Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif
1 Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif
memang perlu waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan mengerti dan memahami filsafat
cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap
kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2 Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi
cara belajar yang demikian apa apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
3 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan
kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap
individu siswa.
4 Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu
kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
5 Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana
membangun kepercayaan diri.
43
Menerapkan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah tantangan yang besar dan pengalaman yang menarik bagi seorang guru. Sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh Sanjaya, ada lima kelemahan dalam pembelajaran kooperatif. Di mana kelima hal tersebut haruslah menjadi
pokok perhatian para guru dalam menjalankan pembelajaran kooperatif agar guru dapat mensiasati kelemahan tersebut, sehingga proses pembelajaran
kooperatif benar-benar dapat berjalan secara efektif dan menyenangkan. Menurut hemat penulis, guru dapat mensiasati kelemahan-kelemahan tersebut
sebagai berikut: 1
Berkaitan dengan sulitnya memberikan pemahaman dan pengertian akan filosofis pembelajaran kooperatif dalam waktu yang cepat,
sebaiknya guru memberikan ice breaking sebelum memulai pelajaran
43
Ibid., h. 250-251.
yang berkaitan dengan filosofis pembelajaran kooperatif, baik berbentuk games, cerita atau tayangan visual sederhana yang
menyenangkan. Sehingga siswa dapat lebih cepat dan mudah mencerna akan filosofis pembelajaran kooperatif.
2 Berkaitan dengan peer teaching atau tutor sebaya yang kurang efektif,
selain guru yang harus lebih aktif berkeliling kelas untuk membantu peer teaching yang kurang efektif, guru sebaiknya menyiapkan handout
yang berisi langkah-langkah praktis berkenaan dengan sistematika materi pokok dalam setiap materi pelajaran.
3 Berkaitan dengan penilaian dalam pembelajaran kooperatif yang
didasarkan kepada hasil kerja kelompok, sebaiknya dalam setiap penilaian, guru juga harus memiliki catatan khusus berkenaan dengan
penilaian individu siswa. 4
Berkaitan dengan
keberhasilan kooperatif
dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok yang memerlukan periode yang cukup panjang, sebaiknya guru juga melakukan pendekatan di luar
jam belajar kepada siswa dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik siswa terhadap kesadaran berkelompok. Guru juga bisa
bekerjasama dengan seluruh civitas akademik sekolah, maupun dengan orangtua siswa dalam menumbuhkan budaya kebersamaan. Sehingga
diharapkan kesadaran berkelompok dalam pembelajaran kooperatif di kelas tidak akan memerlukan periode yang cukup panjang.
5 Berkaitan dengan banyaknya aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan secara individual, di mana hal tersebut berseberangan dengan filosofi pembelajaran kooperatif, guru sebaiknya
memang harus mampu mampu membangun kepercayaan diri siswa sebagaimana yang telah dikemukakan Sanjaya di atas, dengan cara
melakukan pendekatan personal dan menyelami setiap individu siswa yang menjadi anak didiknya.