200
a. Tes Tertulis
1 Apakah kamu sering diberikan soal dalam bentuk tertulis oleh Pak Guru?
2 Bagaimana cara kamu menjawab soal?
3 Bagaimana bentuk soal yang sering diberikan oleh Pak Guru?
4 Apakah soal pilihan ganda sering diberikan oleh Pak Guru?
b. Tes Lisan
1 Apakah Pak Guru di kelas pernah memberikan soal secara lisan?
2 Apakah Pak Guru memberikan pertanyaan lisan ringkas dan jelas?
3 Apabila ada siswa yang tidak dapat menjawab, apakah pertanyaan diberikan ke siswa
lain? 4
Apakah  Pak  Guru  memberikan  kalimat-kalimat  tertentu  yang  sifatnya  menolong supaya kamu dapat menjawab?
5 Apakah kamu diberi waktu tunggu yang cukup untuk memikirkan jawaban?
c. Penugasan
1 Apakah  kamu  selalu  diberitahu  tentang  tugas  yang  harus  dikerjakan?  Bagaimana
caranya? 2
Apakah kamu  selalu  diberitahu  tentang  kemampuan  apa  yang  akan  dicapai  melalui tugas tersebut?
3 Apakah kamu diberi tahu rubrik penilaiannya?
4 Adakah batas waktu pengerjaan tugas?
5 Bagaimana cara kamu mengerjakan tugas?sendiri atau kelompok?
6 Adakah pembagian tugas tiap anak dalam kelompok? Siapa yang membagi?
7 Apakah kamu selalu mengumpulkan tugas sesuai batas waktu?
8 Apakah kamu selalu diberitahu nilaimu?
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
a. Penilaian Unjuk KerjaKinerja
1 Apakah kamu selalu diberitahu tentang rubrik penilaian?
2 Apakah  Pak  Guru  juga  menjelaskan  tentang  cara  mengerjakan  yang  benar  itu  yang
seperti apa, harusnya bagaimana? Bagaimana caranya? 3
Bagaimana kamu mengetahui setiap tugas yang diberikan Pak Guru?
201
4 Apakah Pak Guru selalu memeriksa peralatan yang akan digunakan untuk mengerjakan
tugas? 5
Apakah nilaimu selalu dicatat oleh Pak Guru?
b. Penilaian Projek
1 Apakah kamu pernah melakukan kegiatan proyek?
2 Proyek apa saja yang sudah pernah dibuat?
3 Apakah rubrik penilaian proyek diberi tahu dan dijelaskan oleh Pak Guru?
4 Apakah kamu paham dengan setiap tugas proyek yang diberikan oleh Pak Guru?
5 Bagaimana cara guru menilai proyekmu?
6 Apakah Pak Guru selalu mengecek setiap pekerjaan proyekmu?
7 Apabila sudah selesai, proyekmu disimpan dimana?
c. Penilaian Produk
1 Apakah kamu pernah membuat suatu produk?
2 Produk apa saja yang sudah pernah dibuat?
3 Bagaimana cara guru menilai produkmu?
d. Penilaian Portofolio
1 Apakah kamu pernah menyimpan hasil-hasil karya di dalam map?
2 Dimanakah kamu menyimpan map yang berisi hasil karya?
3 Identitas apa saja yang kamu berikan dalam setiap karya yang dibuat?
4 Apabila  karyamu  belum  memuaskan,  apakah  kamu  diberi  kesempatan  untuk
memperbaikinya? 5
Apakah kamu selalu mencantumkan tanggal pembuatan karya? 6
Apakah Pak guru pernah memamerkan hasik karya siswa?
202 Lampiran 6. Transkrip  Wawancara Pelaksanaan Penilaian Autentik dengan Guru
Kelas IV A
TRANSKRIP WAWANCARA 1 DENGAN GURU KELAS IV A
Nama guru : Supriyanta, S. Pd
HariTanggal : Rabu, 21 Januari 2015
Waktu : 13.00 – 14.00
Tempat : Ruang Kelas IV A
Peneliti “Selamat siang, Pak.”
Guru “Siang.”
Peneliti “Dengan Pak Supriyanta, S. Pd, benar?”
Guru “Betul betul.”
Peneliti “Guru kelas IV A ya Pak?”
Guru “IV A, nggeh.”
Peneliti “Disini  saya  akan  bertanya  tentang  penilaian  autentik,  Pak.  Apakah  Bapak  dalam
pembelajaran tematik sudah menggunakan penilaian autentik?” Guru
“Ya,  paling  tidak  sepemahaman  saya.  Sudah  saya  lakukan  walaupun  baru  sebatas ya belum sempurna. Baru latihan untuk implementasi kurikulum kan baru 2 tahun
ini. Mungkin saya masih banyak kekurangan, masih belum tepat seperti itu, masih banyak perlu penyempurnaan.”
Peneliti “Kemudian, ranah apa saja Pak yang dinilai dalam penilaian autentik?”
Guru “keempat aspek, sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.”
Peneliti “Kemudian  untuk  yang  pertama  yaitu  untuk  ranah  sikap.  Disini  Bapak  sering
menggunakan teknik penilaian apa Pak untuk menilai sikap siswa?” Guru
“Untuk  yang  sikap  baik  yang  religius  maupun  sosial  yang  paling  banyak  dipakai yaitu  lembar  observasi.  Lembar  observasi  yang  telah  disiapkan  di  setiap  RPPnya
itu. Tinggal  ngisi  aja nanti  nilai  apa  yang  akan  dinilai,  diamati  jadi tinggal  ngisi angka dari 1 sampai 4.”
Peneliti “4 itu apa Pak?”
Guru “4 itu selalu, jadi istilahnya itu sudah membudaya. Kalau 3 itu kan baru sering atau
istilahnya baru berkembang. Yang 2 itu mulai nampak kalau yang 1 itu sama sekali belum nampak.”
Peneliti “Mengapa Bapak sering menggunakan observasi ini Pak?”
Guru “Ya kan ini memang yang paling efektif. Sebenarnya ada 3 yang lain tapi menurut
juknisnya kan yang  jurnal sama penilaian  diri sama penilaian  antar  peserta  didik kan kita lakukan tapi tidak masuk daftar nilai, tidak masuk perhitungan nilai. Tetap
kita  lakukan  tetapi  untuk  yang  penilaian  diri  itu kan hanya  selama  1  semester sekali,  sebelum  UAS.  Terus  penilaian  antar  peserta  didik  itu  juga  cuma  sekali
dalam 1 pengajaran, lalu untuk yang jurnal itu kalau ada kejadian penting di setiap harinya. Jadi, tidak semua anak dinilai, diobservasi, tetapi hanya kejadian-kejadian
penting baik positif maupun yang negatif, ditulis di jurnal.”
Peneliti “Kemudian  untuk  observasi,  bagaimana  cara  Bapak  melakukan  penilaian  dengan
menggunakan observasi?” Guru
“Observasi  memang  sebenarnya agak rumit,  mbak.  Instrumennya kan sudah  kita siapkan  waktu  kita  membuat  RPP.  Nanti  pelaksanaannya  memang  perlu  waktu
yang agak lebih,  karena  dari  mulai  pembelajaran kan sudah  mulai  berdoa,  belum nanti  sikap  religius  yang  lain,  nanti pas waktu  Dhuhur  nanti kan ada  ketaatan
beribadah. Nanti selama pembelajaran kan ada sikap syukur, ada berdoa juga. Jadi sebelum  melakukan,  misalnya mau maju  presentasi kan biasanya  basmallah dulu,
selesai  nanti  juga  ada  berdoa.  Dan  itu  perlu  mengingatkan  terus,  karena  kalau masih  belum  jadi  kebiasaan  harus  diingatkan  terus.  Hanya  kadang-kadang  kita
masuk  itu  anak  sudah  berdoa  karena  disini  sudah  dikondisikan,  begitu  bel  masuk
203
anak  itu  sudah  dikelas,  berdoa,  hafalan  surat  pendek.  Nanti  guru  datang  baru menilai  pembelajarannya.  Memang  idealnya  guru  sudah  datang  sebelum  jam  7,
tapi kan kadang ada juga yang terlambat.” Peneliti
“Ya,  kemudian  apakah  Bapak  selalu  menyampaikan  kompetensi  sikap  apa saja yang harus dicapai siswa diawal pembelajaran?”
Guru “Kalau  setiap  hari gak mesti. Jadi,  misalnya  kompetensi  sikap  religius  itu  tidak
mesti setiap  hari  saya  sampaikan,  paling-paling  diawal  semester  itu  saya komunikasikan,  jadi  anak  kalian  itu  saya  dinilai  setiap  harinya,  berdoanya,
sholatnya,  bersyukurnya,  bahkan  itu  toleransinya,  seperti  itu.  Kalau  sikap  sosial misalnya  disiplin,  itu  selalu  disampaikan  di  setiap  awal  pembelajaran. Tapi kalau
yang religius itu insidental. Kalau ada kejadian tidak sesuai yang diharapkan baru kita elingke. Tapi paing  tidak di awal semester itu  sudah disampaikan. Kemudian
kalau  aspek  pengetahuan  sama  keterampilan  setiap  hari  disampaikan  di  awal pembelajaran.  Disampaikan  nanti  kita  akan  belajar  apa,  pengetahuannya,  lalu
keterampilannya kita akan belajar apa, itu nanti perlu disampaikan. Kalau gak lupa, karena biasanya kadang lupa menyampaikan itu.”
Peneliti “Kemudian  untuk  rubriknya  itu  sebenarnya  perlu  disampaikan  tidak  Pak?  Rubrik
penilaiannya?” Guru
“Perlu tapi ya sekali waktu, tidak tiap hari. kan rubrik itu kan hampir seragam to? Misalnya mau diskusi kan dari  awal  semester  samapi  besok kan sama,  rubrik
penilaian  diskusi  itu  disampaikan  diawal dulu,  kalau  diskusi  yang  dinilai  ini,  ini, ini,  ini.  Misalnya  keberaniannya  menyampaikan  pendapat,  verbal,  bahasa  tubuh,
bahasa  isyarat  seperti  itu.  Biasanya  di  awal,  tidak  harus  setiap  hari  disampaikan rubriknya.  Kalau  itu  unjuk  kerja  memang  biasanya  saya  tampilkan  saat  saya
memberi  tugas.    Misalnya bikin laporan,  nanti  perhatikan  ejaannya,  perhatikan pilihan  katanya,  lalu  perhatikan  juga  isinya. Tapi tidak  terus  dikatakan  vulgar,  oh
jadi  yang  dinilai  ininya.  Kita  berikan  petunjuknya  saja.  Jadi  anak  nanti  sudah punya rambu-rambu, oh jadi ejaannya harus benar, pilihan katanya harus benar. Ya
memang perlu disampaikan.”
Peneliti “Ya, lalu kapan saja Bapak melakukan pengamatan kepada siswa?”
Guru “Tergantung  aspek  yang  diamati.  Dari  awal  pembelajaran  sudah  mulai,  di  aspek
religius  itu  biasanya  di  awal  dan  akhir  pelajaran.  Kemudian  juga  saat  sholat,  saat presentasi  maju  ke  depan.  Misalnya kok dia  tidak  memberi  kesempatan  teman
untuk  memberikan  pendapat.  Jadi  harus  diberi  perhatian,  paling  tidak  kalau mau usul tuh mengangkat  tangan.  Observasi  sepanjang  waktu,  kalau  keterampilan itu
biasanya  kami  lebih  banyak  di  penilaian  proses  dan  juga  produk.  Jadi  kami membuat rubrik keterampilan itu lebih banyak ke aspek pengetahuannya, misalnya
keterampilan bercerita tentang teknologi zaman batu, itu lebih banyak penilaiannya pada isinya yang diceritakan. Tapi untuk sikap, untuk bahasa, untuk yang lain juga
itu nanti prosentasinya lebih sedikit, dan untuk isinya kita beri point agak besar.”
Peneliti “Cara  mencatatnya  bagaimana  Pak?  Apakah  setiap  tampilan  sikap  siswa  selalu
ditulis atau bagaimana Pak?” Guru
“Idealnya  itu kan setiap  presentasi  langsung  dinilai, tapi kadang kan kita gak mungkin  bisa  selesai  kalau  menilai  sebanyak  anak  dalam  satu  kali  waktu  atau
sehari. Kan sehari kalau ada 3 muatan paling tidak ada 3 keterampilan, itu kan gak akan selesai dalam waktu 1 hari itu. Oleh karena itu kami kan seringnya pakai cara
seperti ini, kita kan sudah banyak tahu tentang anak yang keterampilannya tinggi, kan kita  sudah  hampir  bisa  memahami  keterampilannya  ini  tinggi tapi
pengetahuannya  rendah. Biasanya  kita  ambil  sampel.  Kalau  kita gak sempat menilai  semua  unjuk  kerja  siswa,  kita  ambil  yang  sampelnya  kira-kira
keterampilannya  tinggi,  lalu  kita  juga  ambil  sampel  yang  kira-kira  anak  itu keterampilannya di bawah. Jadi biasanya  yang  maju ke depan itu anak-anak  yang
keterampilannya tinggi sama rendah, jadi yang tengah-tengah itu gak usah semua. Dan  kalaupun  beda  kasus  beda-beda  ya, tapi guru  itu kan punya  referensi lah.
Biasanya  yang  bagus  yang pinter itu  yang  pertama  atau  yang  dipandang  guru