umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi prestasi belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup affective
domain dan ranah ketrampilan psychomotoric domain. Adapun pengukuran prestasi belajar Alquran Hadis di MTs Nur-
Attaqwa Jakarta Utara adalah teknik tes berbentuk uraian dan obyektif dalam rangka mengukur ranah proses berpikir cognitive domain siswa dan teknik
non-tes berbentuk pengamatan secara sistematis observation dalam rangka mengukur ranah sikap hidup affective domain dan ranah ketrampilan
psychomotoric domain siswa.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wina Sanjaya, “pembelajaran kelompok merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokantim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
heterogen ”.
37
Eggen dan Kauchak dalam Trianto mendefinisikan “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.
38
Di pihak lain menurut Slavin dalam Solihatin , “pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
39
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran
kooperatif adalah
suatu model
pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan
37
Sanjaya, op.cit., h. 194.
38
Trianto, op. cit., h. 58.
39
Etin Solihatin, Cooperatif Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. I, h. 4.
sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson Johnson dan Sutton dalam Trianto, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
1 Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar
kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak
akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.
2 Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota
kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari
bersama.
3 Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: a membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan b siswa tidak dapat hanya
sekadar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
4 Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar
kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan
menuntut keterampilan khusus.
5 Proses Kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik
dan membuat hubungan kerja yang baik.
40
Dalam pembelajaran konvensional juga dikenal belajar kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsipil antara kelompok
belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.2 dibawah ini.
40
Trianto, op. cit., h. 60-61.
Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling
ketergantungan positif, saling membantu, dan
saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik
tentang
hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
meberikan bantuan Akuntabilitas
individual sering
diabaikan sehingga
tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok,
sedangkan anggota kelompok lainnya “enak-
enak saja” di atas keberhasilan temannya
yang dianggap
“pemborong” Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.
Kelompok belajar biasanya homogen
Ketua kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman
memimpin bagi
para anggota
kelompok. Ketua kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih ketuanya dengan cara
masing-masing.
Keterampilan sosial
yang diperlukan dalam kerja gotong
royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai
orang lain,
dan mengelola konflik secara langsung
diajarkan Keterampilan sosial sering tidak
diajarkan secara langsung.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memperhatikan
secara langsung proses kelompok yang
terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak
hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan
antar pribadi
yang saling
menghargai Penekanan
sering hanya
pada penyelesaian tugas
41
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya sebagaimana berikut ini:
1 Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan
belajar dari siswa yang lain.
2 Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3 Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang
lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4 Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar. 5
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage
waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6 Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat
kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab kelompoknya.
7 Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata riil.
8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
42
Sanjaya juga mengemukakan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
41
Ibid., h. 58-59.
42
Sanjaya, op. cit., h. 249-250.