penggunaan pengetahuan tersebut. Saat ini guru harus menekankan how daripada what ketika sebuah proses pembelajaran dilangsungkan di sekolah.
Seperti yang dikemukakan oleh Nasution dalam Syah bahwa ”mengajar
adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik- baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses
belajar ”.
5
Di mana proses belajar tersebut diartikan sebagai proses menanamkan ilmu pengetahuan sebagaimana pernyataan Smith dalam
Sanjaya bahwa ”mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau ketrampilan”.
6
Untuk mencapai prestasi belajar maksimal, siswa dan guru harus memahami dulu proses belajar dan seluruh faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar. Umumnya siswa sangat memerlukan suatu model pembelajaran yang sederhana, praktis, serta mudah diterapkan untuk dapat
belajar secara efektif dan menyenangkan. Joyce dan Weil dalam Suyono mengemukakan bahwa ”model
pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit
pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program
komputer ”.
7
Adapun Soekamto dalam Trianto mendefinisikan model pembelajaran sebagai
”kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003, Cet. VIII, h. 182.
6
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. I, h.
208.
7
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. I, h. 20.
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
”.
8
Proses belajar yang efektif dan menyenangkan di sekolah sangat sulit diterapkan khususnya pada mata pelajaran Alquran Hadis, karena selain
faktor model pembelajaran yang hanya memfokuskan penyampaian informasi kepada siswa, banyak siswa tidak menyukai mata pelajaran Alquran Hadis.
Hal ini disebabkan karena mata pelajaran Alquran Hadis dianggap menjemukan dan mudah untuk dipahami.
Salah satu diantaranya “Hukum Bacaan Mad
”. Siswa menganggap materi “Hukum Bacaan Mad” merupakan materi yang sangat mudah untuk dipahami, sehingga siswa tidak memiliki
minat untuk mempelajari bab ini. Agar masalah pada mata pelajaran Alquran Hadis tersebut dapat
dihindari serta memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan. Model
pembelajaran yang tepat akan memungkinkan siswa tertarik untuk mempelajari mata pelajaran tersebut dan siswa dapat menguasai ilmu lebih
mudah dan lebih cepat sesuai dengan kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan. Dengan kata lain, model pembelajaran yang tepat tersebut akan
menciptakan cara belajar yang efektif sehingga siswa tertarik untuk mempelajari mata pelajaran Alquran Hadis. Selain itu, siswa tidak hanya
dapat memahami dan menghapalnya tapi juga dapat mengamalkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat memahami hukum bacaan mad dengan baik adalah model pembelajaran
kooperatif teams games tournament. Teams games tournament merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Di mana pembelajaran
yang dilaksanakan di dalam kelas dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, guru memberikan permainan-permainan akademik dan guru
mengadakan turnamen
atau kompetisi
antar kelompok.
Hal ini
8
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Impelemntasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2010,
Cet. III, h. 22.
memungkinkan siswa yang belum memahami hukum bacaan mad yang disampaikan oleh guru dapat bertanya kepada teman satu timnya untuk
memperoleh informasi lebih, sehingga dalam kegiatan turnamen siswa telah memahami materi pelajaran dan siap bersaing dengan lawannya
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk memahami lebih dalam tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif
team games tournament. Sehingga ditulis dalam penelitian ini dengan judul ”PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAMES
TOURNAMENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS SISWA Di Madrasah Tsanawiyah Nur-Attaqwa Jakarta Utara
”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara yang
dilakukan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara yang
dilakukan hanya berpusat pada guru. 3.
Pembelajaran Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara masih diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
4. Prestasi belajar Alquran Hadis MTs Nur-Attaqwa belum menunjukkan
hasil yang optimal.
C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan judul di atas, maka masalah ini dibatasi pada:
1. Subjek dan Tempat Penelitiannya adalah siswa MTs kelas IX semester
genap tahun pelajaran 20122013 di Nur-Attaqwa Jakarta Utara. 2.
Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah teams games tournament, yang meliputi presentasi, belajar kelompok, game dalam
turnamen, menentukan skor kelompok dan memberikan penghargaan kelompok.
3. Prestasi belajar siswa diambil dari nilai pretest dan postest siswa pada
materi hukum bacaan mad.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah
yang ingin diajukan adalah: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teams games
tournament terhadap prestasi belajar Alquran Hadis siswa?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif teams games tournament terhadap prestasi belajar Alquran Hadis siswa kelas IX pada pokok bahasan hukum bacaan mad
di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara.
F. Kegunaan Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan adalah : 1.
Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. 2.
Dapat menyelesaikan masalah secara teoritis. 3.
Dapat menemukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
4. Dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif teams games
tournament terhadap prestasi belajar Alquran Hadis siswa.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran Alquran Hadis
a. Hakikat Pembelajaran Alquran Hadis
Sebelum membahas dan memahami tentang pembelajaran Alquran Hadis, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian belajar, pembelajaran,
Alquran dan Hadis. Belajar dan Pembelajaran memiliki makna yang berbeda, hal tersebut dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut
Winkel, “belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas
”.
1
Senada dengan itu, menurut Sanjaya, “belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan,
sikap, maupun psikomotor”.
2
1
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2009, Cet. X, h. 59.
2
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. I, h.
229.
Adapun Jerome Brunner dalam Trianto mengemukakan, “belajar adalah
suatu proses aktif di mana siswa membangun mengkonstruk pengetahuan baru berdasarkan pada pengalamanpengetahuan yang sudah dimilikinya
”.
3
Gage dalam Suyono berpendapat bahwa, “belajar adalah suatu proses di mana sua
tu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”.
4
Berdasarkan pengertian belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah segenap rangkaian
kegiatan atau aktivitas mental yang dilakukan seseorang secara sadar yang melibatkan unsur jiwa dan raga dalam membangun mengkonstruk
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga terjadi perubahan-perubahan prilaku yang relatif
menetap secara kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam dirinya, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang
yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Kemudian, berkenaan dengan pengertian pembelajaran, menurut UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan b elajar”.
5
Senada dengan itu, Chatib mengemukakan, “pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai
pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi ”.
6
menurut Trianto, “pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi transfer yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya”.
7
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang melibatkan peserta didik, pendidik dan sumber belajar dalam
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implemntasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2010,
Cet. III, h. 15.
4
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. I, h. 12.
5
Direktorat Jendral Pendidikan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, Jakarta : Eko Jaya, 2003, Cet. I, h. 7.
6
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2010, Cet. VII, h. 135.
7
Trianto, op. cit., h. 17.