18
yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
16
c. Teori-teori Belajar
1 Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Hukum yang
berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar, yaitu:
a Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur- unsurnya,
b Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
17
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan
problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh
insight. Sifat-sifat belajar dengan insight ialah: a
Insight tergantung dari kemampuan dasar b
Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan c
Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati
d Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari
langit e Belajar dengan
insight dapat diulangi f
Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
18
2 Teori Conectionism Thorndike
Menurut teori trial and eror mencoba-coba dan gagal ini,
setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan
16
Ngalim Purwanto, op. cit., hlm 102
17
Slemeto, op. cit., hlm. 9.
18
Ibid.
19
melakukan tindakan yang sifatnya mencoba-coba secara membati buta. Jika dalam usaha mencoba-coba itu secara kebetulan ada
perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian “dipegangnya”.
Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin
efisien.
19
Jadi proses belajar menurut Thorndike melalui proses: a
Trial and error mencoba-coba dan mengalami kegagalan, dan b
Law of effect yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan cocok dengan
tuntutan situasi akan diingat dan dipelajari dengan sebaik- baiknya.
20
Kelemahan dari teori ini ialah: a Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan
otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu
bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial
and error. Trial and error ini tidak berlaku mutlak untuk manusia.
b Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar
ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus menerus.
c Karena proses belajar berlangsung secara mekanistis, maka “pengertian” tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok
dalam belajar. Maka mengabaikan “pengertian” sebagai unsur
yang pokok dalam belajar.
21
19
Ngalim Purwanto, op. cit., h. 98.
20
Ibid., h. 99
21
Ibid.