290
1.   Teori Belajar Piaget
Jean  Piaget  ialah  psikolog  pertama  yang  menggunakan  filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Teori yang dikemukakan oleh Piaget adalah
teori  perkembangan  mental  atau  intelektual  atau  kognitif.  Piaget  menekankan aktivitas individual dalam pembentukan pengetahuan. Piaget yang dikenal sebagai
konstruktivis  pertama  Ratna  Wilis  Dahar,  1989 :159  menegaskan  bahwa pengetahuan  dibangun  dalam  pikiran  siswa  melalui  proses  asimilasi,  akomodasi
dan  ekuilibrasi.  Proses  asimilasi  adalah  proses  penyatuan  atau  pengintegrasian informasi  baru  ke  dalam  struktur  kognitif  yang  telah  dimiliki.  Proses  akomodasi
adalah  proses  penyesuaian  struktur  kognitif  ke  dalam  situasi  yang  baru. Sedangkan,  proses  ekuilibrasi  adalah  penyesuaian  berkesinambungan  antara
asimilasi dan akomodasi. Piaget  membagi  tahap-tahap  perkembangan  kognitif  yang  dialami  setiap
individu menjadi empat tahap yaitu : a.   Tahap sensori motor.
Tahap  sensor  motor  yaitu  tahap  yang  menempati  dua  tahun  pertama 0–2  tahun  dalam  kehidupan  setiap  individu.    Pada  periode  ini  individu
mengatur alam dengan indera-inderanya sensori dan tindakan-tindakannya motor.  Selama  periode  ini  individu  tidak  mempunyai  konsepsi  ”
object permanence
”  misalnya  ia  tidak  bisa  menemukan  kembali  terhadap  benda yang telah disembunyikannya.
b.   Tahap pra-operasional. Pra-operasional  adalah  tahap  antara  2  hingga  7  tahun.  Periode  ini
290
disebut  pra-operasional,  karena  pada  umur  ini  individu  belum  mampu melaksanakan
operasi-operasi mental
seperti menambah
ataupun mengurangi. Tahap pra-operasional terdiri atas dua sub operasional yaitu sub
operasional pertama antara 2 hingga 4 tahun yang disebut pra logis  dan sub operasional yang kedua antara 4 hingga 7 tahun, yang disebut tahap berpikir
intuitif.  Pada  sub  pra  logis  penalaran  individu  adalah  transduktif  yaitu penalaran yang bergerak dari khusus ke khusus tanpa menyentuh pada yang
umum seperti penalaran deduktif maupun induktif. Individu pada tahap pra- operasional  juga  tidak  dapat  berpikir  reversibel  yaitu  kemampuan  berpikir
kembali pada titik permulaan menuju satu arah dan mengadakan kompensasi dengan  menuju  arah  yang  berlawanan.  Sehingga  pikiran  individu  pra-
operasional  bersifat  irreversibel.  Biasanya  individu  pra-operasional  bersifat egosentris yaitu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain.
c. Tahap operasional konkret
Tahap operasional konkret yaitu tahap antara 7 hingga 11 tahun. Tahap ini  merupakan  permulaan  berpikir  rasional  yaitu  memiliki  operasi-operasi
logis  yang  dapat  diterapkan  pada  masalah-masalah  konkret  saja  artinya individu belum dapat berurusan dengan materi yang abstrak.
d. Tahap operasional formal
Tahap  perkembangan  kognitif  yang  terakhir  yaitu  tahap  operasional formal  yaitu  antara  11  tahun  keatas.  Pada  tahap  ini  individu  sudah  dapat
menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks atau sudah dapat berpikir abstrak.
290
Walaupun  ada  perbedaan  individual  dalam  hal  kemajuan  perkembangan, tetapi  teori  Piaget  mengasumsikan  bahwa  seluruh  siswa  tumbuh  dan  melewati
urutan  perkembangan  yang  sama,  namun  pertumbuhan  itu  berlangsung  pada kecepatan  yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada
seberapa  jauh  anak  memanipulasi  dan  aktif  berinteraksi  dengan  lingkungan. Antara teori Piaget dan konstruktivis terdapat persamaan yaitu terletak pada peran
guru  sebagai  fasilitator,  bukan  sebagai  pemberi  informasi.  Guru  perlu menciptakan  lingkungan  belajar  yang  kondusif  bagi  siswa-siswanya  Woolfolk,
1993  dan  membantu  siswa  menghubungkan  antara  apa  yang  sudah  diketahui siswa dengan apa yang sedang dan akan dipelajari Abruscato, 1999.
Prinsip-prinsip  Piaget  dalam  pembelajaran  diterapkan  dalam  program- program  yang  menekankan  pembelajaran  melalui  penemuan  dan  pengalaman-
pengalaman  nyata  dan  pemanipulasian  alat,  bahan,  atau  media  belajar  yang  lain serta  peranan  guru  sebagai  fasilitator  yang  mempersiapkan  lingkungan  dan
memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Siswa  SMP  termasuk  dalam  tahap  operasional  formal  umur  1112-18
tahun. Pada tahap ini siswa sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis  formal  berdasarkan  hipotesis-hipotesis  dan  dapat  mengambil  kesimpulan
tentang  apa  yang  diamatinya.  Flavell  dalam  Ratna  Willis  Dahar  1989  :  155 mengemukakan  beberapa  karakteristik  dari  perkembangan  pada  tahap  ini  yaitu  :
1  siswa  sudah  mampu  berpikir  hipotesis-deduktif  yang  berarti  dapat merumuskan  banyak  alternatif  hipotesis  dalam  menanggapi  masalah  dan
mengecek,  data  terhadap  setiap  hipotesis  untuk  membuat  keputusan  yang  layak.
290
Tetapi  ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis, 2  siswa  sudah  mampu  berpikir  proposisional  yaitu  berpikir  yang  tidak  hanya
terbatas  pada  peristiwa-peristiwa  yang  konkret  saja,  3  siswa  mampu  berpikir kombinatorial  yaitu  berpikir  yang  meliputi  semua  kombinasi  benda-benda,
gagasan-gagasan  atau  proposisi-proposisi  termasuk  berpikir  abstrak  dan  konkret dengan  menggunakan  pola  berpikir  “kemungkinan”.  Metode  berpikir  ilmiah
dengan
tipe  hipothetico-deductive
dan
inductive
sudah  mulai  dimiliki  siswa, dengan  kemampuan  menarik  kesimpulan,  menafsirkan  dan  mengembangkan
hipotesis. Sejalan dengan itu dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang siswa akan
mengawalinya  dengan  pemikiran  teoritik.  Ia  menganalisis  dan  mengajukan  cara- cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu
menggunakan cara berpikir induktif disamping deduktif. Oleh sebab itu, dari sifat analisis  yang  ia  lakukan,  ia  dapat  membuat  suatu  strategi  penyelesaian.  Analisis
teoritik  ini  dapat  dilakukan  secara  verbal.  Siswa  lalu  mengajukan  pendapat- pendapat  atau  prediksi  tertentu,  yang  juga  disebut  proporsi-proporsi,  kemudian
mencari hubungan antara proporsi  yang berbeda tadi. Berkaitan dengan ini maka berpikir operasional juga disebut proporsional.
Namun  pada  kenyataannya,  siswa  SMP  di  Indonesia  saat  ini  belum sepenuhnya  memiliki  karakteristik  tahap  operasional  formal  dan  masih
memerlukan  bimbingan  dan  arahan  dalam  belajar.  Setiap  siswa  SMP  memang melalui  setiap  tahap-tahap  perkembangan  anak,  tetapi  tidak  sepenuhnya  mutlak
sama  antara  siswa  satu  dengan  siswa  yang  lain.  Menurut  penelitian  yang
290
dilakukan,  anak-anak  Indonesia  masih  berada  dalam  masa  peralihan  dari  tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal.
Prinsip  pembelajaran  materi  Tata  Surya  sesuai  dengan  teori  belajar  Piaget bagi  siswa  SMP  dimulai  dari  konkret  menuju  ke  abstrak,  misalnya  dalam
menunjukkan gerak revolusi Bumi terhadap Matahari akibat adanya gaya gravitasi Matahari.  Bumi  yang  bergerak  dalam  lintasan  elips  dapat  dilihat  secara  konkret,
walaupun  dengan  bantuan  media.  Sedangkan  gaya  gravitasi  Matahari  lebih bersifat  abstrak,  karena  tidak  dapat  dilihat  langsung  dengan  panca  indera.
Berdasarkan  teori  perkembangan  anak,  siswa  SMP  mudah  menerima  dan mempelajari materi Tata Surya ini dengan baik. Disamping itu, kemampuan awal
yang  dimiliki  siswa  sebelum  mengikuti  pembelajaran  dapat  menunjang  dan membantu proses belajar yang akan dilakukan.
2. Teori belajar Vygotsky