1995  kepuasan  adalah  evaluasi  pascakonsumsi  bahwa  suatu  alternatif  yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan.
Dalam  membeli  produk  atau  jasa,  jika  konsumen  dapat  memenuhi keinginannya  yaitu  mencapai  kepuasan  dalam  membeli  suatu  produk  atau  jasa
maka  konsumen  akan  terdorong  untuk  membeli  dan  mengkonsumsi  secara berulang dan akan menjadi pelanggan terhadap suatu produk. Menurut Sumarwan
2011 teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terbentuk  adalah  The  Expectancy  Disconfirmation  Model.  Teori  ini  menyatakan
bahwa  kepuasan  dan  ketidakpuasan  konsumen  merupakan  dampak  dari perbandingan  antara  harapan  konsumen  sebelum  pembelian  dengan  yang
sesungguhnya  diperoleh  oleh  konsumen  dari  produk  yang  dibeli  tersebut. Konsumen akan membeli suatu produk jika memiliki harapan tentang bagaimana
produk  tersebut  berfungsi.  Konsumen  akan  memiliki  harapan  mengenai bagaimana  produk  tersebut  seharusnya  berfungsi,  jika  harapan  tersebut  adalah
standar kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang sesungguhnya dirasakan konsumen. Fungsi produk yang sesungguhnya dirasakan
konsumen  sebenarnya  adalah  persepsi  konsumen  terhadap  kualitas  produk tersebut.
3.1.8.1 Pengukuran Kepuasan Konsumen
Menurut  Kotler  et  al  2004  dalam  Tjiptono  dan  Chandra  2007 mengidentifikasi  empat  metode  untuk  mengukur  kepuasan  pelanggan.  Keempat
metode diantaranya sebagai berikut : 1.  Sistem Keluhan dan Saran
Setiap  perusahaan  yang  berorientasi  pada  pelanggan  perlu  menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna
menyampaikan  saran,  kritik,  pendapat,  dan  keluhan.  Media  yang  digunakan bisa  berupa  kotak  saran  yang  ditempatkan  di  lokasi-lokasi  strategis,  kartu
komentar,  saluran  telepon  khusus  bebas  pulsa,  website,  dan  lain-lain. Informasi-informasi  yang  diperoleh  melalui  metode  ini  dapat  memberikan
ide-ide  baru  dan  masukan  yang  berharga  kepada  perusahaan,  sehingga memungkinkannya  bereaksi  secara  tanggap  dan  cepat  untuk  mengatasi
masalah-masalah yang timbul.
2.  Belanja Siluman Ghost Shopping Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah
dengan  memperkerjakan  beberapa  orang  untuk  berpura-pura  sebagai pelanggan  potensial  produk  perusahaan  dan  pesaing.  Pembelanja  siluman
biasanya  mengamati  secara  seksama  dan  menilai  cara  perusahaan  dan pesaingnya  melayani  permintaan  spesifik  pelanggan,  menjawab  pertanyaan
pelanggan dan menangani setiap keluhan. 3.  Analisis Pelanggan yang Hilang Lost Customer Analysis
Analisis  pelanggan  yang  hilang  penting  untuk  dilakukan  untuk  mempelajari alasan  konsumen  berhenti  membeli  atau  berganti  pemasok.  Perusahaan  juga
memantau seberapa besar tingkat kehilangan pelanggan tersebut. Jika tingkat kehilangan  pelanggan  meningkat  menunjukkan  kegagalan  perusahaan  dalam
memuaskan pelanggan. 4.  Survei Kepuasan Pelanggan
Perusahaan  yang  responsif  akan  mengukur  kepuasan  pelanggan  secara langsung  melalui  survei  berkala  dengan  bertanya  langsung  atau  mengirim
daftar  pertanyaan  konsumen  yang  ditetapkan  sebagai  responden.  Survei  ini berguna  untuk  mengajukan  pertanyaan  tambahan  mengenai  keinginan
konsumen  untuk  membeli  ulang  dan  mengukur  kesediaan  konsumen  untuk merekomendasikan  produk  suatu  perusahaan  kepada  orang  lain.  Survei  ini
bertujuan  agar  perusahaan  memperoleh  tanggapan  dan  balikan  secara langsung  dari  pelanggan  dan  juga  memberikan  kesan  positif  bahwa
perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Menurut Rangkuti 2006, kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cara berikut:
1.  Traditional Approach Berdasarkan  pendekatan  ini  konsumen  diminta  memberikan  penilaian  atas
masing –masing  indikator  produk  atau  jasa  yang  mereka  nikmati.  Pada
umumnya,  pendekatan  ini  menggunakan  skala  Likert,  yaitu  dengan  cara memberikan  rating  dari  1  sangat  tidak  puas  sampai  5  sangat  puas  sekali.
Kemudian,  konsumen  diminta  untuk  memberikan  penilaian  atas  produk  atau jasa  tersebut  secara  keseluruhan.  Pengukuran  kepuasan  dalam  penelitian  ini
menggunakan  skala  Likert.  Skala  Likert  merupakan  skala  yang  dapat menunjukkan tanggapan konsumen terhadap dua produk.
2.  Analisis deskriptif Analisis kepuasan pelanggan sering kali hanya mengetahui pelanggan tersebut
puas atau tidak dengan menggunakan analisis statistik secara deskriptif, seperti perhitungan  rata-rata,  nilai  distribusi  serta  standar  deviasi.  Analisis  kepuasan
pelanggan  sebaiknya  dilanjutkan  dengan  cara  membandingkan  hasil  kepuasan tahun  lalu  dengan  hasil  tahun  ini  sehingga  kecenderungan  perkembangannya
dapat  ditentukan.  Analisis  deskriptif  dalam  penelitian  ini  digunakan  untuk menunjukkan karakteristik dan informasi mengenai perilaku konsumen.
3.  Pendekatan secara terstruktur Pendekatan  ini  sering  kali  digunakan  untuk  mengukur  kepuasan  pelanggan.
Salah  satu  teknik  yang  paling  terkenal  adalah  sematic  differential  dengan menggunakan  prosedur  scalling.  Caranya  adalah  responden  diminta  untuk
memberikan  penilaiannya  terhadap  suatu  produk  atau  fasilitas.  Penilaian  ini juga  dapat  dilakukan  dengan  membandingkan  suatu  produk  atau  fasilitas
lainnya  dengan  syarat  variabel  yang  diukur  sama.  Salah  satu  bentuk pendekatan secara terstruktur adalah analisis Importance Performance Matrix.
Matriks ini terdiri dari empat kuadran yaitu kuadran pertama terletak di sebelah kiri  atas,  kuadran  kedua  di  sebelah  kanan  atas,  kuadran  ketiga  di  sebelah  kiri
bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah.
3.1.8.2 Pengukuran Loyalitas Konsumen