 1 Konvensi 1951 dan Protokol 1967 bahwa sebelum
memeperoleh status “pengungsi”, seseorang diharuskan memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Orang tersebut berada di luar negara yang menjadi identitas kebangsaannya atau di luar negara yang biasa
didiaminya apabila ia berstatus tidak punya kewarganegaraan.
2. Adanya kekhawatiran atas timbulnya faktor yang membenarkannya untuk mengalami penganiayaan
41
40
Ibn al-Turkimâniy, Bahjat al-Arîb fi Bayân ma fi Kitâbillah al-‘Azîz min al-Garîb, Kairo: al-Majlis al-A’la li al-Syu’ûn al-Islâmiyyah, 1422 H2002 M, Jilid II, h. 157.
41
Karena itu, Belanda menolak pengakuan warganegara Kristen Turki atas terjadinya penganiayaan terhadap mereka sebagai alasan memperoleh hak suaka, dengan mengatakan: “ Pemerintah memandang bahwa
warga negara Kristen Turki tidak memiliki alasan yang patut akan adanya penganiayaan di tanah air mereka,
26
lantaran rasnya, agamanya, kebangsaannya atau afiliasinya kepada kelompok sosial tertentu, atau lantaran pandangan
politiknya. 3. Pengungsi itu tidak mampu atau tidak ingin berada dalam
perlindungan negara asalnya atau negara yang biasa didiaminya atau apabila ia berstatus tidak punya
kewarganegaraan dari negara asalnya atau negara yang biasa didiaminya.
seperti yang dimaksudkan Konvensi Pengungsi Genewa. Penerapan yang dilakukan oleh warga negara Kristen Turki untuk pemberian status “pengungsi”, karenanya, ditolak tanpa pengecualian.” Lihat NYIL, 1985, h. 345.
27
BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG SUAKA
MENURUT SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INTERNASIONAL
Jelas bahwa hak suaka telah diatur secara prinsipil, baik dalam Syariat Islam maupun hukum internasional. Akan tetapi, sebelum
menjelaskan prinsip-prinsip hukum tentang suaka, perlu kita tinjau faktor pembeda diantaranya dan tujuan dari pemberian
suaka itu sendiri.
A. Perbedaan antara tujuan dan prinsip yang mengatur pemberian suaka
Tujuan akhir dari pemberian suaka ialah adanya jaminan keamanan dan perlindungan bagi pengungsi yang tinggal di
wilayah negara pemberi suaka. Prinsip-prinsip hukum yang mengatur pemberian suaka
merupakan hal yang wajib diperhatikan dan ditaati agar tujuan adanya suaka tersebut terwujud. Jadi, ia merupakan media atau
alat yang mengantarkan kita kepada tujuan akhir dari pemberian suaka sehingga wajib diperhatikan. Sebab, tujuan akhir dari
pemberian suaka itu disyariatkan, dan karenanya disyariatkan pula media yang menyampaikan kepadanya. Maka, di dalam