Penilaian Diri Penilaian Kompetensi Keterampilan
203
anak itu sudah dikelas, berdoa, hafalan surat pendek. Nanti guru datang baru menilai pembelajarannya. Memang idealnya guru sudah datang sebelum jam 7,
tapi kan kadang ada juga yang terlambat.” Peneliti
“Ya, kemudian apakah Bapak selalu menyampaikan kompetensi sikap apa saja yang harus dicapai siswa diawal pembelajaran?”
Guru “Kalau setiap hari gak mesti. Jadi, misalnya kompetensi sikap religius itu tidak
mesti setiap hari saya sampaikan, paling-paling diawal semester itu saya komunikasikan, jadi anak kalian itu saya dinilai setiap harinya, berdoanya,
sholatnya, bersyukurnya, bahkan itu toleransinya, seperti itu. Kalau sikap sosial misalnya disiplin, itu selalu disampaikan di setiap awal pembelajaran. Tapi kalau
yang religius itu insidental. Kalau ada kejadian tidak sesuai yang diharapkan baru kita elingke. Tapi paing tidak di awal semester itu sudah disampaikan. Kemudian
kalau aspek pengetahuan sama keterampilan setiap hari disampaikan di awal pembelajaran. Disampaikan nanti kita akan belajar apa, pengetahuannya, lalu
keterampilannya kita akan belajar apa, itu nanti perlu disampaikan. Kalau gak lupa, karena biasanya kadang lupa menyampaikan itu.”
Peneliti “Kemudian untuk rubriknya itu sebenarnya perlu disampaikan tidak Pak? Rubrik
penilaiannya?” Guru
“Perlu tapi ya sekali waktu, tidak tiap hari. kan rubrik itu kan hampir seragam to? Misalnya mau diskusi kan dari awal semester samapi besok kan sama, rubrik
penilaian diskusi itu disampaikan diawal dulu, kalau diskusi yang dinilai ini, ini, ini, ini. Misalnya keberaniannya menyampaikan pendapat, verbal, bahasa tubuh,
bahasa isyarat seperti itu. Biasanya di awal, tidak harus setiap hari disampaikan rubriknya. Kalau itu unjuk kerja memang biasanya saya tampilkan saat saya
memberi tugas. Misalnya bikin laporan, nanti perhatikan ejaannya, perhatikan pilihan katanya, lalu perhatikan juga isinya. Tapi tidak terus dikatakan vulgar, oh
jadi yang dinilai ininya. Kita berikan petunjuknya saja. Jadi anak nanti sudah punya rambu-rambu, oh jadi ejaannya harus benar, pilihan katanya harus benar. Ya
memang perlu disampaikan.”
Peneliti “Ya, lalu kapan saja Bapak melakukan pengamatan kepada siswa?”
Guru “Tergantung aspek yang diamati. Dari awal pembelajaran sudah mulai, di aspek
religius itu biasanya di awal dan akhir pelajaran. Kemudian juga saat sholat, saat presentasi maju ke depan. Misalnya kok dia tidak memberi kesempatan teman
untuk memberikan pendapat. Jadi harus diberi perhatian, paling tidak kalau mau usul tuh mengangkat tangan. Observasi sepanjang waktu, kalau keterampilan itu
biasanya kami lebih banyak di penilaian proses dan juga produk. Jadi kami membuat rubrik keterampilan itu lebih banyak ke aspek pengetahuannya, misalnya
keterampilan bercerita tentang teknologi zaman batu, itu lebih banyak penilaiannya pada isinya yang diceritakan. Tapi untuk sikap, untuk bahasa, untuk yang lain juga
itu nanti prosentasinya lebih sedikit, dan untuk isinya kita beri point agak besar.”
Peneliti “Cara mencatatnya bagaimana Pak? Apakah setiap tampilan sikap siswa selalu
ditulis atau bagaimana Pak?” Guru
“Idealnya itu kan setiap presentasi langsung dinilai, tapi kadang kan kita gak mungkin bisa selesai kalau menilai sebanyak anak dalam satu kali waktu atau
sehari. Kan sehari kalau ada 3 muatan paling tidak ada 3 keterampilan, itu kan gak akan selesai dalam waktu 1 hari itu. Oleh karena itu kami kan seringnya pakai cara
seperti ini, kita kan sudah banyak tahu tentang anak yang keterampilannya tinggi, kan kita sudah hampir bisa memahami keterampilannya ini tinggi tapi
pengetahuannya rendah. Biasanya kita ambil sampel. Kalau kita gak sempat menilai semua unjuk kerja siswa, kita ambil yang sampelnya kira-kira
keterampilannya tinggi, lalu kita juga ambil sampel yang kira-kira anak itu keterampilannya di bawah. Jadi biasanya yang maju ke depan itu anak-anak yang
keterampilannya tinggi sama rendah, jadi yang tengah-tengah itu gak usah semua. Dan kalaupun beda kasus beda-beda ya, tapi guru itu kan punya referensi lah.
Biasanya yang bagus yang pinter itu yang pertama atau yang dipandang guru