games tournament. Dalam segala hal, perhatian ditempatkan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompok
dan dalam kelompok melakukan yang terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang tidak memahami
materi, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan materi tersebut. Jika dalam satu kelompok
tersebut tidak ada yang memahami materi tersebut, maka siswa bisa meminta bimbingan guru. Dalam model pembelajaran kooperatif
teams games tournament guru bertugas sebagai fasilitator yang berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami
kesulitan. c
Tahapan ketiga: Game Turnamen Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok
turnamennya masing-masing sesuai keterangan kode kelompok turnamen yang ada pada nametag. Kelompok biasanya terdiri dari
3 siswa yang anggotanya homogen, dilihat dari prestasi akademik masing-masing siswa. Alur penempatan peserta turnamen menurut
Slavin dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
47
Gambar 2.1 Alur Penempatan Peserta pada Meja Turnamen
47
Ibid., h. 168.
Pada turnamen ini mereka akan memainkan game akademik yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari presentasi kelas dan belajar kelompok. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan
tiga atau empat siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Penjelasan dari gambar di atas diuraikan sebagai berikut:
Kelompok A terdiri dari 4 siswa yaitu A-1, A-2, A-3, dan A-4, kelompok B terdiri dari 4 siswa yaitu B-1, B-2, B-3, dan B-4,
dan kelompok C terdiri dari C-1, C-2, C-3, dan C-4. Kelompok A, B, dan C merupakan kelompok belajar.
A-1, B-1, dan C-1 saling dipertandingkan dimeja 1 karena ketiganya
mempunyai kemampuan
yang sama
yaitu berkemampuan tinggi semua. A-2, B-2, dan C-2 saling
dipertandingkan di meja 2 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rata-rata atas
semua. A-3, B-3, dan C-3 saling dipertandingkan di meja 3 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu
berkemampuan rata-rata bawah semua. A-4, B-4, dan C-4 saling dipertandingkan di meja 4 karena ketiganya mempunyai
kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rendah semua. Setelah masing-masing siswa berada dalam kelompok turnamen
berdasarkan prestasi akademik masing-masing, kemudian guru membagikan satu set seperangkat soal turnamen. Satu set
seperangkat turnamen terdiri dari 1 kotak kartu bernomor, soal game turnamen, lembar jawaban game turnamen dan lembar skor
game turnamen. Semua seperangkat soal untuk masing-masing kelompok adalah sama. Adapun bentuk game turnamen secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
Pertama, Guru meminta siswa menentukan jabatan pertama masing-masing siswa yaitu pembaca, penantang 1 dan
penantang 2. Kedua, Guru mendemonstrasikan kepada siswa aturan main
dalam game turnamen. Dimana pembaca mengambil kartu bernomor dan melihat nomor berapakah yang berada di dalam
kartu. Misalnya kartu bernomor 8, maka pembaca melihat, membaca dan menjawab soal nomor 8 di lembar soal game
turnamen dengan suara keras di hadapan penantang 1 dan penantang 2. Jika penantang 1 merasa jawaban pembaca salah,
penantang 1 boleh menantang dengan memberi jawaban berbeda atau boleh melewatinya. Jika penantang 1 melewati, penantang
2 baru boleh menantang atau boleh melewati, kemudian penantang 2 memeriksa lembar jawaban. Jika ada yang
menjawab benar, dia berhak menyimpan kartu bernomornya. Tapi jika ada yang salah, harus mengembalikan kartu bernomor
yang dimiliki ke dalam kotak jika ada. Kemudian bergantian jabatan dengan memutar, penantang 1 menjadi pembaca dan
seterusnya. d
Tahapan keempat: rekognisi tim Setelah turnamen selesai, siswa menjumlahkan kartu yang mereka
dapat dan menuliskannya di lembar skor game turnamen. Siswa menyerahkan kembali satu set perlengkapan game turnamen. Guru
mengambil lembar skor game turnamen dan memberikan poin turnamen pada masing-masing siswa dan menjumlahkan skor yang
didapatkan pada masing-masing siswa pada game turnamen dalam kelompok belajarnya. Berikut contoh perhitungan poin turnamen
dengan tiga pemain menurut Slavin dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini:
48
48
Ibid., h. 175.
Tabel 2.3 Perhitungan Poin Turnamen untuk Tiga Pemain
Pemain Tidak ada
yang seri Seri nilai
tertinggi Seri nilai
terendah Seri 3-
macam Peraih skor
tertinggi 60 poin
50 poin 60 poin
40 poin Peraih skor
tengah 40 poin
50 poin 30 poin
40 poin Peraih skor
rendah 20 poin
20 poin 30 poin
40 poin
Kemudian guru memberikan penghargaan kelompok pada kelompok-kelompok terbaik dengan hadiah berupa sertifikat, alat
tulis, makanan dan sebagainya. Menurut Slavin, diberikan 3 tingkat penghargaan, yang didasarkan pada skor rata-rata tim, dapat dilihat
pada tabel 2.4 dibawah ini:
49
Tabel 2.4 Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok
Kriteria Rata-rata Tim Penghargaan
40 Tim Baik
45 Tim Sangat Baik
50 Tim Super
Pendidik boleh memberikan sertifikat kepada tim-tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan menerima ucapan selamat
di dalam kelas. Selain atau sebagai tambahan sertifikat tim, tim yang sukses bisa ditampilkan pada papan mingguan, menempatkan
foto dan nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apapun yang dilakukan untuk merekognisi tim berprestasi, sangat penting untuk
mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu bukan hanya kesuksesan individu merupakan sesuatu yang penting, karena
inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar.
49
Ibid.
c. Pembelajaran TGT dan Prestasi Belajar
Model pembelajaran kooperatif teams games tournament adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif teams games tournament
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Model pembelajaran kooperatif teams games tournament dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. “prestasi belajar ialah hasil
yang telah dicapai atau penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru ”.
50
Prestasi belajar yang ingin dicapai seorang siswa merupakan interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Model pembelajaran kooperatif teams games tournament merupakan salah satu
faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Slavin menyatakan dalam tabel bahwa persentase kajian model
pembelajaran kooperatif teams games tournament sebesar 100 positif secara signifikan dalam 8 kajian.
51
Okebukola dalam slavin juga berpendapat bahwa, “mengajar ilmu pengetahuan di Nigeria, menemukan pencapaian yang
substansial jauh lebih besar pada STAD dan TGT sebagai model-model yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggungjawab individu, daripada dalam
bentuk Jigsaw dan lainnya”.
52
Slavin juga menyatakan bahwa, “sebuah kajian selama 2 tahun terhadap sekolah-sekolah yang menggunakan pembelajaran
kooperatif pada sebagian besar pengajaran harian mereka menemukan bahwa siswa dengan pencapaian tinggi, sedang dan rendah semuanya berhasil
50
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Loc. Cit.
51
Robert E. Slavin, op.cit., h. 86.
52
Ibid., h. 87.
meraih pencapaian lebih baik dibandingkan kontrol pada tingkat pencapaian serupa”.
53
Dari uraian di atas dapat menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teams games tournament dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa di sekolah.
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif yang lain teams games tournament juga mempunyai keunggulan dan kelemahan, keunggulan dan
kelemahan model pembelajaran kooperatif teams games tournament secara inplisit dikemukakan Slavin dalam laporan hasil penelitian tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa dan keluaran lain yang diperoleh selain pencapaian. Keunggulannya sebagai berikut:
1 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan
pencapaian belajar siswa, ditemukan hasil bahwa “para siswa TGT dengan pencapaian tinggi, sedang dan rendah semuanya berhasil meraih
pencapaian lebih baik dibandingkan kontrol pada tingkat pencapaian serupa”.
54
2 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan hubungan
antarkelompok, ditemukan hasil bahwa “para siswa di dalam kelas- kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara
signifikan lebih banyak dari luar kelompok rasial mereka daripada siswa yang ada dalam kelas
kontrol”.
55 3
Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan mainstreaming khusus bagi remaja-remaja dengan gangguan emosi,
ditemukan hasil bahwa “para siswa TGT melakukan tugasnya lebih baik secara signifikan daripada siswa yang ada di kelas kontrol,
berkurangnya perilaku mengganggu di dalam kelas TGT dibandingkan
53
Ibid., h. 90.
54
Ibid.
55
Ibid., h. 106.
dengan kelas kontrol dan jumlah kehadiran di kelas TGT yang lebih tinggi dibandingan d
engan kelas kontrol”.
56
4 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif pada norma
kelompok dalam mendukung pencapaian prestasi individual, ditemukan hasil bahwa
“adanya pengaruh positif TGT pada skala kuesioner yang terdiri atas pertanyaan-
pertanyaan seperti „siswa di dalam kelas ingin agar aku masuk sekolah tiap hari‟ dan „siswa lain ingin agar aku bekerja
keras di dalam kelas ini‟”.
57
5 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan lokus
kontrol, ditemukan hasil bahwa “TGT meningkatkan perasaan para
siswa bahwa hasil yang mereka keluarkan tergantung pada kinerja dan bukannya pada keberuntungan
”.
58
6 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan perilaku
dalam kelas, ditemukan hasil bahwa “siswa berprestasi rendah yang melaksanakan TGT, lebih sedikit yang menerima skors dan dikeluarkan
saat jam belajar dibandingkan dengan siswa yang berada di dalam kelas kontrol”.
59
7 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif kesukaan
terhadap teman sekelas dan merasa disukai oleh teman sekelas, ditemukan hasil bahwa “TGT meningkatkan skor skala kuesioner
perhatian-mutual siswa, tetapi tidak pada skala keterpaduan atau pada jumlah teman yang disebutkan”.
60
8 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan perilaku
kooperatif di sekolah, ditemukan hasil bahwa “para siswa yang pernah
mengikuti TGT menunjukkan kerja sama verbal dan non verbal yang lebih banyak dan kompetisi yang lebih sedikit daripada para siswa kelas
kontrol”.
61
56
Ibid., h. 121.
57
Ibid., h. 128.
58
Ibid., h. 129.
59
Ibid., h. 131.
60
Ibid., h. 135.
61
Ibid., h. 138.
Adapun kelemahannya, yaitu: 1
Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan rasa harga d
iri, ditemukan hasil bahwa “TGT meningkatkan rasa harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka”.
62
Menyikapi kelemahan pada TGT ini, dikemukakan pula oleh Slavin bahwa guru dapat memadukan TGT dengan model pembelajaran
kooperatif yang lainnya dalam meningkatkan rasa harga diri akademik mereka.
2 Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan waktu
mengerjakan tugas, ditemukan hasil bahwa “TGT memiliki proporsi waktu yang lebih tinggi dibandin
gkan dengan kelas kontrol”.
63
Menyikapi proporsi waktu yang lebih tinggi pada model pembelajaran kooperatif TGT ini, guru dapat mengadakan tahapan penghargaan
kelompok yang merupakan bagian dari model TGT ini di luar jam belajar seperti pada waktu istirahat atau jam pulang sekolah sehingga
dapat mengurangi proporsi waktu yang tinggi.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan
penguat penelitian
tentang pengaruh
model pembelajaran kooperatif teams games tournament terhadap prestasi belajar
Alquran Hadis siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan di antaranya:
Nuril Milati dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Teams Games Tournament Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah.
” Memberikan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada
siswa kelas V MI pada sub pokok bangun datar trapesium.
62
Ibid., h. 123.
63
Ibid, h. 130.