Motivasi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

4 Kebutuhan akan rasa aman safety, untuk merasa bebas dari bahaya melibatkan penghindaran dari kecemasan. Keselamatan terdiri dari keselamatan, keamanan, kemantapan ketergantungan, perlindungan bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas kekuatan pada diri pelindung. 5 Kebutuhan fisiologis faal untuk kepuasan terhadap kebutuhan dasar tubuh, seperti makanan, tidur, ait, seks, dan aktivitas fisik lainnya. Karena dalam kehidupan perlu adanya sandang, pangan, dan tempat berlindung, seks, dan kesejahteraan individu. Motivasi adalah kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan rangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan sedangkan motivasi kerja adalah sesuatu hal yang biasa dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. Saleh, 2006 Menurut Sahab 1996 dalam Salim 2007 motivasi merupakan salah satu penggerak perilaku dan hubungan antar manusia dalam perusahaan. Motivasi menentukan hubungan manusia dengan sistem secara keseluruhan, berkaitan dengan pengetahuan pekerja, kepercayaannya, keterampilan, prosedur kerja, hubungan menciptakan tingkat kepatuhan individu di lingkungan kerja terhadap prosedur kerja yang diterapkan. Pandangan islam mengenai motivasi kerja lebih menekankan bahwa seseorang diperbolehkan melakukan aktivitas yang baik untuk dirinya, agamanya, dan orang- orang disekitarnya. Motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan kesadaran untuk bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mendapatkan hasil yang baik. Syamsuri, 2003. Terdapat beberapa penelitian mengenai motivasi, diantaranya adalah penelitian oleh Hayati 2004 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara motivasi pekerja dengan kepatuhan terhadap standar prosedur kerja dengan p value sebesar 0,096. Kemudian penelitian oleh Riyadi 2005 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kepatuhan terhadap prosedur operasi, dengan p value sebesar 0,001.

c. Sikap

Menurut Marat 1981 bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang berarti bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Menurut Notoatmojo 2003 a sikap diklasifikasikan menjadi empat tingkatan yaitu penerimaan, penangkapan, penghargaan, dan pertanggungjawaban. Menurut Allport dijelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen yaitu : 1 kepercayaan keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek, 2 kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, 3 kecenderungan untuk bertindak. Selain itu sikap memiliki 4 komponen lain, yaitu : 1 Menerima receiving, orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan 2 Merespon responding, memberikan jawaban apabila dirinya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3 Keterlibatan involving, mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4 Bertanggung jawab responsible bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilih dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Menurut Adriyanto 1985 sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen sebagai berikut: 1 Komponen kognitif Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu. Fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. 2 Komponen afektif Komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek terutama penilaian. 3 Komponen perilaku Terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak atau bertingkah laku terhadap objek. Menurut Berkowitz 1972 dalam Utomy 1998 menyatakan sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable ataupun perasaan tidak mendukung unfavorable objek tersebut. Ilmuwan sosial membahas sedikitnya terdapat empat pokok bahasan dalam persoalan sikap dan perilaku yaitu 1 sikap dan perilaku tanpa adanya hubungan sebab akibat 2 sikap yang menyebabkan perilaku 3 perilaku menyebabkan sikap 4 ada akibat timbal balik antara sikap dan perilaku, misalnya sikap yang menyebabkan perilaku dan perilaku yang menyebabkan sikap. Dalam pandangan islam, sikap manusia dapat dilihat dari tingkah laku yang dihasilkannya. Manusia dapat memiliki sikap positif terhadap objek jika melaksanakan suatu hal sesuai dengan objek tersebut, namun jika memiliki sikap yang negatif maka cenderung akan meninggalkan hal yang ada dari objek tersebut. Sebagai contoh sikap sesorang dalam bekerja, setiap orang dianjurkan untuk memiliki sikap kerja keras terhadap usahanya. Dalam hal ini sikap kerja keras dengan mengikuti segala peraturan yang bermanfaat untuk dirinya, agama dan orang lain. Firman Allah yang menjelaskan tentang tuntunan untuk memiliki sikap kerja keras, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi”. QS. Al Qashash, 77. Yunus,2003 Sikap tidak selalu mengungkapkan perilaku, karena suatu sikap hanyalah merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku. Jadi pada umumnya sikap menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek atau bentuk suka atau bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan terhadap SOP, yakni terdapat hubungan antara sikap yang buruk terhadap kepatuhan buruk dari pekerja, dengan p value sebesar 0,000. Selanjutnya penelitian lain oleh Riyadi 2005 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerjaterhadap prosedur operasi dengan p value sebesar 0, 576.

d. Lama Kerja

Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja atau mempunyai pengalaman di bidang pekerjaannya. Lama bekerja akan berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak sehingga memegang peranan dalam pembentukan perilaku pekerja. Notoatmodjo, 2003. Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui seluk beluk mengenai pekerjaannya Selain itu, mereka sering mementingkan dahulu selesainya segera pekerjaan tertentu yang diberikan sehingga keselamatan tidak cukup mendapat perhatian. Suma’mur 1998 Masa kerja atau lamanya bekerja merupakan waktu yang dihabiskan seseorang untuk melakukan aktifitas atau tanggung jawabnya di suatu tempat tertentu. Pekerja dengan masa kerja kurang dari atau sama dengan 3 tahun merupakan pekerja dengan tahun peralihan dari pekerja baru menjadi pekerja lama, artinya mereka yang telah