Peran Guru dalam Pengembangan Kemampuan Sosial dan Emosi Anak
189
Tahap kedua, moralitas sistem sosial, pada tahap ini penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan,
dan kewajiban. Seseorang yakin bahwa bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, maka mereka harus
berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari keamanan dan ketidaksetujuan sosial. Contohnya adalah bersama- sama membersihkan kelas,
semua anggota kelompok wajib membawa alat kebersihan nilai moral = gotong royong.
3. Moralitas Pascakonvensional Penalaran pascakonvensional merupakan tahapan tertinggi dalam
tahapan moral Kohlberg, pada tahap ini seseorang menyadari adanya jalur moral alternatif, dapat memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang
peraturan, dan moralitas didasari pada prinsip-prinsip yang diterima sendiri. Ini mengarah pada moralitas sesungguhnya, tidak perlu disuruh karena
merupakan kesadaran dari diri orang tersebut. Tahap satu, hak individu, pada tahap ini individu menalar bahwa nilai,
hak, dan prinsip lebih utama. Seseorang perlunya keluwesan dan adanya modifikasi dan perubahan standar moral apabila itu dapat menguntungkan
kelompok secara keseluruhan. Contoh pada tahun ajaran baru sekolah memperkenankan orang tua menunggu anaknya selama lebih kurang satu
minggu, setelah itu anak harus berani ditinggal. Tahap kedua, prinsip universal, pada tahap ini seseorang menyesuaikan
dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bukan untuk menghindari kecaman sosial
orang yang tetap mempertahankan moralitas tanpa takut dari kecaman orang lain. Contohnya adalah anak secara sadar merapikan kamar tidurnya segera
setelah ia bangun tidur dengan harapan agar kamarnya terlihat selalu dalam keadaan rapih.
190
Pengembangan Moral pada Anak Usia Dini
Membentuk moral anak bisa dilakukan sejak dini, bahkan ketika anak memasuki tahun pertama usianya. Dengan pengetahuan moral, anak diajak berpikir
dan membangun etika dan karakter dirinya yang baik. Orangtua memiliki peran penting dalam upaya pengembangan moral anak sejak usia dini. Pada tahun-tahun
pertama dari kehidupan anak, orang tua hendaknya menanamkan dasar mempercayai orang lain. Misalnya anak harus dilindungi dan mendapatkan rasa
aman dari orang tuanya terutama saat mengalami rasa sakit, cemas dan takut demikian pula apabila orang tua menjanjikan sesuatu hendaknya berusaha untuk
menepatinya, sehingga orang tua tidak dicap sebagai “pembohong”. Orangtua dan guru di sekolah dapat saling bekerja sama dalam pengembangan moral anak usia
dini. Anak diajarkan tentang interaksi sosial dan perbedaan dalam lingkungan masyarakat. Agar perkembangan moral anak berkembang dengan optimal harus
dirangsang oleh lingkungan usaha-usaha yang aktif. Pentingnya pengembangan moral pada anak usia dini :
• Mempelajari apa saja yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sesuai
hukum, kebiasaan dan peraturan yang diberlakukan. •
Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku anak tidak sesuai dengan harapan kelompok.
• Kesempatan untuk berinteraksi sosial untuk belajar tentang apa-apa saja yang
diharapkan anggota kelompok.
Anak akan berkembang secara wajar dengan berbagai tahapan proses, yang pada setiap tahapan membutuhkan stimulas dan motivasi yang tepat sehingga
diharapkan terjadi perubahan pada semua aspekdimensi secara teratur dan progresif. Pada anak usia 1 tahun, dimana anak tersebut sedang mulai belajar
berbicara, maka dapat diajarkan untuk mengucap salam bila bertemu dengan orang lain, mengucapkan kata maaf bila melakukan kesalahan atau mengucap terima masih
bila diberi sesuatu dan lain sebagainya. Misalnya pada usia anak mencapai 6 - 8
191
tahun yang rata pada usia tersebut anak duduk di kelas 1 – 3 Sekolah Dasar, maka “Pekerjaan Rumah” adalah disamping untuk menguji kemampuan anak mengenai
suatu materi, maka anak pun sekaligus berlatih untuk bertanggung jawab, melatih memori, juga kemandirian serta bagaimana anak belajar mengatur waktunya.
Pengembangan moral pada anak usia dini juga dapat dilakukan dengan pemodelan modelling atau belajar melalui imitasi. Salah satu cara pemodelan pada
anak yaitu dengan bermain peran role playing, ketika bermain peran anak menciptakan suatu situasi dimana anak diminta untuk melakukan suatu peran
tertentu yang biasanya bukan peran dirinya di suatu tempat yang tidak lazim peran tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah
sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan dan untuk menggambarkan suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya.
Nilai-nilai moral yang dapat dibelajarkan pada anak usia dini
Pengembangan moral pada anak usia dini berkaitan dengan Pendidikan Karakter yang diajarkan di sekolah. Pendidikan Karakter memberikan kesempatan
untuk mengembangkan perilaku moral pada anak. Beberapa perilaku moral yang dapat dikembangakan pada anak usia dini, yaitu :
1. Kerjasama Kerjasama dapat diajarkan kepada anak melalui kegiatan belajar dalam
kelompok. Kerjasama penting diajarkan kepada anak agar mereka mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain dan mampu memahami adanya perbedaan
dalam setiap individu. Salah satu cara mengajarkan kerjasama pada anak misalnya, guru membagi anak menjadi beberapa kelompok untuk melakukan kegiatan belajar,
guru akan mengajak anak belajar membuat sebuah hasil karya dari daun-daun yang ada di sekitar sekolah, kemudian anak bersama dua temannya mencari daun bersama
dan kemudian membuat daun tersebut menjadi sebuah gambar atau hasil karya lainnya.
2. Bergiliran