Faktor Eksternal Analisis Faktor Kemampuan Membaca

mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sikap positif pada subindikator nomor dua tersebut lebih kuat yaitu sekitar 72,34 daripada sikap negatif yang hanya sekitar 19,14. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. c Teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks Indikator teks merupakan faktor eksternal. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi teks yakni 1 kata-kata asing, 2 kalimat panjang, 3 tingkat keterbacaan, 4 terlalu banyak kata-kata asing, dan 5 struktur teks yang tidak sistematis, 6 Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya, 7 Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan, dan 8 Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.13 Teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. 5 5 21 16 2 Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. 2 6 4 28 7 3 Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. 2 7 27 11 4 Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 1 7 23 16 5 Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 2 6 27 12 6 Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. 1 9 7 23 7 7 Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. 3 8 23 13 8 Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang- kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. 1 3 7 28 8 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subindikator nomor satu dari indikator faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks, yaitu “Ketika membaca, kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya ”, pilihan sangat setuju berjumlah atau dipilih oleh 16 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah atau dipilih oleh 21 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 37 atau 78,72 yang termasuk dalam kriteria kuat. Artinya sebanyak 37 mahasiswa setuju ketika membaca kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju berjumlah 0 tidak dipilih oleh mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 5 mahasiswa. Jadi, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 5 atau 10,63 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Artinya sebanyak 5 mahasiswa tidak kesulitan menghadapi adalah kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya ketika membaca. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sikap positif pada subindikator nomor satu tersebut sangat kuat yaitu sekitar 78,72 dan sikap negatif sangat lemah yaitu hanya sekitar 10,63. Namun, sebanyak 5 mahasiswa atau 10,63 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya subindikator nomor dua yaitu “Kalimat yang terlalu panjang mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan”. Diketahui bahwa jumlah yang dipandang sebagai sikap positif yaitu 35 atau 74,46 yang termasuk dalam kriteria kuat. Hal ini terlihat dari pilihan sangat setuju 7 dan pilihan setuju dipilih oleh 28 mahasiswa, berarti sebanyak 35 mahasiswa setuju kalimat yang terlalu panjang mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 6 mahasiswa, berarti sebanyak 8 mahasiswa merasa kalimat yang terlalu panjang tidak mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Oleh karena itu, jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 8 atau 17,02 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51 tidak jelas sikapnya yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Pada subindikator nomor tiga yaitu “Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 11 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 27 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 38 atau 80,85 dan termasuk dalam krietria sangat kuat. Artinya, sebanyak 38 mahasiswa setuju bahwa tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 2 atau 4,25 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini terlihat pada pilihan sangat tidak setuju dipilih tidak mendapat pilihan oleh mahasiswa dan pilihan setuju tidak dipilih oleh 2 mahasiswa, berarti sebanyak 2 mahasiswa yang merasa tidak kesulitan untuk memahami isi bacaan yang tingkat keterbacaannya terlalu sulit. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,90 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Kemudian subindikator nomor empat yait u “Teks yang terlau banyak kata- kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Pada subindikator ini jumlah sikap positif yaitu 39 atau 82,98 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat, hal ini dapat dilihat pada pilihan sangat setuju berjumlah 16 dan pilihan setuju 23. Artinya sebanyak 39 mahasiswa setuju jika teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Sebaliknya, sikap yang dipandang negatif berjumlah 1 atau 2,12 dan termasuk dalam kriteria sangat lemat. Hal ini dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju yang berjumlah 0 atau tidak mendapat pilihan dari mahasiswa dan pilihan tidak setuju berjumlah 1 mahasiswa. Artinya, hanya 1 mahasiswa yang tidak setuju jika teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,90 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya pada subindikator nomor lima yaitu, “Struktur teks yang tidak sistemati s sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Subindikator nomor lima ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 39 atau 82,98 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 12 dan jumlah pilihan setuju 27, berarti sebanyak 39 mahasiswa setuju jika struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 2 atau 4,25 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini dapat dilihat dari pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa. Artinya, sebanyak 2 mahasiswa tidak setuju jika struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Namun, sebanyak 6 mahasiswa atau 12,77 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Pada Subindikator nomor enam yaitu “Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 7 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 23 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 30 atau 63,82 yang termasuk dalam kriteria kuat, berarti sebanyak 30 mahasiswa setuju jika bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 10 mahasiswa atau 21,28 yang termasuk dalam kriteria lemah, hal ini dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju berjumlah 1 dan pilihan setuju berjumlah 9. Artinya, sebanyak 10 mahasiswa tidak setuju jika bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,90 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Pada subindikator nomor tujuh yaitu “Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. ” Pilihan sangat setuju dipilih oleh 13 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 23 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 36 atau 76,59 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya sebanyak 36 mahasiswa setuju jika sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif hanya 3 atau 6,38 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 3 mahasiswa. Artinya, sebanyak 3 mahasiswa tidak setuju jika sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Namun, sebanyak 8 mahasiswa atau 17,02 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya subindikator terakhir pada indikator faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks, yaitu “Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang- kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan”. Subindikator nomor delaapn ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 36 atau 76,60 yang termasuk dalam kriteria cukup. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 8 dan jumlah pilihan setuju 28, berarti sebanyak 36 mahasiswa setuju jika meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 4 atau 8,51 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini dapat dilihat dari pilihan sangat tidak setuju 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 3 mahasiswa. Artinya sebanyak 3 mahasiswa tidak setuju jika meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,89 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. d Masih kuatnya pengaruh budaya lisan Masih kuatnya pengaruh budaya lisan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Kuatnya budaya lisan seringkali membuat kita kesulitan untuk memahmi isi bacaan. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa pemahaman yang berbeda antara yang kita sudah kita pahami sebelumnya dengan yang sebenarnya. Misalnya, kata-kata yang baku dengan kat-kata yang sudah biasa kita ucapkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.14 Indikator Masih kuatnya pengaruh budaya lisan NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 4 11 9 20 3 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya ada satu subindikator dari indikator masih kuatnya pengaruh budaya lisan, yaitu “Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan ”, pilihan sangat setuju berjumlah atau dipilih oleh 3 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah atau dipilih oleh 20 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 23 atau 48,93 dan termasuk dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 23 mahasiswa setuju jika masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang dibacanya. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 4 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 11 mahasiswa. Jadi, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 15 atau 31,91 dan termasuk dalam kriteria lemah, berarti sebanyak 15 mahasiswa tidak setuju jika masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang dibacanya. Namun, sebanyak 9 mahasiswa atau 19,14 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. e Kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi Kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Acara televisi yang kini sudah sangat beragam membuatnya lebih menarik daripada kegiatan membaca. Ada satu subindikator yang termasuk dengan indikator kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi tersebut, yaitu jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.15 Kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. 1 6 4 18 18 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya ada satu subindikator dari indikator kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi, yaitu “Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi ”, pilihan sangat setuju berjumlah atau dipilih oleh 18 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah atau dipilih oleh 18 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 36 atau 76,60 yang termasuk dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 36 mahasiswa setuju jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju berjumlah 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 6 mahasiswa. Jadi, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 7 atau 14,89 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Artinya sebanyak 7 mahasiswa tidak setuju jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Setelah penjabaran faktor internal dan faktor eksternal tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan secara keseluruhan analisis angket faktor membaca. Data yang diolah dalam tabulasi faktor kemampuan membaca terlampir sesuai dengan langkah-langkah analisis skala likert diketahui jumlah skor adalah 16.279. Berdasarkan jumlah skor tersebut diketahui skor tertinggi yaitu 23.735 dan skor terendah yaitu 4.747. Berdasarkan data tersebut kemudian ditentukan kriteria interpretasi skor dengan rumus jumlah skorjumlah skor tertinggi dikali 100. Hasil perhitungannya adalah 16.27923.735 x 100 = 68,59. Hasil perhitungan tersebut diketahui 68,59 yang tergolong dalam kriteria tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester VI Universitas Sanata Dharma tergolong dalam kriteria tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa semakin kuatnya faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca yang dimiliki oleh seorang mahasiswa maka kemampuan membaca pemahamannya akan semakin tinggi.

4.2.2 Analisis SWOT

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis SWOT Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat . Peneliti menggunakkan teori SWOT ini untuk menganalisis hasil data penelitian, karena di dalam analisis SWOT dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam membaca pemahaman. Teori ini peneliti gunakan untuk menganalisis angket faktor dan mengaitkannya pada hasil tes. Analisis SWOT ini dibagi menjadi dua , yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif dalam faktor internal menjadi kekuatan faktor membaca, sikap negatif dalam faktor internal menjadi kelemahan faktor membaca, sikap positif dalam faktor eksternal menjadi peluang faktor membaca, dan sikap negatif dalam faktor eksternal menjadi ancaman faktor membaca. Adapun penjabarannya sebagai berikut: Tabel 4.16 Kekuatan Strenght NO SUBINDIKATOR 1 Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. 2 Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan. 3 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. 4 Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca 5 Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari 6 Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari NO SUBINDIKATOR 7 Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca 8 Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca 9 Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan 10 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan 11 Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca 12 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan 13 Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan 14 Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca 15 Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja 16 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri 17 Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca 18 Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya 19 Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, saya ingin membacanya 20 Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya 21 Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik 22 Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain 23 Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca 24 Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya 25 Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan Berdasarkan tabel kekuatan faktor membaca di atas, dapat diketahui terdapat 25 subindiktor yang menjadi kekuatan membaca mahasiswa. Subindikator- subindikator yang menjadi kekuatan tersebut yaitu, mhasiswa membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri, mahsiswa merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan. Selanjutnya jika diberi tugas membaca oleh dosen, mahasiswa berusaha menyelesaikannya tepat waktu, selama perkuliahan, mhasiswa ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca, mahasiswa merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari, mahasiswa merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Selanjutnya jika teman memiliki buku baru, mahasiswa ingin meminjam untuk dibaca, mahasiswa ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca, membaca sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat mahasiswa tinggalkan, sambil membaca mahasiswa membuat ringkasan isi bacaan. Selanjutnya, pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki oleh mahasiswa berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang dibaca, mahasiswa ingin membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan, dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah mahasiswa untuk memahami isi bacaan, dan untuk memahami isi bacaan, mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca. Selanjutnya, agar memahami isi bacaan, mahasiswa cukup mengingat-ingat isinya saja, agar memahami isi bacaan, mahasiswa merumuskan dengan bahasa sendiri, untuk mempermudah memahami isi bacaan mahasiswa membuat skema gagasan setiap kali membaca. Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, mahasiswa ingin membacanya, dan bacaan yang diberitahukan oleh teman jika menarik isinya, mahasiswa ingin membacanya, mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahannya. Dengan rajin membaca mahasiswa merasa kemampuan berbicara menjadi baik, melalui membaca, mahasiswa mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain, jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan yang dibaca, kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa tetap membacanya dan yang terakhir yaitu tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Selanjutnya terdapat beberapa subindikator yang menjadi kelemahan membaca mahasiswa yaitu sebagai berikut. Tabel 4.17 Kelemahan Weakness NO SUBINDIKATOR 1 Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. 2 Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada ujian. 3 Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. 4 Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca 5 Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca 6 Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui enam subindikator yang menjadi kelemahan membaca bagi mahasiswa yaitu, jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester dorongan membaca mahasiswa menjadi sangat kuat, lalu kegiatan membaca yang dilakukan hanya jika akan ada ujian. Selanjutnya, mahasiswa menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari, mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang dianggap menarik untuk dibaca. Selanjutnya, apabila kondisi perasaan sedang galau, mahasiswa akan sulit sekali memahami isi bacaan yang dibacanya dan yang terakhir jika kondisi kesehatan tidak baik, mahasiswa sulit berkonsentrasi dalam membaca. Selanjutnya yang menjadi peluang yaitu subindikator yang dipandang sebagai sikap positif pada factor eksternal membaca. Oleh karena itu berikut ini adalah tabel yang menjadi peluang membaca bagi mahasiswa. Tabel 4.18 Peluang Opportunity NO SUBINDIKATOR 1 Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya 2 Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca 3 Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca 4 Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat empat subindikator yang menjadi peluang membaca bagi mahasiswa yaitu, meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku mahasiswa selalu diberi uang untuk membeli buku, lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca, lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca dan yang terakhir, sesulit apapun isi dalam bacaan jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan tersebut. Selanjutnya yang menjadi ancaman yaitu subindikator yang dipandang sebagai sikap negatif pada factor eksternal membaca. Oleh karena itu berikut ini adalah tabel yang menjadi ancaman membaca bagi mahasiswa. Tabel 4.19 Ancaman Threat NO SUBINDIKATOR 1 Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan 2 Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah 3 Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku 4 Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya 5 Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan 6 Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan 7 Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan 8 Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan 9 Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya 10 Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. 11 Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan 12 Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi Berdasarkan tabel di atas diketahui ada 12 subindikator yang menjadi ancaman bagi mahasiswa yaitu, mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang mahasiswa butuhkan, karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak mahasiswa peroleh dengan mudah, mahasiswa berpikir daripada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Selanjutnya, ketika membaca kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata- kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya, kalimat yang terlalu panjang mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan, tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan, teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan, struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan, bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya, meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan, lalu masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan, dan yang terakhir yaitu jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.

Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa semester V angkatan 2013 program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

1 1 216

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Pprogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

1 16 334

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 241

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tahun aj

0 0 255

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239