Hasil Belajar Pelaksanaan Siklus II

Tabel 4.21 Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru Siklus II No Aspek yang diamati Pertemuan ke - Total 1 2 3 4 I Pra Pembelajaran 1 Menghimpun data dan informasi tentang kemampuan mengukur peserta didik. 3 3 3 3 12 Baik 2 Menganalisis kemampuan mengukur sebelum ada tindakan. 3 3 4 4 14 Sangat Baik 3 Mengklasifikasi peserta didik sesuai dengan karakteristik. 4 2 4 4 14 Sangat Baik II Kegiatan Awal Pembelajaran 1 Memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan 3 2 2 3 10 Baik 2 Menempatkan peserta didik sesuai dengan karakteristik. 4 3 4 4 15 Sangat Baik III Kegiatan Inti Pembelajaran 1 Melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Project based learning 3 3 3 3 12 Baik 2 Penguasaan materi 4 3 4 4 15 Sangat baik 3 Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari 3 3 3 4 13 Sangat Baik 4 Memberikan penguatan pada peserta didik yang sudah terampil menggunakan latihan soal. 4 3 4 4 15 Sangat Baik IV Kegiatan Akhir 1 Menetapkan ketuntasan belajar 3 4 4 4 15 Sangat Baik 2 Pemberian tugas rumah 4 4 4 4 16 Sangat Baik Jumlah 38 33 39 41 151 Skor maksimal 44 44 44 44 44 Prosentase 86,3 6364 75 88,636 36 93,1 8182 86,363 64 Prosentase rata – rata 85,79545 Keterangan: P = Pertemuan Kriteria nilai: Skala skor total : 1 = Kurang Baik Kurang Baik = 1 – 4 2= Cukup Baik Cukup Baik = 5 – 8 3= Baik Baik = 9 – 12 4 = Sangat Baik Sangat Baik= 13 – 16 Berdasarkan tabel 4.21 terkait dengan hasil observasi kegiatan aktifitas mengajar, penelitisudah mengikuti setiap aspek yang diamati dalam lembar observasi dan melakukan langkah-langkah yang tersusun di dalam RPP. Sesuai dengan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa hasil rata-rata aktifitas mengajar peneliti pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata presentase menjadi 85,8 yang menunjukan rata- rata keseluruhan dalam kategori“Sangat Baik”.

B. Analisis Tindakan

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan Project based learning peneliti telah melakukan pengamatan terhadap hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, pendekatan Project based learning ini membuat siswa lebih sistematis dalam mengerjakan soal dan mampu mengembangkan kepemahaman siswa dalam pembelajaran IPS, walaupun dalam pelaksanaanya masih terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat teratasi pada tindakan pembelajaran selanjutnya dengan kegiatan refleksi pada setiap siklusnya. Tahap refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan kolabolator setelah melakukan proses pembelajaran dengan melihat kondisi kelas yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis pada observasi, dan tes uji kepemahaman siswa ditemukan peningkatan dan perbaikan yang cukup signifikan diantaranya, respon siswa yang merasa pembelajaran melalui pendekatan Project based learning berlangsung lebih menarik menyenangkan, lebih semangat dan dapat diikuti dengan mudah. Hal ini dinyatakan adanya bukti respon siswa melalui hasil observasi. Aktivitas pembelajaran siswa dengan pendekatan Project based learning sudah menunjukan kategori sangat baik dengan rata-rata presentase 77,86 dari hasil intervensi yang diharapkan mencapai 75 rata-rata keseluruhan aktivitas siswa. Hasil pengamatan aktivitas siswa juga menunjukan siswa dapat menyelesaikan setiap soal dengan jawaban yang variatif, sehingga pendekatan ini dapat memacu siswa untuk dapat menganalisis soal dan menentukan cara penyelesaian yang diketahui. Selama pembelajaran, aktivitas siswa baik secara berkelompok dengan beranggotakan siswa dengan kemampuan heterogen maupun individu sudah berjalan dengan lancar. Kegiatan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung tertib dan kondusif dengan masing-masing anggota kelompok antusias menjawab soal. Tanggung jawab masing- masing individu dalam kelompok juga sudah maksimal tanpa mengandalkan kemampuan siswa yang pandai saja untuk menemukan jawaban dengan beragam cara mereka sendiri sehingga lebih fleksibel. Siswa sudah tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal pemecahan masalah dengan menggunakan strategi Polya pada lembar kerja kelompok dan LKS yang diberikan. Siswa terlihat sudah memiliki proses berpikir yang menghasilkan jawaban penyelesaian yang berbeda-beda dan terperinci dalam langkah penyelesaiannya. Pada siklus II peneliti hanya berperan sebagai fasilitator yang lebih banyak melibatkan siswa dalam mendapatkan pengetahuan berdasarkan pengalaman diskusi dan hanya perlu memberi penguatan-penguatan terhadap materi atau konsep yang belum dipahami. Perolehan rata-rata tes akhir kemampuan berpikir kritis matematis siswa siklus II telah mencapai kriteria dari batas yang ditetapkan yaitu sebesar 65,5 dari kriteria ketercapaian minimal nilai rata-rata kelas sebesar 65. Adapun skor tiap indikator berpikir kritis juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya sehingga menunjukan bahwa data-data yang dikumpulkan telah mengalami peningkatan dan menyebabkan indikator keberhasilan tercapai. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini diberhentikan sampai dengan siklus II.