Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 Penilaian autentik menjadi salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013.
Kunandar 2014: 35 mengungkapkan bahwa melalui Kurikulum 2013 penilaian autentik menjadi penekanan yang serius dimana guru harus
menerapkan penilaian autentik dalam setiap proses pembelajaran. Kunandar 2014: 10 juga mengungkapkan bahwa penilaian bertujuan untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. Guru
dapat melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan melalui kegiatan penilaian.
Udin Syaefudin Sa’ud 2013: 172 menjelaskan bahwa penilaian autentik adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian autentik merupakan penilaian yang sangat penting dan diperlukan oleh guru. M. Hosnan 2014:
387 menjelaskan bahwa penilaian autentik diperlukan guru untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa
memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan siswa, baik intelektual maupun mental siswa.
Siswa tidak hanya dinilai pengetahuannya saja, tetapi siswa juga dinilai keterampilan dan sikap siswa sehari-hari. Siswa yang pintar secara
pengetahuan belum tentu memiliki keterampilan dan sikap yang baik di kehidupan sehari-hari, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, penilaian
autentik sangat penting diterapkan di SD agar siswa dapat dibimbing untuk tidak hanya memiliki kemampuan di bidang pengetahuan saja, tetapi juga sikap
6 dan keterampilan. Ketiga kompetensi tersebut nantinya akan sangat dibutuhkan
siswa sebagai bekal di masa yang akan datang. Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, penilaian autentik seharusnya
sudah mulai diterapkan dalam pembelajaran tematik di SD. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa fakta ironi tentang penerapan penilaian autentik
khususnya di SD. Pada saat diadakan acara perpisahan mahasiswa PPL UNY 2014 pada hari Senin tanggal 22 September 2014, salah satu guru di SD Negeri
4 Wates yaitu ibu Tri Untari, S.Pd selaku guru koordinator PPL UNY 2014 sekaligus mewakili kepala sekolah, menyampaikan bahwa masih banyak guru-
guru SD yang belum sepenuhnya memahami konsep penilaian autentik. Guru- guru masih kesulitan dalam melaksanakan penilaian autentik dengan prosedur
yang benar. Kondisi tersebut dikarenakan sosialisasi yang mereka dapatkan belum dapat sepenuhnya mereka pelajari dalam waktu yang singkat. Oleh
karena itu, guru-guru sangat mengharapkan adanya pelatihan ataupun pembekalan yang berkelanjutan ke seluruh guru-guru SD tentang bagaimana
pelaksanaan penilaian autentik di SD. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV A yang
sekaligus menjadi ketua Tim Pengembang Kurikulum di SD Negeri 4 Wates yaitu bapak Supriyanta, S.Pd pada hari Rabu tanggal 29 Oktober 2014,
didapatkan informasi bahwa penilaian autentik sangat bagus diterapkan di sekolah karena sangat membantu guru dalam memperoleh informasi tentang
perkembangan belajar siswa baik dalam ranah sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Guru menyatakan bahwa dalam menerapkan penilaian autentik,
7 guru masih merasa kesulitan dalam membagi waktu dan tenaga dalam
mengajar dan melakukan penilaian. Guru juga membutuhkan waktu yang lama untuk memasukkan nilai-nilai yang didapatkan para siswa dari berbagai
lingkup penilaian autentik baik sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, maupun keterampilan ke dalam daftar nilai.
Guru menyatakan bahwa selama ini sosialisasi tentang penilaian autentik masih belum dapat dipahami oleh guru-guru sehingga guru-guru harus
mempelajari sendiri tentang penilaian autentik. Kondisi tersebut yang masih dirasa sulit bagi guru karena harus mempelajari sendiri tentang bagaimana
melakukan penilaian autentik dengan prosedur yang benar. Fathia Nurul Haq Media Indonesia: 22-07-2014 memaparkan pendapat
M. Nuh yang menyatakan bahwa di Papua, guru merasa kesulitan dengan penilaian autentik, sebab penilaian autentik tidak dapat diterka-terka. Selain itu,
penilaian autentik juga belum tentu dapat terlepas sepenuhnya dari unsur subyektif. Lebih lanjut, Fathia Nurul Haq juga memaparkan pendapat Silmi,
guru kelas 4 SDN Pulo 3 Kebayoran Baru yang menyatakan bahwa kesulitan dari sistem penilaian autentik yaitu terletak pada tidak terbiasanya para guru
untuk menerapkan penilaian autentik. Perkembangan belajar siswa untuk ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan akan mudah diketahui guru apabila penilaian autentik benar- benar diterapkan dan guru sudah terbiasa menerapkan penilaian autentik. Hal
tersebut dikarenakan hasil dari penilaian autentik akan menentukan perlakuan apa yang harus diberikan guru kepada siswa. Guru dapat melaksanakan
8 program tindak lanjut dengan mengacu pada hasil pencapaian kompetensi
siswa. Solusi agar guru dapat mengetahui perkembangan belajar siswa untuk
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam pembelajaran tematik adalah dengan menerapkan penilaian autentik. Guru dapat menggunakan
berbagai teknik dalam penilaian autentik untuk menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa Kokom Komalasari, 2013: 153.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penilaian autentik dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 4 Wates
yang berkaitan dengan upaya guru kelas IV terutama kelas IV A dalam kegiatan pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik.