Penilaian Projek Penilaian Kompetensi Keterampilan
                                                                                205
salahnya  dimana to Pak, nah baru  kita  oh  kamu  salahnya  disini  sini  sini.  Karena kalau kita ladenin 28 anak ya tidak cukup waktunya. Saya pernah berpikir seperti
ini,  mungkin bagusnya 1 kelas 2 guru  ya, jadi 1 itu bisa fokus di pembelajaran, 1 itu fokus di anak yaitu penilaiannya. Tetapi anggaran dan SDMnya belum ada.”
Peneliti “Kemudian  untuk  penilaian  kompetensi  pengetahuan  Pak.  Disini  Bapak  lebih
sering menggunakan teknik penilaian apa Pak?” Guru
“Kan disini  ada  istilahnya  itu  ulangan  harian,  ada  istilahnya  ulangan.  Kalau ulangan  harian  itu  paling  banyak  menggunakna  tes  tulis  dan  itu  setiap  1  subtema
pada  akhir  pembelajaran  6.  Ulangan  harian  jelas  tertulis.  Lalu  dalam  aspek pengetahuan  ada  yang  namanya ulangan.  Pelaksanaan  ulangan  itu  tidak  masuk
dalam  pengolahan  nilai, tapi masuknya  itu  nanti  di  ketuntasan  hari  itu.  Jadi  ini tidak mesti secara  tertulis,  dan  lebih  banyak  di  lisankan.  Soalnya  di  tulis  di  RPP
bagian  belakang,  tetapi  hanya  dilisankan.  Kita pilih  beberapa  anak  yang  kira-kira itu belum  memahami. Misalnya tadi ini tentang teknologi  zaman batu, saya tanya
ke  siswa,  kalau  siswa  sebagian  besar  sudah  bisa  berarti  ini kan sudah  tuntas. Paling-paling hanya 3 nomor, karena pengetahuan di  hari itu paling cuma sedikit
kok. Misalnya  hari  ini  hanya  tentang  peninggalan  zaman  logam,  kewajiban,  sama grafik. Jadi soalnya cuma hanya 3. Misalnya sebutkan 7 peninggalan zaman logam,
sebutkan kewajiban sebagai warga negara, gambarkan grafik dari data pengunjung berikut.  Dan  itu  biasanya include di  pembelajaran.  Jadi  kami  pengetahuannya
hanya sedikit.”
Peneliti “Kemudian  tentang  cara  siswa  dalam  menulis  jawabannya  Pak,  bagaimana  itu
Pak?” Guru
“Kalau kami menyusun tes ulangan lebih banyak uraian. Jadi di 1 subtema itu kan banyak KD, banyak muatan mapel, komplit, bahkan sampai selain tematik kan ada
agama, bahasa jawa pun masuk disitu, lalu SBdP juga diulangannya itu ada. KD- KD SBdP, olahraga itu saya masukkan di ulangan.”
Peneliti “Apakah guru olahraga tidak memberikan ulangan harian sendiri Pak?”
Guru “Di pengetahuannya enggak. Guru olahraga hanya menilai keterampilan dan sikap.
Untuk  pengetahuannya include di  pembelajaran.  Biasanya  saya  tanya  ke  guru olahraga, Pak materi ini sudah diajarkan apa belum. Misalnya ya sudah praktek di
lapangan.  Atau  sebelum  dia  mengajar  saya welingke, Pak  tolong  besok  mengajar tentang  ini  supaya  nanti  ada  kesesuaian  dengan  saya ambil ulangannya. Enggak
banyak kok aspek pengetahuan di olahraga dan SBdP itu. Misalnya kalau di SBdP itu  tentang  kolase,  paling  hanya  menjelaskan  bahan,  menjelaskan  urutan  langkah,
nanti keterampilannya ada di aspek keterampilan produk biasanya.”
Peneliti “Untuk soal pilihan ganda jarang diberikan Pak?”
Guru “Jarang.  Pilihan  ganda  disamping  membuatnya  sulit,  juga  nanti  untuk  mengukur
KD  yang  tertentu gak bisa.  Jadi  lebih  banyak  uraian  dan  terbatas  biasanya  kalau saya. Jadi menyebutkan 4 atau 5 atau berapa sesuai degree.”
Peneliti “Kemudian untuk tes tulis hambatannya apa saja Pak?”
Guru “Tes tulis yang ulangan harian hambatannya kita itu anggaran untuk penggandaan
soal  itu  sangat  besar.  Jadi  membutuhkan  dana  yang  sangat  besar.  Bayangkan  dari 343 anak,  misalnya  1  anak  itu  2  lembar  atau  3  lembar,  kali  subtema  itu  3,  kali
temanya itu ada 4, dikali rupiahnya itu 175 itu hampir puluhan juta. Masalah utama di penilaian yaitu biaya. Sehingga saya kadang itu soal gak saya gandakan, soal itu
tak tampilkan di layar, dan anak menjawab supaya ngirit. Tapi resikonya tidak bisa tampil  seluruh  halaman.  Jadi  di  cek,  nomor  1  sudah  selesai  lalu  nomor  2  lalu
nomor 3. Memang kalo di copy enak tinggal mbagi, kerjakan.”
Peneliti “Kalau ulangan hariannya lisan pernah tidak Pak?”
Guru “Enggak. Ulangan harian mesti tulis. Tapi perbaikan lebih banyak saya lisan. Jadi
gini, ulangan harian setelah diproses kan banyak yang gak tuntas misalnya seperti itu,  itu  biasanya  anak  itu  hanya  kurang  memahami,  jadi  memang  harus  dipahami
apa  maksud  dari  soal  ini.  Jadi  setelah  kita  lisankan  baru  anak  itu tau,  oh maksudnya  itu to Pak. Nah baru  dia  tahu  jawabannya.  Sehingga  dalam  perbaikan