163
defined by culture of which the family is apart. Drever mengemukakan pengertian sosialisasi yaitu suatu proses dimana individu beradaptasi dengan lingkungan
social dan menjadi dikenali, dan bekerjasama dengan anggota kelompok tersebut.
e. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Sosial
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi yaitu: 1 lingkungan keluarga; 2 lingkungan sekolah; 3
lingkungan kelompok masyarakat; 4 factor dari dalam diri anak . Keluarga adalah lingkungan pertama dalam kehidupan anak. Di dalam keluarga, anak
diajrkan dan dibiasakan dengan norma-norma social untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan social. Keutuhan keluarga, pola asuh, status ekonomi ,
tauladan orang tua akan memberikan kontribusi besar terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi. Lingkungan sekolah juga berpengaruh besar
terhadap kemampuan sosialisasi anak, mengingat anak menggunakan sebagian waktunya di sekolah. Di sekolah anak belajar bergaul dan melakukan berbagai
aktivitas bersama teman sebaya. Di sekolah pula anak mendapatkan berbagai pengalaman yang mungkin tidak diperoleh di rumah. Lingkungan masyarakat
membawa pengaruh besar terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi. Dalam lingkungan masyarakat, anak dibesarkan dan mendapat pengalaman
berinteraksi dengan banyak orang.
f. Proses Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, anak membutuhkan keterampilan agar dapat melakukan proses sosialisasi yaitu 1 proses imitasi; 2 proses identifikasi; 3 proses
internalisasi. Proses imitasi adalah proses dimana anak belajar meniru perilaku yang dapat diterima secara sosial. Proses imitasi ini dilakukan ketika anak
melihat secara langsung perilaku orang lain yang dijadikan contohmodel. Setelah melakukan proses imitasi, anak melakukan proses identifikasi. Proses
164
identifikasi adalah proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak ingin menjadi seperti orang yang dicontoh. Dalam proses identifikasi, anak
berusaha berperilaku sesuai dengan orang yang ditirunya. Proses internalisasi adalah proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Dalam proses ini
diperlukan pemahaman anak untuk membedakan nilai-nilai sosial yang baik dan buruk.
Bandura mengemukakan tahapanfase yang dilalui individu dalam mengamati perilaku tertentu yaitu: 1 Memperhatikan attention, 2 Menyimpan retention,
3 Mereproduksi reproduction, 4 Motivasi motivation. Sebagai contoh, anak akan mengamati perilaku orang dewasa melalui tahapan tersebut. Hal ini
berarti jika orang dewasa membentak, mengancam, memukul dan sebagainya, maka akan diperhatikan anak, tersimpan dalam memori, dicontoh dan
memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama. Sosialisasi melibatkan 3 proses yaitu 1 belajar berperilaku sesuai dengan harapan sosial; 2 bermain
sosial sesuai dengan peran yang diharapkan; 3 pengembangan sikap sosial.
1. Arah Perkembangan Imitasi
Tidak ada keraguan lagi bahwa peniruan yang bersifat selektif terjadi pada usia 7 atau 8 bulan yang kemudian akan menjadi lebih sering dan kompleks dalam
beberapa tahun berikutnya. Bayi berusia 1 tahun meniru gerak siyarat,suara, dan perilaku lain yang dilihat dan didengar, walaupun mungkin mereka lebih
meniru perilaku yang dapat mereka lihat sendiri misalnya gerakan tangan, disbanding tindakan yang tidak dapat mereka lihat sendiri misalnya
mengeluarkan lidah. Aksi meniru yang terlambat mungkin terjadi sebelum usia 2 tahun. Seorang
anak berusia 15 bulan, memandang dengan diam pada ibunya yang sedang memutar telpon,beberapa menit,jam atau minggu kemudian anak itu akan
mengulangi tindakan tersebut diatas. Koordinasi motor yang diperlukan akan
165
memutar nomor telepon telah lama ada didalam daftar pikiran anak sebelum tindakan meniru terjadi. Hal serupa terjadi jika seorang anak usia 20 bulan,
melihat pada seorang peneliti laboraturium yang meletakan sebuah balok kayu pada sebuah tempat kayu dan berkata,” boneka ini amat lelah dan kita harus
meletakkannya ditempat tidur. Selama tidur boneka”. Anak itu gagal meniru sebagian kejadian itu selama 20 menit berikutnya. Tetapi jika ia memasuki
ruang yang sama sebulan kemudian dan melihat mainan yang sama, ia segera akan meletakkan balok kayu itu pada sebuah tempat kayu dan
mengatakan,”selamat tidur”. Aksi meniru meningkat frekusensinya antara usia 1 dan 3 tahun, namun
kemungkinan meniru suatu tanggapan tertentu tergantung dari jenis perilaku. Jenis perilaku ini ada 3 bentuk , yaitu :
a Meniru sejumlah variasi dari gerakan. Contoh bentuk ini adalah jika ada seorang dewasa menggerakkan sebuah balok sepanjang meja.
b Meniru perilaku social. Misalnya seorang dewasa meletakkan sebuah tirai didepan wajahnya dan mengintip dari samping dua kali.
c Meniru yang membutuhkan koordinasi dua tindakan terpisah di dalam satu deretan gerak motorik. Contohnya adalah orang dewada yang mengangkat
sebuah cangkir kuningan dengan sebuah tali dan memukulnya tiga kali dengan tangkai baja.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan jenis-jenis perilaku tersebut, dapat diketahui bahwa perilaku motorik akan segera ditiru, karena didapat hasil pada
anak usia 2 tahun bahwa mereka meniru sebanyak 80 dari model yang diberikan, dan perilaku social merupakan perilaku selanjutnya yang sering ditiru. Sedangkan
peniruan dari deretan yang terkoordinasi jarang terjadi sebelum 18 bulan, namun meningkat antara usia 1,5 dan 2 tahun.