Faktor Internal Analisis Faktor Kemampuan Membaca

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subindikator nomor satu, yaitu “Mahasiswa merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari”. Mahasiswa yang memilih pilihan sangat setuju berjumlah 7 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah 20 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 27 atau 57,44, artinya sebanyak 27 mahasiswa merasa selalu ingin membaca bacaan apapun setiap hari. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap positif tersebut masuk pada kriteria cukup. Sedangkan pilihan sangat tidak setuju berjumlah 1 mahasiswa, dan pilihan tidak setuju 9 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 10 atau 21,27, hal ini berarti sebanyak 10 mahasiswa tidak merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap negatif tersebut masuk pada kriteria lemah. Namun, mahasiswa terdapat 10 mahasiswa atau sekitar 21,27 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria lemah. Selanju tnya subindikator nomor dua yaitu “Mahasiswa merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari”. Diketahui bahwa jumlah yang dipandang sebagai sikap positif yaitu 26 atau 53,57. Hal ini terlihat dari pilihan sangat setuju yaitu 5 dan pilihan setuju 21, artinya sebanyak 26 mahasiswa merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap positif tersebut masuk pada kriteria cukup. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju yaitu 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju 8 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang negatif ini adalah 9 atau 19,14, artinya sebanyak 9 mahasiswa tidak merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap negatif tersebut masuk pada kriteria sangat lemah. Namun, pada subidikator tersebut terdapat 12 mahasiswa atau sekitar 25,53 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk pada kriteria lemah. Subindikator selanjutnya yaitu “Jika teman memiliki buku baru, mahasiswa meminjam untuk dibaca”. Pada subindikator nomor empat tersebut, pilihan sangat setuju dipilihan oleh 6 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 15 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 21 atau 44,68 yang berarti bahwa sebanyak 21 mahasiswa tertarik meminjam buku baru yang dimiliki oleh teman. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap positif tersebut masuk pada kriteria cukup. Kemudian jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 9 atau 19,14, artinya sebanyak 9 mahasiswa tidak tertarik meminjam buku baru yang dimiliki oleh teman. Hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju dipilih yang dipilih oleh 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju sebanyak 8 mahasiswa. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap negatif tersebut masuk pada kriteria sangat lemah. Mahasiswa yang sikapnya tidak jelas dengan memilih pilihan netral pada subindikator nomor empat ini cukup banyak yaitu berjumlah 12 mahasiswa atau 25,53, sehingga termasuk kategori lemah. Selanjutnya subindikator terakhir pada indikator sikap dan minat pembaca ini yaitu “Mahasiswa ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca”. Subindikator nomor lima ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 40 atau 85,10, artinya sebanyak 40 mhasiswa merasa ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 8 dan jumlah pilihan setuju 32 atau 68,08. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap positif tersebut masuk pada kriteria sangat kuat. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif berjumlah 3 atau 6,38, hal tersebut dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap positif tersebut masuk pada kriteria sangat lemah. Namun, masih terdapat 4 mahasiswa atau sekitar 8,51 yang sikapnya tidak jelas dengan memilih pilihan netral dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. c Kebiasaan Membaca Kebiasaan membaca merupakan indikator dalam faktor internal. Seperti yang kita ketahui bahwa hingga saat ini membaca belum menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat kita. Banyak hal yang menyebabkan seseorang tidak membiasakan membaca. Terdapat beberapa hal yang menjadi subindikator dalam kebiasaan membaca yaitu, 1 membaca menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan, 2 membaca hanya jika ada ujian, 3 menyusun jadwal teratur setiap hari untuk membaca, dan 4 ketika membaca membuat ringkasan isi bacaan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Indikator Kebiasaan Membaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan. 1 9 16 15 6 2 Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada ujian. 1 19 5 16 6 3 Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. 6 20 15 5 1 4 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. 3 5 13 20 6 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat empat subindikator dalam indikator kebiasaan membaca. Subindikator nomor satu yaitu “Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup mahasiswa yang tidak dapat tinggalkan ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 6 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 15 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 21 atau 44,68 yang termasuk dalam kriteria cukup, artinya sebanyak 21 mahasiswa setuju dan merasa bahwa membaca sudah menjadi kebutuhan hidup mahasiswa yang tidak dapat tinggalkan. Sedangkan jumlah sikap yang dipandang negatif adalah 10 atau 21,27, yang temasuk pada kriteria sangat lemah, artinya sebanyak 10 mahsiswa tidak setuju jika membaca sudah menjadi kebutuhan hidup mahasiswa yang tidak dapat tinggalkan yang dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 1 dan pilihan sangat setuju 9. Namun, sebanyak 16 atau 34,04 mahasiswa yang sikapnya tidak jelas apakah sikap positif atau sikap negatif yang termasuk pada kriteria lemah. Subindikator nomor dua yaitu “Kegiatan membaca mahasiswa lakukan hanya jika akan ada ujian ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 6 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 16 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 22 atau 46,80 yang termasuk pada kriteria membaca cukup, berarti sebanyak 22 mahasiswa setuju bahawa mereka membaca hanya jika ada ujian. Sedangkan jumlah sikap yang dipandang negatif adalah 20 atau 42,55 yang dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 1 dan pilihan tidak setuju 19. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap negatif tersebut masuk pada kriteria cukup. Namun, pada subindikator nomor dua ini terdapat 5 mahasiswa atau 10,62 yang sikapnya tidak jelas sehingga masuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya subindikator nomor tiga adalah “Mahasiswa menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari ”, pada subindikator nomor tiga ini diketahui jumlah sikap yang dipandang sebagai sikap positif yaitu 6 atau 12,76, berarti ada 6 mahasiswa yang menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Hal tersebut terlihat dari jumlah pilihan sangat setuju 1 dan jumlah pilihan setuju 5. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap positif tersebut masuk pada kriteria sangat lemah. Kemudian pilihan sangat tidak setuju 6 dan tidak setuju 20. Jumlah kedua pilihan yang dipandang sebagai sikap negatif tersebut adalah 26 atau 55,31 yang termasuk pada kriteria cukup, berarti sebanyak 26 mahasiswa yang tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Namun, masih ada mahasiswa yang sikapnya tidak jelas pada subindikator nomor tiga tersebut yaitu sebanyak 15 mahasiswa atau 31,91 dan termasuk dalam kriteria lemah. Selanjutnya subindikator terakhir pada indikator kebiasaan membaca ini yaitu “Sambil membaca, mahasiswa membuat ringkasan isi bacaan”. Pada subindikator nomor empat tersebut, pilihan sangat setuju dipilih oleh 6 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 20 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 26 atau 55,31 yang termasuk dalam kriteria cukup, berarti sebanyak 26 mahasiswa membuat ringkasan isi bacaan ketika mereka membaca. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 8 atau 17,07, artinya sebanyak 8 mahasiswa tidak membuat ringkasan isi bacaan ketika mereka membaca. Hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 3 orang dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 5 mahasiswa. Oleh karena itu, yang dipandang sebagai sikap negatif tersebut masuk pada kriteria sangat lemah. Namun, masih ada 13 mahasiswa atau 27,65 yang menunjukkan sikap tidak jelas sehingga masuk dalam kriteria lemah. d Pengetahuanpengalaman yang dimiliki sebelumnya Pengetahuanpengalaman yang dimiliki sebelumnya oleh seseorang juga mempengaruhi kemampuan membaca pemahamannya. Berikut ini ada dua subindikator yang termasuk dalam indikator pengetahuanpengalaman yang dimiliki sebelumnya yaitu, 1 pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang dibaca, dan 2 keinginan membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Indikator Pengetahuanpengalaman yang dimiliki sebelumnya NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca. 5 21 21 2 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. 1 8 29 9 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat dua subindikator dalam indikator pengetahuanpengalaman yang dimiliki sebelumnya. Pada Subindikator nomor satu yaitu “Pengetahuan atau pengalaman yang sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang mahasiswa baca ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 21 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 21 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 42 atau 89,36 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya pada subindikator nomor satu ini sebanyak 42 mahasiswa setuju jika pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang dibaca. Sebaliknya pada pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju yang dipandang sebagai sikap negatif tidak mendapat pilihan dari mahasiswa atau 0. Namun, sebanyak 5 mahasiswa atau 10,63 sikapnya tidak jelas sehingga termasuk dalam kriteria sangat lemah.. Subindikator nomor dua sekaligus yang terakhir pada indikator pengetahuanpengalaman yang dimiliki sebelumnya, yaitu “Mahasiswa ingin membaca kembali bacaan yang pernah mahasiswa baca untuk menyegarkan ingatan ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 9 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 29 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu atau 80,85 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya sebanyak 38 mahasiswa setuju jika pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang dibaca. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif hanya 1 atau 3,57 sehingga masuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak dipilih oleh mahasiswa dan pilihan tidak setuju oleh 1 mahasiswa. Sisanya sebanyak 8 mahasiswa atau 17,02 yang sikapnya tidak jelas, dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. e Pengetahuan tentang cara membaca Kemampuan membaca pemahaman seseorang juga dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang cara membaca. Beberapa teknik membaca dapat membantu kita untuk lebih cepat dan mudah dalam memahami suatu bacaan. Namun, tidak semua orang tahu dan mampu menggunakan teknik membaca tersebut dengan baik. Berikut ini beberapa subindikator yang termasuk dalam indikator pengetahuan tentang membaca, yaitu 1 memahami teknik membaca untuk mempermudah memahami isi bacaan, 2 membuat pertanyaan untuk memahami isi bacaan, 3 cukup dengan mengingat-ingat isinya dapat memahami isi bacaan, 4 memahami bacaan dengan merumuskan isi bacaan menggunakan kata-kata sendiri, dan 5 membuat skema gagasan setiap kali membaca untuk mempermudah memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Indikator Pengetahuan Tentang Cara Membaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. 2 5 25 15 2 Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. 14 11 17 5 3 Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja. 1 15 7 19 5 4 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri. 4 3 29 11 5 Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. 7 12 22 6 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subindikator nomor satu, yaitu “Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan ” pilihan sangat setuju berjumlah atau dipilih oleh 15 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah atau dipilih oleh 25 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 40 atau 85,10 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya sebanyak 40 mahasiswa setuju bahwa dengan memahami berbagai teknik membaca ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan yang dibacanya. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju berjumlah 0 atau tidak mendapat pilihan dari mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 2 atau 4,25 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, artinya hanya ada 2 mahasiswa yang tidak setuju apabila dengan memahami berbagai teknik membaca dapat sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Dapat dikatakan bahwa pada subindikator nomor satu ini sikap positif hasilnya sangat kuat yaitu sekitar 85,10 mahasiswa yang memilih sikap positif. Namun, ada 5 mahasiswa atau sekitar 10,63 yang sikapnya tidak jelas sehingga termasuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya subindikator nomor dua yaitu “Untuk memahami isi bacaan, mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang mahasiswa baca”. Diketahui bahwa jumlah yang dipandang sebagai sikap positif yaitu 22 atau 46,80 dan termasuk dalam kriteria cukup. Hal ini terlihat dari pilihan sangat setuju 5 dan pilihan setuju dipilih oleh 17 mahasiswa, artinya sebanyak 22 mahasiswa yang membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan dibacanya untuk memahami isi bacaan. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 0 mahasiswa atau sama sekali tidak dipilih dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 14 mahasiswa. Sehingga jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 14 atau 29,79 yang termasuk dalam kriteria lemah. Artinya sebanyak 14 mahasiswa tidak membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang mahasiswa baca untuk memahami isi bacaan. Hasil pilihan mahasiswa menunjukkan bahwa pada subindikator nomor dua ini sikap positif lebih kuat yaitu sebanyak 22 mahasiswa atau sekitar 42,80. Namun, sikap mahasiswa yang tidak jelas cukup banyak, yaitu sebanyak 11 mahasiswa atau 23,40 yang termasuk dalam kriteria lemah. Pada subindikator nomor tiga yaitu “Agar memahami isi bacaan, mahasiswa cukup mengingat- ingat isinya saja”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 5 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 19 mahasiswa. Oleh karena itu, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 24 atau 51,06 yang termasuk dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 24 mahasiswa yang cukup mengingat-ingat isinya saja agar memahami isi bacaan. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif yaitu sebanyak 16 atau 34,04 yang termasuk dalam kriteria lemah, hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju berjumah 1 dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 15 mahasiswa. Dilihat dari hasil pilihan mahasiswa bahwa pada subindikator nomor tiga ini kebanyakan responden memilih sikap positif yaitu sebanyak 24 atau 51,06. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau sekitar 14,89 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk ke dalam kriteria lemah. Subindikator selanjutnya yaitu “Agar memahami isi bacaan, mahasiswa merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri”. Pada subindikator nomor empat tersebut, pilihan sangat setuju dipilihan oleh 11 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 29 mahasiswa, artinya sebanyak 40 mahasiswa yang merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri untuk memahami isi bacaan. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 40 atau 85,10 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 4 atau 8,51. Hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju berjumlah 0 atau tidak dipilih oleh mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh mahasiswa atau berjumlah 4. Artinya, sebanyak 4 mahasiswa tidak merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri untuk memahami isi bacaan. Berdasarkan hasil pilihan mahasiswa diketahui bahwa pada subindikator nomor empat ini sikap positif sangat kuat yaitu sebanyak 40 mahasiswa atau sekitar 85,10. Namun, ada 3 mahasiswa atau 6,39 yang sikapnya tidak jelas, dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya subindikator terakhir pada indikator pengetahuan tentang cara membaca ini yaitu “Untuk mempermudah memahami isi bacaan, mahasiswa membuat skema gagasan setiap kali membaca”. Subindikator nomor lima ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 29 atau 61,70 yang termasuk dalam kriteria cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat setuju 6 dan jumlah pilihan setuju 22. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif yaitu 7 atau 14,90 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju tidak dipilih atau 0 dan tidak setuju dipilih oleh 7 mahasiswa. Berdasarkan hasil pilihan mahasiswa diketahui bahwa pada subindikator nomor lima ini sikap positif juga lebih kuat daripada sikap negatif yaitu sebanyak 29 mahasiswa atau sekitar 61,70, sedangkan sikap negatif hanya sekitar 14,90. Namun, mahasiswa yang sikapnya tidak jelas juga cukup banyak karena memilih pilihan netral, yaitu sebanyak 12 mahasiswa atau 25,53 dan termasuk dalam kriteria lemah. f Ketertarikan terhadap bacaan dan Kebermanfaatan bagi pembaca Tidak semua buku kita anggap menarik untuk dibaca dan memiliki manfaat untuk kita. Indikator “Ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca” tersebut juga memperngaruhi kemampuan membaca seseorang. Namun, pada dasarnya semua buku menarik dan mempunyai manfaat bagi kita. Tidak selalu buku ilmu pengetahuan yang memiliki manfaat dan menarik untuk dibaca, misalnya komik yang selain menarik juga memiliki manfaat bagi kita yaitu sebagai hiburan. Menarik dan bermanfaat tidaknya sebuah buku bagi setiap orang tentu berbeda-beda. Bagi mereka yang suka membaca koran pasti lebih menarik membaca koran daripada membaca novel, dan begitu sebaliknya. Oleh karena itu, berikut ini ada lima subindikator dari indikator “Ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca”, yaitu 1 hanya membaca bacaan yang dianggap menarik, 2 membaca semua buku yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajari, 3 membaca bacaan yang menurut teman menarik, 4 membaca bacaan yang bermanfaat untuk perkuliahan, 5 Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara menjadi baik, dan 6 dengan membaca kemampuan berpikir kritris menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Indikator Ketertarikan terhadap bacaan dan Kebermanfaatan bagi pembaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. 12 5 14 16 2 Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya. 3 4 13 23 4 3 Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, saya ingin membacanya. 3 30 14 4 Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. 3 5 30 9 5 Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik. 6 24 17 6 Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. 4 23 20 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subindikator nomor satu dari indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca, yaitu “Mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca ”, pilihan sangat setuju berjumlah oeh 16 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah 14 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 30 atau 63,82 yang termasuk dalam kriteria kuat. Artinya, sebanyak 30 mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju berjumlah 0 atau tidak dipilih oleh mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 12 mahasiswa. Jadi, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 12 atau 25,53 yang termasuk dalam kriteria lemah. Artinya, sebanyak 12 mahasiswa tidak hanya membaca jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca. Namun, masih ada 5 mahasiswa atau 10,63 yang tidak memiliki sikap tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya subindikator nomor dua yaitu “Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa ingin membacanya”. Diketahui bahwa jumlah yang dipandang sebagai sikap positif yaitu 27 atau 57,44 yang termasuk dalam kriteria cukup. Hal ini terlihat dari pilihan sangat setuju 4 dan pilihan setuju dipilih oleh 23 mahasiswa. Artinya, sebanyak 27 mahasiswa membaca bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 3 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 4 mahasiswa. Oleh karena itu, jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 7 atau 14,89 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Akan tetapi, mahasiswa yang sikapnya tidak jelas cukup banyak yaitu sekitar 13 mahasiswa atau sekitar 27,65 yang termasuk dalam kriteria lemah. Pada subindikator nomor tiga yaitu “Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, mahasiswa ingin membacanya”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 14 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 30 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 44 atau 93,61 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya, sebanyak 44 mahasiswa ingin membaca bacaan yang diberitahukan teman menarik isinya. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif yaitu 0, karena pilihan sangat tidak setuju dan pilihan tidak setuju berjumlah 0 atau tidak dipilih oleh mahasiswa. Namun, ada sebanyak 3 mahasiswa atau sekitar 6,38 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Subindikator selanjutnya yaitu “Mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan mahasiswa”. Pada subindikator nomor empat tersebut, pilihan sangat setuju dipilihan oleh 9 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 30 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 39 atau 82,97 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat, berarti sebanyak 39 mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan mahasiswa. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 3 atau 6,38 dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju berjumlah 0 atau tidak dipilih oleh mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh mahasiswa atau berjumlah 3, artinya sebanyak 3 mahasiswa tidak membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan mahasiswa. Namun, sebanyak 5 mahasiswa atau 10,63 yang sikapnya tidak jelas dan tersmasuk dalam kriteria sangat lemah. Subindikator selanjutnya yaitu “Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara mahasiswa menjadi baik”. Pada subindikator nomor lima tersebut, pilihan sangat setuju dipilihan oleh 17 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 24 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 41 atau 87,23 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat, berarti sebanyak 41 mahasiswa setuju bahwa dengan rajin membaca kemampuan berbicara mahasiswa menjadi baik. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 0 atau tidak mendapat pilihan. Hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh mahasiswa.. Namun, sebanyak 6 mahasiswa atau 12,76 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Selanjutnya subindikator terakhir pada indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca yaitu “Melalui membaca, mahasiswa mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terh adap pendapat orang lain”. Subindikator nomor enam ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 43 atau 91,48. Yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 20 dan jumlah pilihan setuju 23, berarti sebanyak 43 mahasiswa setuju bahwa melalui membaca mahasiswa mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 0 atau tidak mendapat pilihan. Hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh mahasiswa. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. g Kondisi Emosi Pembaca Faktor kondisi emosi dan kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang, karena keadaan emosi dan kesehatan setiap orang berbeda-beda. Misalnya, ada orang yang ketika sedang sedih justru keinginan membacanya sangat kuat. Ada pula orang yang dapat membaca jika suasana hatinya senang. Orang yang kondisi kesehatannya tidak baik juga pasti akan lebih sulit berkonsentrasi ketikan membaca. Ada dua subindikator dalam indikator “Kondisi emosi dan kondisi kesehatan pembaca”, yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca seseorang, yaitu 1 Jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan yang mahasiswa baca, 2 Jika kondisi perasaan sedang galau, mahasiswa sulit sekali memahami isi bacaan yang mahasiswa baca. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut . Tabel 4.8 Indikator Kondisi emosi pembaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. 1 2 13 31 2 Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca. 1 2 5 19 20 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subindikator nomor satu dari indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca, yaitu “Jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan yang mahasiswa baca ”, pilihan sangat setuju berjumlah 31 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah 13 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 44 atau 93,61 dan termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya, sebanyak 44 mahasiswa mudah memahami isi bacaan jika perasaan sedang enak. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju berjumlah 1 dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa. Jadi, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 3 atau 6,38 yang termasuk dalam kriteria lemah. Artinya, sebanyak 3 mahasiswa tidak mudah memahami isi bacaan jika perasaan sedang enak. Selanjutnya subindikator nomor dua yaitu “Jika kondisi perasaan sedang galau, mahasiswa sulit sekali memahami isi bacaan yang mahasiswa baca”. Diketahui bahwa jumlah yang dipandang sebagai sikap positif yaitu 39 atau 82,97 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat, berarti sebanyak 39 mahasiswa sulit sekali memahami isi bacaan yang dibaca jika kondisi perasaan sedang galau. Hal ini terlihat dari pilihan sangat setuju 20 dan pilihan setuju dipilih oleh 19 mahasiswa. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju berjumlah 1 dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa. Sehingga jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 2 atau 6,38 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, berarti sebanyak 3 mahasiswa tidak merasa kesulitan memahami isi bacaan yang dibaca meskipun kondisi perasaan sedang galau. Meskipun sikap positif pada subindikator nomor dua ini sangat kuat yaitu sekitar 82,97, akan tetapi sebanyak 5 mahasiswa atau 10,63 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. h Kondisi Kesehatan Pembaca Faktor kondisi kesehatan juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang, karena kesehatan setiap orang berbeda-beda. Faktor ini merupakan factor internal yang berasal dari dalam diri pembaca sendiri. Ada dua subindi kator dalam indikator “kondisi kesehatan pembaca”, yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca seseorang, yaitu 1 Jika kondisi kesehatan tidak baik, mahasiswa sulit berkonsentrasi dalam membaca, dan 2 Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa tetap membacanya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Indikator Kondisi Kesehatan Pembaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca. 2 2 22 21 2 Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. 6 9 15 17 Pada subindikator nomor satu yaitu “Jika kondisi kesehatan tidak baik, mahasiswa sulit berkonsentrasi dalam membaca”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 21 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 22 mahasiswa. Oleh karena itu, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 43 atau 91.48 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat, berarti sebanyak 43 mahasiswa setuju jika kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa sulit berkonsentrasi dalam membaca. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 4 atau 8,51 yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini terlihat pada pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa dan pilihan setuju tidak dipilih oleh 2 mahasiswa, berarti sebanyak 4 mahasiswa tidak setuju jika kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa sulit berkonsentrasi dalam membaca. Jadi, pada subindikator nomor tiga tersebut sikap positif sangat kuat yaitu 85,71. Selanjutnya subindikator terakhir pada indikator kondisi kesehatan pembaca yaitu “Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik m ahasiswa tetap membacanya”. Subindikator nomor dua ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 32 atau 68,08 yang termasuk dalam kriteria kuat. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 17 dan jumlah pilihan setuju 15, berarti sebanyak 32 mahasiswa setuju jika menghadapi ujian meskipun kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa tetap membacanya. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 6 atau 12,76 dan termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini dapat dilihat dari pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 6 mahasiswa dan. Artinya sebanyak 6 mahasiswa tidak membaca meskipun kondisi kesehatan tidak baik. Namun, sebanyak 9 mahasiswa atau 19,14 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. i Tingkat intelegensi pembaca Tingkat intelegensi pembaca ini merupakan faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Setiap orang tentu mempunyai kemampuan otaknya masing-masing. Beberapa orang mungkin memiliki tingkat intelegensi yang tinggi sehingga cukup membaca sekilas dapat memahami isi bacaan yang dibacanya. Namun, ada beberapa orang yang harus membaca dua kali atau lebih agar bisa memahami isi bacaan yang dibacanya. Oleh karena itu, berikut ini hanya ada subindikator yang termasuk dalam indikator tingkat intelegensi pembaca, yaitu Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10 Indikator Tingkat intelegensi pembaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. 1 2 4 22 18 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hanya ada satu subindikator dalam indikator tingkat intelegensi pembaca. Pada Subindikator tersebut yaitu “Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 18 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 22 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 40 atau 85,10 yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya, sebanyak 40 mahasiswa setuju bahwa tingkat intelegensi tidak begitu penting jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 3 mahasiswa atau 6,38 dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju berjumlah 1 dan pilihan setuju berjumlah 2, berarti sebanyak 3 mahasiswa tidak setuju jika tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.

4.2.1.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa. Terdapat lima indikator dalam faktor eksternal yaitu, 1 Latar belakang sosial ekonomi keluarga, 2 suasana lingkungan dan waktu, 3 teks, 4 masih kuatnya pengaruh budaya lisan, dan 5 kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi. a Latar belakang sosial ekonomi keluarga Latar belakang sosial ekonomi keluarga seseorang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Berikut ini ada tiga subindikator yang berkaitan dengan indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga, yaitu 1 Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak mahasiswa peroleh dengan mudah, 2 Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, mahasiswa selalu diberi uang untuk membelinya, dan 3 Mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang mahasiswa butuhkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.11 Indikator Latar Belakang Sosial dan Ekonomi Keluarga NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah. 5 16 8 11 7 2 Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. 10 7 14 16 3 Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. 10 19 10 5 3 4 Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. 1 12 24 9 1 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat tiga subindikator dalam indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga dan Tidak tersedianya bahan bacaan di rumah. Pada Subindikator nomor satu yaitu “penghasilan orang tua yang terbatas membuat bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak dapat diperoleh dengan mudah ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 7 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 11 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 18 atau 38,30, berarti sebanyak 18 mahasiswa setuju bahwa penghasilan orang tua yang terbatas membuat bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Jika dikategorikan ke dalam kriteria interpretasi skor, maka tergolong dalam kriteria cukup. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 21 mahasiswa atau 44,69, yang dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju berjumlah 5 dan pilihan tidak setuju berjumlah 16, sehingga tergolong dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 21 mahasiswa tidak setuju penghasilan orang tua yang terbatas membuat bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Namun, sebanyak 8 mahasiswa atau 17,02 yang sikapnya tidak jelas dan tergolong dalam kriteria sangat lemah. Pada subindikator nomor dua yaitu “Meskipun pendapatan orangtua terbatas, kalau untuk membeli buku, mahasiswa selalu diberi uang oleh orangtua untuk membeli buku ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 16 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 14 mahasiswa. Oleh karena itu, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 30 atau 63,82, sehingga sikap positif pada subindikator nomor dua tersebut tergolong dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 30 mahasiswa setuju meskipun pendapatan orangtua terbatas kalau untuk membeli buku mahasiswa selalu diberi uang oleh orangtua untuk membeli buku. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif hanya 10 mahasiswa atau 21,27, yang dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 10 mahasiswa. Oleh karena itu, sikap negatif pada subindikator nomor dua tersebut tergolong dalam kategori lemah. Artinya, sebanyak 10 mahasiswa tidak selalu diberi uang oleh orangtua untuk membeli buku karena pendapatan orangtua terbatas. Namun, masih ada sebanyak 7 mahasiswa atau 14,89 yang sikapnya tidak jelas, dan tergolong dalam kategori sangat lemah. Selanjutnya subindikator no mor tiga yaitu “Mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan”. Jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 8 atau 17,02. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 3 dan jumlah pilihan setuju 5. Apabila dikategorikan dalam interpretasi skor, maka sikap positif pada subindikator nomor tiga tersebut tergolong dalam kriteria sangat lemah. Artinya, hanya sebanyak 8 mahasiswa yang tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 29 atau 61,70, yang dapat dilihat dari pilihan sangat tidak setuju 10 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 19 mahasiswa. Oleh karena itu, sikap negatif pada subindikator nomor tiga tersebut tergolong dalam kriteria cukup. Artinya sebanyak 29 mahasiswa mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan. Namun, masih ada sebanyak 10 mahasiswa atau 21,27 sikapnya tidak jelas dan tergolong dalam kriteria lemah. Pada subindikator terakhir pada indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga ini yaitu “Mahasiswa berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 1 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 9 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 10 atau 21,27 dan tergolong dalam kriteria lemah. Hal ini berarti hanya sebanyak 10 mahasiswa yang berpikir dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif yaitu berjumlah 13 atau 27,65, hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 12 mahasiswa. Oleh karena itu sikap negatif pada subindikator nomor empat tersebut tergolong dalam kriteria lemah. Artinya sebanyak 13 mahasiswa tidak berpikir dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Namun, pada subindikator ini mahasiswa yang sikapnya tidak jelas cukup banyak yaitu sebanyak 24 mahasiswa atau 51,06, sehingga tergolong dalam kriteria cukup . b Suasana lingkungan dan waktu Suasana lingkungan dan waktu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Membaca di tempat yang tenang dan nyaman tentunya memudahkan kita untuk memahami isi bacaan yang kita baca. Namun, sebaliknya membaca di tempat yang berisik, gaduh, dan ramai membuat kita sulit untuk memahami bacaan dengan baik. Ada dua subindikator yang termasuk dalam indikator suasana lingkungan dan waktu tersebut, yaitu 1 Lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca, dan 2 Lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 STS 2 TS 3 N 4 S 5 SS 1 Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. 3 7 3 21 13 2 Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. 2 7 4 25 9 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat dua subindikator dalam indikator suasana lingkungan dan waktu. Pada Subindikator nomor satu yaitu “Lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 13 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 21 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 34 atau 72,34 yang termasuk dalam kriteria kuat. Hal ini berarti sebanyak 34 mahasiswa lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 10 mahasiswa atau 21,27 dan termasuk dalam kriteria lemah, yang dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju berjumlah 3 dan pilihan tidak setuju berjumlah 7. Artinya sebanyak 10 mahasiswa tidak setuju lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca. Namun, sebanyak 3 mahasiswa atau 6,38 yang sikapnya tidak jelas dan tergolong dalam kriteria sangat lemah. Subindikator nomor dua sekaligus yang terakhir pada indikator suasana lingkungan dan waktu, yaitu “Lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca ”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 9 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 25 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 34 atau 72,34 yang termasuk dalam kriteria kuat. Artinya sebanyak 34 mahasiswa setuju lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif hanya 9 atau 19,14 dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 2 dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 7 mahasiswa, berarti sebanyak 9 mahsiswa tidak setuju lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sikap positif pada subindikator nomor dua tersebut lebih kuat yaitu sekitar 72,34 daripada sikap negatif yang hanya sekitar 19,14. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51 yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. c Teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks Indikator teks merupakan faktor eksternal. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi teks yakni 1 kata-kata asing, 2 kalimat panjang, 3 tingkat keterbacaan, 4 terlalu banyak kata-kata asing, dan 5 struktur teks yang tidak sistematis, 6 Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya, 7 Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan, dan 8 Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa semester V angkatan 2013 program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

1 1 216

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Pprogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

1 16 334

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 241

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tahun aj

0 0 255

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239