Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operational Procedure/SOP) di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010

(1)

v

Operasional Procedure/SOP) DI PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR RODA 4 PLANT TAMBUN II BEKASI TAHUN 2010

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

NURVITA PUSPA DEWI (105101003244)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M


(2)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan penelitian ... 7

D. Tujuan ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

E. Manfaat ... 9

1. Perusahaan tempat penelitian ... 9

2. Institusi Pendidikan (Akademik) ... 9

3. Mahasiswa ... 10

F. Ruang Lingkup ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kepatuhan ... 11

1. Kepatuhan dalam Pandangan Islam ... 13

2. Kepatuhan terhadap Prosedur Kerja ... 17

3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan ... 20


(3)

vii

d. Lama Kerja ... 33

e. Persepsi ... 34

f. Kepribadian ... 36

g. Pelatihan ... 37

h. Pengawasan ... 39

i. Ketersediaan Standar Prosedur Kerja ... 41

j. Sumber Daya Manusia ... 42

k. Kepemimpinan ... 42

l. Penghargaan dan Sanksi ... 45

m. Struktur Organisasi ... 46

n. Desain Pekerjaan ... 46

B. Standar Operational Procedure (SOP) ... 47

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 51

D. Kecelakaan Kerja ... 53

1. Pengertian Kecelakaan Kerja ... 53

2. Faktor Penyebab Kecelakaan ... 54

3. Klasifikasi Kecelakaan ... 57

F. Kerangka Teori ... 59

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESA .... 61

A. Kerangka Konsep ... 61

B. Definisi Operasional ... 63

C. Hipotesa ... 65

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 66

A. Desain Penelitian ... 66

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 66 C. Populasi dan Sampel


(4)

viii

D. Pengumpulan Data ... 69

E. Pengolahan Data ... 69

F. Instrumen Penelitian ... 70

G. Analisas Data ... 73

1. Univariat ... 73

2. Bivariat ... 74

3. Multivariat ... 75

BAB V HASIL PENELITIAN ... 77

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 77

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 77

2. Lokasi Perusahaan ... 78

3. Produk yang Dihasilkan ... 80

4. Struktur Organisasi, Visi dan Misi Perusahaan ... 80

5. P2K3 PT SIM (Member Safety) ... 80

6. Gambaran Proses Produksi Kendaraan Roda 4 PT SIM ... 82

B. Analisis Univariat ... 83

1. Gambaran Kepatuhan Pekerja Melaksanakan Prosedur Kerja ... 83

2. Gambaran Pengetahuan Tentang Prosedur Kerja ... 84

3. Gambaran Motivasi Pekerja ... 85

4. Gambaran Sikap Pekerja ... 85

5. Gambaran Lama Kerja ... 86

C. Analisis Bivariat ... 87

1. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Melaksankaan Prosedur Kerja ... 87

a. Hubungan antara Pengetahuan tentang Prosedur Kerja dengan Kepatuhan dalam Melaksanakan Prosedur Kerja ... 87


(5)

ix

c. Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Pekerja dalam

Melaksanakan Prosedur Kerja ... 89

d. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja ... 90

D. Analisis Multivariat ... 91

1. Faktor yang Paling Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja ... 91

a. Pemilihan Variabel sebagai Kandidat Analisa Multivariat ... 92

b. Pembuatan Model Faktor Penentu Variabel yang Paling Berhubungan secara Statistik dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 92

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN ... 95

A. Keterbatasan Penelitian ... 95

B. Pembahasan Penelitian ... 96

1. Gambaran Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja ... 96

2. Gambaran Pengetahuan tentang Prosedur Kerja ... 100

3. Gambaran Motivasi Pekerja ... 101

4. Gambaran Sikap Pekerja ... 103

5. Gambaran Lama Kerja ... 104

6. Analisa Hubungan antara Pengetahuan tentang Prosedur Kerja dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 105

7. Analisa Hubungan antara Motivasi Pekerja dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 108

8. Analisa Hubungan antara Sikap Pekerja dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 110

9. Analisa Hubungan antara Lama Kerja dengan Kepatuhan Melaksanakan Prosedur Kerja ... 113


(6)

x

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 116 A. Simpulan ... 116 B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA... 118 LAMPIRAN ... 122


(7)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman 1.1 Data Kecelakaan PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2006-2008 ... 5 3.1 Definisi Operasional Variabel Dependen ... 6 3.2 Definisi Operasional Variabel Independen ... 63 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan dalam Melaksankan

Prosedur Kerja PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010 ... 83 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Prosedur Kerja

di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010 ... 84 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Pekerja di PT SIM R4 Plant

Tambun II Tahun 2010 ... 85 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pekerja di PT SIM R4 Plant

Tambun II Tahun 2010 ... 86 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT SIM R4 Plant

Tambun II Tahun 2010 ... 87 5.6 Analisa Hubungan antara Pengetahuan tentang Prosedur Kerja dengan

Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plan Tambun II Tahun 2010 ... 88 5.7 Analisa Hubungan antara Motivasi dengan Kepatuhan Pekerja dalam

Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010 ... 89


(8)

xii

2010 ... 90 5.9 Analisa Hubungan antara Lama Kerja dengan Kepatuhan Pekerja dalam

Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010 ... 91 5.10 Hasil Analisis Bivariat antara Pengetahuan, Motivasi, Sikap, dan Lama

Kerja dengan Kepatuhan dalam Melaksankan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plan tTambun II Tahun 2010 ... 92 5.11 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda (Pembuatan Model

Faktor Penentu) antara Motivasi, Sikap, dan Lama Kerja dengan Kepatuhan Pekerja Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4 Plant Tambun II tahun 2010 ... 93 5.12 Hasil Analisis Multivariat antara Sikap dengan Kepatuhan Pekerja

dalam Melaksanakan Prosedur Kerja di PT SIM R4, Plant Tambun II Tahun 2010 ... 94


(9)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman 2.1 Piramida Accident Ratio Study ... 56 2.2 Kerangka Teori ... 60 3.1 Kerangka Konsep ... 62


(10)

xiv Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Company Profil PT SIM R4 Plant Tambun II Bekasi Lampiran 5 Hasil Analisis Data Sekunder


(11)

(12)

(13)

(14)

i

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Maret 2010

Nurvita Puspa Dewi NIM. 105101003244

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operational Procedure/SOP) di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010

(xiv + 117 halaman, 15 tabel, 3 gambar, 5 lampiran) ABSTRAK

Kecelakaan kerja di PT SIM R4 Plant Tambun II selalu terjadi tiap tahunnya. Pada tahun 2006-2008 terjadi peningkatan kasus kecelakaan karena perilaku pekerja yang tidak aman (un safe act) dan pada umumnya disebabkan oleh pekerja tidak mematuhi prosedur kerja yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian faktor apa yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja di unit produksi tersebut. Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku yakni melakukan sesuatu dengan tunduk dan terarah sesuai dengan petunjuk yang ada.

Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian cross sectional. dengan teknik pengambilan sampel berupa proporsi random sampling dan jumlah sample sebanyak 102 responden. Data penelitian berupa data primer dari wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan data sekunder berupa gambaran umum perusahaan. Data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing – masing variabel, bivariat dengan menggunakan uji

chi square untuk melihat hubungan variabel pengetahuan tentang prosedur kerja, motivasi, sikap, dan lama kerja dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja. Kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda untuk melihat variabel mana yang paling berpengaruh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 – Januari 2010.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja adalah motivasi (P value 0,04) dan sikap (P value 0,02). Sedangkan sikap merupakan faktor yang paling berhubungan dngan kepatuhan (p Value 0,025).

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja dengan memberikan stimulus dan perhatian kepada pekerja.


(15)

ii

SYARIEF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Skripsi, March 2010

Nurvita Puspa Dewi NIM. 105101003244

Factors Associated with Workers in Implementing Standards Compliance Working Procedure (Standard Operational Procedure / SOP) in PT SIM R4 Plant Tambun II Year 2010

(Xiv + 117 pages, 15 tables, 3 images, 5 attachments) ABSTRACT

Accidents at PT SIM R4 Plant Tambun II always happens every year. In the year 2006-2008 an increase in cases of accidents caused by unsafe behavior of workers (un safe act) and is generally caused by a worker does not comply with existing work procedures. Therefore necessary to study what factors associated with compliance of workers in carrying out work procedures in the production unit. Compliance is part of a behavior that is doing something with the subject and directed in accordance with existing instructions. This quantitative research using cross sectional research design. The sampling technique of random sampling proportion and number of sample with 102 respondents. The research data in the form of primary data from interviews using questionnaires and observation and secondary data from a general description of the company. Univariate data were analyzed to see a picture of each - of each variable, using the bivariate chi square to see the relationship variable knowledge about work procedures, motivations, attitudes, and the length of employment with the compliance standards of the workers in carrying out work procedures. Then proceed with multivariate analysis with multiple logistic regression test to see where the most influential variables. This research was conducted in October 2009 - January 2010. The results relating to the compliance of workers in carrying out work procedures are motivation (P value 0.04) and attitudes (P value 0.02). While the attitude is one factor that most correlated*

with adherence (p value0.025).

Based on these results, it is advisable for companies to improve compliance with workers in carrying out work procedures by providing stimulus and attention to workers. Reference : 40 (1984 - 2009)


(16)

iii

Skripsi dengan judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEKERJA DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR KERJA (STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE/SOP) DI PT SIM R4 PLANT TAMBUN II BEKASI

TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa, dan Layak untuk Mengikuti Sidang Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 12 Maret 2010

Dr. Arif Soemantri SKM, Mkes Pembimbing I

Minsarnawati SKM, M.Kes Pembimbing II


(17)

iv Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2010


(18)

v

KATA PENGANTAR

ﻴ ﻋﺔﻤﺣ ﻭ ﷲﻭ ﺑ ﻪﺗ

Segala puji hanya kepada Allah SWT. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyyah ke alam ilmiyyah seperti saat ini.

Dengan mengucap rasa syukur, alhamdulilah skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operational Procedure/SOP) di PT SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2010” telah diselesaikan dengan baik, walaupun tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu dengan ikhlas dan penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan kedua adik tersayang yang telah memberi dukungan, baik materiil maupun spirit dengan selalu memberikan motivasi untuk tetap survive dan terus semangat. Terima kasih atas do’a dan seluruh bantuannya.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Iting Shofwati MKKK, selaku ketua peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Arif Soemantri SKM, MKes, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi tanpa lelah dan penuh keikhlasan. Syukron katsir…..


(19)

vi tanpa lelah dan penuh keikhlasan. Syukron katsir…

7. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM yang telah berkenan menjadi penguji pada ujian Proposal Skripsi. Terima kasih untuk saran dan arahannya.

8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan.

9. Bapak Purwanto Benan, Bapak Yossi, Bapak Hidayat beserta staf tim Safety PT SIM R4 Plant Tambun II. Terimakasih atas kerjasamanya.

10. Bapak Hendra, Bapak Luther, Bapak Ivan, dan Mba Hana dan seluruh staf ISO serta

Technical Control PT. SIM R4 Plant Tambun II. Terima kasih atas semua bantuannya.

11. Bapak Yudi (Welding), Bapak Sasongko (Pressing), Bapak Putut, Bapak M.Zein (Assembling dan Final Inspection), dan seluruh member safety PT SIM R4 Plant Tambun II serta seluruh pekerja yang telah bekerjasama dengan baik selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian di perusahaan.

12. Om Zein dan keluarga, terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya. “Mohon maaf sudah merepotkan...”

13. Teman-teman Kesehatan Masyarakat ’05 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tetap semangat untuk masa depan yang lebih baik.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca lainnya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.

ﻭ ﻼ ﻴ ﻋﺔﻤﺣ ﻭ ﷲﻭ ﺑ ﻪﺗ

Jakarta, Maret 2010

Penulis Jakarta, Maret 2010


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri otomotif tidak terlepas dari unsur pendukung proses produksi, seperti berbagai engineering/mesin penggerak yang digunakan dan peran dari pekerja sebagai objek dari proses tersebut. Interaksi antara unsur pendukung dari proses produksi tersebut akan mengakibatkan peluang terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan industri jika tidak dilakukan pencegahan dan penanggulangan yang terencana dengan baik.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Menurut laporan International Labour Organization

(ILO), menyatakan bahwa di dunia setiap tahunnya, sekitar 270 juta orang mengalami kecelakaan kerja tidak fatal yang mengakibatkan hilangnya hari kerja sebanyak rata-rata 3 hari, serta 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja. (ILO, 2008)

Di Indonesia tahun 2007 tercatat, jumlah kecelakaan kerja sebanyak 65.474 kasus dan tingkat pelanggaran peraturan perundangan ketenagakerjaan sebanyak 21.386 pelanggaran, kasus kecelakaan kerja pada 2008 sebanyak 93.823 orang, dengan jumlah sembuh 85.090, sedangkan cacat total 44 orang. Kemudian tahun 2009 sampai dengan triwulan I tercatat 26.624 kasus kecelakaan kerja, dan dapat diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perkembangan dunia usaha khususnya industri dewasa ini. Berdasarkan data Jamsostek jumlah tenaga kerja yang meninggal karena kecelakaan kerja meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pekerja yang meninggal karena


(21)

kecelakaan kerja pada 2006 sebanyak 1.597 orang, 2007 sebanyak 1.883, dan 2008 sebanyak 2,124 orang. (www.detiknews.com)

Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh dua hal pokok yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Penelitian oleh Heinrich dalam David (2005) menunjukkan bahwa faktor manusia memegang peranan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia dan 15% lagi disebabkan oleh faktor kondisi kerja dan hal yang tidak diketahui pasti penyebabnya. Menurut Internasional Loss Control Institute

(ILCI) yang dipelopori oleh Frank E, Bird mengemukakan bahwa faktor manusia merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan setelah menajemen yang terdiri dari pengetahuan, motivasi, dan keterampilan yang kurang, stress fisik atau mental, dan kemampuan yang tidak cukup secara fisik dan mental.

Upaya untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja pada sektor industri maupun dunia kerja yang mempekerjakan tenaga kerja adalah dengan membentuk dan mengupayakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang mengiringi proses kerja. Kemudian upaya pengendalian kecelakaan dapat dilakukan dengan memperhatikan hierarki control yang terdiri dari substitusi, eliminasi, engineering control, administrative control, dan alat pelindung diri. Tahapan administrative control

diantaranya adalah menerapkan standar prosedur kerja yang merupakan petunjuk khusus dalam proses kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Prosedur kerja atau yang dikenal dengan Standard Operational Procedure


(22)

sebagai patokan oleh petugas dalam melaksanakan tugasnya. Pengusaha/perusahaan wajib menyediakan prosedur operasi yang tertulis berisi tentang proses operasi/kerja secara aman, termasuk langkah untuk tahapan, batasannya, dan pertimbangan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan dari dibuatnya SOP adalah memberikan pengertian kepada karyawan/pekerja untuk dapat melakukan proses kerja dengan baik. Namun terkadang pekerja masih mengabaikan prosedur kerja tersebut karena berbagai alasan, sehingga akan melakukan proses kerja tidak aman dan kemungkinan untuk terjadi kecelakaan akan lebih besar. Sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik untuk menciptakan kepatuhan pekerja mengikuti prosedur kerja yang ada.

Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku yakni melakukan sesuatu dengan tunduk dan terarah sesuai dengan petunjuk yang ada. Menurut Geller (2001), kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Prosedur kerja merupakan perilaku keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja. Kepatuhan mengikuti prosedur kerja memiliki peran penting dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja. Pada dasarnya perilaku tidak patuh terhadap prosedur kerja atau operasi, seperti menjalankan mesin atau peralatan tanpa wewenang, mengabaikan peringatan dan keamanan, kesalahan, kecepatan pada saat mengoperasikan peralatan, tidak menggunakan APD dan memperbaiki peralatan yang sedang bergerak atau dengan kata lain tidak mengikuti prosedur kerja yang benar.

Beberapa penelitian tentang kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja yang telah dilakukan dengan sampel dan tempat yang berbeda diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2004) mengenai hubungan faktor internal dan eksternal tingkat kepatuhan terhadap pelaksanaan prosedur kerja (SOP) pada pekerja bagian


(23)

Welding PT Krama Yudha Ratu motor tahun 2004 dari sampel 101 diperoleh hasil bahwa 60,4 % pekerja tidak patuh terhadap pelaksanaan SOP dan 39,6 % memiliki kepatuhan yang baik. Hal ini disebabkan oleh sikap yang buruk akan mempengaruhi kepatuhan yang buruk juga (P value = 0,000), kebijakan yang belum diterapkan dengan maksimal (P Value = 0,000), Pengawasan yang berlangsung belum berjalan maksimal (P Value = 0,021) dan model/keteladanan (P Value = 0,011).

Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh Selamet Riyadi (2005) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja operator departemen produksi dalam mengikuti prosedur operasi di PT Peni Cilegon tahun 2005, dengan sampel 50 diperoleh hasil bahwa pekerja yang tergolong patuh terhadap prosedur operasi sebesar 56% dan pekerja yang kurang patuh 44%. Faktor yang mempengaruhi adalah motivasi dengan P value = 0,001. Sedangkan faktor lain yakni lama kerja, pengetahuan, sikap, dan persepsi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan P Value > 0,005.

PT Suzuki Indomobil Motor (PT SIM) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pembuatan kendaraan roda 4 dan roda 2. Khusus di Plant Tambun II adalah pembuatan kendaraan bermotor roda 4 dengan lima proses utama, yakni pressing, welding, painting, assembling ,dan final inspection serta PMC (power Maintenance Control). Perusahaan yang berproduksi di bidang otomotif ini memiliki kapasitas produksi yang cukup tinggi yakni mencapai rata-rata 3000 unit (G-line) dan 1200 unit (I- line) perbulan, dengan jumlah pekerja per Juli 2009 sebanyak 1626 pekerja yang terbagi dalam lima proses produksi dan bagian maintenance. Setiap kegiatan produksinya tidak terlepas dari berbagai jenis mesin dengan teknologi tinggi


(24)

dan tingkat risiko tinggi sehingga setiap pelaksanaan kegiatan produksi berisiko untuk terjadinya kecelakaan kerja, baik itu kecelakaan ringan, berat bahkan fatal.

Menurut data bagian P2K3 jumlah kecelakaan kerja tahun 2006, 2007, 2008 berturut-turut adalah 7, 4, dan 4. Kemudian untuk tahun 2009 diperoleh data kecelakaan kerja sebanyak 3 kejadian kecelakaan. Jika dilihat dari nilai tingkat keparahan (Severity Rate) dalam tiga tahun terakhir adalah 2006 (SR=25,208 dengan 85 hari yang hilang), 2007 (SR=25,454 dengan 78 hari yang hilang), dan 2008 (SR=0,687 dengan 4 hari yang hilang) dan Frekuensi Rate (FR) dalam tiga tahun terakhir, yakni tahun 2006 (FR=2,16), 2007 (FR=1,2), dan 2008 (FR=0,687). Walaupun mengalami penurunan, namun target dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu zero accident belum tercapai. Berikut ini data kecelakaan kerja berdasarkan penyebab kecelakaan yang terbagi atas unsafe act, unsafe condition, dan job factor.

Tabel.1.1

Data kecelakaan kerja berdasarkan penyebab di PT.SIM R4 Plant Tambun II Tahun 2006-2008

Sumber kecelakaan 2006 2007 2008

N % N % N %

Unsafe act 4 57,1 3 75 4 100

Unsafe condition 2 28,6 - - - -

Job factor 1 14,9 1 25 - -

Sumber : Data P2K3 PT.SIM

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kejadian kecelakaan karena faktor

unsafe act (tindakan tidak aman) selalu terjadi dan adanya peningkatan presentase kejadian kecelakaan dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan member safety, yang terdiri dari ketua dan anggota P2K3 serta perwakilan dari supervisor diperoleh informasi bahwa kejadian kecelakaan karena faktor tindakan tidak aman berdasarkan urutannya disebabkan oleh pekerja tidak memakai alat pelindung


(25)

diri (APD) yang disediakan dengan alasan tidak nyaman dan tidak terbiasa. Tidak mematuhi prosedur kerja yang ada dengan alasan untuk mempercepat proses kerja sehingga mengabaikan prosedur keselamatan yang ada, belum memahami area kerja dan belum terampil (biasanya pekerja baru). Berdasarkan observasi yang dilakukan dari 19 pekerja yang diamati terdapat 10 (52,6%) diantaranya kurang patuh dalam melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur kerja yang ada, seperti pekerja tidak menggunakan APD secara lengkap selama proses kerja, mengoperasikan alat angkut dengan melebihi muatan atau kapasitas dari alat. Sedangkan 9 pekerja (47,4%) patuh terhadap pelaksanaan prosedur kerja.

Pekerja tidak mematuhi prosedur kerja menjadi salah satu alasan yang menyebabkan kecelakaan kerja karena tindakan tidak aman yang memiliki resiko tinggi jika diabaikan oleh pekerja. SOP (Standar Operational Procedure) di PT SIM dikenal sebagai ISOS (Indomobil Suzuki Operational Standar) terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya ISOS-safety untuk keselamatan kerja, ISOS-Machine untuk peralatan dan teknis penggunaannya, ISOS-Environment yang berkaitan dengan aspek lingkungan perusahaan, dan ISOS-work yakni aturan mengenai jenis pekerjaan, kemudian dilengkapi dengan lembar instruksi kerja (LIK) yang disesuaikan dengan proses kerja yang ada. Yang terdiri dari lima unit proses utama. Dalam hal ini lebih ditekankan mengenai prosedur kerja keselamatan kerja (ISOS-S). Tujuan adanya standar prosedur kerja tersebut adalah untuk menjelaskan prosedur kerja secara terstruktur dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja di berbagai proses kerja. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan, diantaranya pekerja belum mematuhi prosedur kerja yang tersedia secara maksimal. Hal yang berhubungan


(26)

dengan kepatuhan pekerja diantaranya pengetahuan, lama kerja, motivasi, sikap pekerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data kecelakaan kerja yang diperoleh dari P2K3 menyebutkan bahwa kecelakaan kerja selalu ada dan dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan presentase kejadian kecelakaan karena faktor unsafe act atau perilaku tidak aman. Menurut studi pendahuluan dengan wawancara dan observasi hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kelalaian pekerja dalam melaksanakan tugas sesuai dengan standar prosedur kerja (ISOS) dengan alasan untuk mempercepat proses kerja sehingga mengabaikan prosedur keselamatan yang ada. Prosedur kerja yang telah ada seharusnya dilaksanakan oleh setiap pekerja dalam proses kerjanya. Namun dalam implementasinya masih terdapat kekurangan mengenai kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja tersebut, karena tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh pekerja masih tergolong rendah. Belum diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja tersebut menjadi hal yang dapat dikaji secara ilmiah. Untuk itu ingin diketahui tentang apa saja faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja di PT SIM.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM tahun 2010?


(27)

2. Bagaimana gambaran pengetahuan pekerja tentang prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010?

3. Bagaimana gambaran motivasi pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010?

4. Bagaimana gambaran sikap pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010? 5. Bagaimana gambaran tentang lama kerja pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II

tahun 2010?

6. Apakah ada hubungan antara pengetahuan pekerja mengenai prosedur kerja, motivasi, sikap, dan lama kerja dengan kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010?

7. Faktor apa yang paling berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM Roda 4 plant Tambun II tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4 plant Tambun II tahun 2010.


(28)

b. Mengetahui gambaran pengetahuan pekerja tentang prosedur kerja, di PT SIM roda 4 plant Tambun II tahun 2010.

c. Mengetahui gambaran motivasi pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010

d. Mengetahui gambaran sikap pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010

e. Mengetahui gambaran lama kerja pekerja di PT SIM roda 4, plant Tambun II tahun 2010

f. Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan tentang prosedur kerja, motivasi, sikap, dan lama kerja dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan standar prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010

g. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4, Plant Tambun II tahun 2010

E. Manfaat Penelitian

1. Perusahaan Tempat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik antara pihak perusahaan dengan mahasiswa, selain itu agar dapat memperoleh informasi mengenai kepatuhan pekerja terhadap pelaksanaan standar prosedur kerja yang diterapkan.


(29)

2. Institusi Pendidikan (Akademik)

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi mengenai ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya mengenai kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja dan diharapkan dapat menjadi wacana mengenai gambaran umum untuk penelitian-penelitian tentang kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja (SOP) selanjutnya.

3. Mahasiswa

Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai Ilmu Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), khususnya tentang kepatuhan pekerja terhadap prosedur kerja (SOP).

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja (ISOS) di PT SIM roda 4 Plant Tambun II tahun 2010. Menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini ditujukan kepada pekerja PT SIM roda 4, Plant Tambun II dengan alamat Jalan Diponegoro No 38, 2 Bekasi yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 – Januari 2010, sebelumnya telah dilakukan studi pendahuluan pada Agustus 2009. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan

Kepatuhan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata patuh yang artinya taat, suka menurut, berdisiplin, sehingga dapat diartikan kepatuhan adalah ketaatan melakukan sesuatu yang dianjurkan atau ditetapkan. Kepatuhan juga adalah seberapa besar pekerja untuk mematuhi atau menjalani peraturan yang berlaku berkaitan dengan keselamatan kerja. Semakin banyak peraturan perusahaan yang diterapkan oleh pekerja maka pekerja tersebut dikatakan patuh atau baik, bila pekerja mematuhinya dengan baik, dan jika sebaliknya maka pekerja tersebut dianggap tidak mematuhi peraturan keselamataan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Balai Pustaka (1998) patuh adalah suka menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin sedangkan kepatuhan adalah sifat patuh dan taat. Sarwono (1993) mengemukakan bahwa patuh (compliance) menghasilkan perubahan tingkah laku yang sementara dan individu cenderung kembali ke pandangan perilaku semula jika pengawasan kurang atau jika individu tersebut pindah dari kelompoknya. Tahap kepatuhan dimulai dari patuh terhadap anjuran instruksi. Seringkali kepatuhan dilakukan untuk menghindari hukuman dan memperoleh imbalan jika memenuhi pedoman. Kepatuhan berikutnya adalah karena tertarik dengan tokoh idola yang dikenal dengan tahap identifikasi. Perubahan perilaku tingkat kepatuhan yang baik adalah internalisasi, dimana indiividu melakukan sesuatu akan berlangsung lama dan menetap pada individu tersebut. Sedangkan menurut Kelman (1985) dalam Marjuki (2000)


(31)

kepatuhan dimulai dari individu yang mematuhi aturan tanpa kerelaan karena takut hukuman atau sanksi.

Sacket dalam Niven (2002) mendefinisikan kepatuhan yakni sejauh mana perilaku seorang pekerja sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh atasannya atau patuh menghasilkan tingkah laku yang sementara dan individu tersebut cenderung kembali ke pandangan atau perilaku semula jika pengawasan kelompok mengendur atau jika ia pindah dari kelompoknya. Konsep kepatuhan pada dasarnya akan mempengaruhi perilaku, secara umum dilakukan dengan memerintah orang untuk melakukan sesuatu atau meminta mereka untuk melakukannya. Orang mematuhi perintah dari orang yang mempunyai kekuasaan bukan hal yang mengherankan karena ketidakpatuhan seringkali diikuti dengan hukuman. Dalam hal ini kepatuhan identik dengan pengaruh yang dipaksakan agar mau melakukan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Kepatuhan seseorang atau kelompok dalam mematuhi peraturan yang berlaku dapat dinilai dari bagaimana orang terpengaruh (pekerja) dapat melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan yang telah diterapkan. Jika terdapat sebagian atau keseluruhan peraturan yang tidak diikuti maka pekerja tersebut dapat dikatakan tidak patuh terhadap peraturan yang ada. Untuk mengetahui kepatuhan dan disiplin kerja maka perlu diikuti dengan pengawasan dan pemantauan selama proses berlangsung. Pembuat peraturan atau dalam hal ini perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan monitoring terhadap pekerja.

Menurut Munandar (2001) dalam Saleh (2006) kepatuhan pekerja terhadap peraturan yang diterapkan merupakan bagian dari proses penilaian kinerja. Karena penilaian kinerja merupakan proses penilaian dari ciri-ciri kepribadian, perilaku kerja


(32)

(diantaranya kepatuhan pekerja terhadap peraturan), dan hasil kerja pekerja yang dapat menunjang kinerjanya.

1. Kepatuhan dalam Pandangan Islam

Islam sebagai salah satu agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mengatur tentang seluruh kehidupan manusia, baik hubungan antara manusia dengan agama (Allah SWT), manusia dengan makhluk lain ciptaanNya, juga hubungan antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini terkait dengan kepatuhan seseorang dalam menjalankan peraturan dan hal yang mempengaruhinya.

Sebelum membahas tentang kepatuhan dalam pandangan islam, perlu dibahas mengenai beberapa hal tentang manusia atau subjek dari kepatuhan tersebut. Manusia adalah ciptaan Allah (Tuhan YME) yang memiliki keistimewaan bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Keistimewaan itu ditentukan oleh akal pikirannya dan hati nuraninya. Di dalam Al-Quran manusia berulang kali diangkat derajatnya, namun berulang kali direndahkan martabatnya karena tingkah laku dan perbuatan manusia itu sendiri. (Hasan, 2000)

Manusia memiliki beberapa segi positif, diantaranya

a. Manusia memiliki sifat bebas dan merdeka. Setiap orang diberikan hak kebebasan untuk melakukan aktivitas apapun tanpa paksaan dari manapun. Namun setiap orang memiliki tanggung jawab kepada diri sendiri, orang lain, dan agama.


(33)

Dalam Al Quran menjelaskan











Atinya :“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan (menawarkan) amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS: Al-Ahzab :72).

















Artinya :“Sesungguhnya Kami telah mensiptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir” (QS:Al-Insan, 2-3).

Dari dua penjelasan surah tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia mendapat amanat seperti tanggung jawab terhadap diri sendiri, orang lain, dan Tuhan YME untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan tanggung jawab tersebut setiap orang diharapkan untuk dapat patuh terhadap perintah dan larangan baik itu menyangkut hubungannya dengan agama (Tuhan YME) maupun dengan orang lain.


(34)

b. Manusia memiliki kesadaran moral. Pada diri manusia itu sebenarnya telah dibekali dengan suatu alat penyaring (filter) yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah berfirman:





Artinya :”Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS: As-Syams 7-8).

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa setiap orang khususnya muslim diberikan kelebihan untuk dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, begitu pula dengan contoh perilaku kepatuhan terhadap peraturan. Orang yang mengerti akan manfaat dari dilaksanakannya peraturan yang ada, kemudian orang tersebut telah mematuhi peraturan/objek tertentu dan berusaha untuk tidak melanggar peraturan yang ada maka orang tersebut sudah dapat membedakan antara yang baik dan nermanfaat untuk dirinya dengan yang tidak baik.

c. Menurut fitrah, manusia tidak hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi saja, tetapi tersentuh juga oleh motivasi –motivasi yang menginginkan keluhuruan. Dalam hal ini setiap manusia memiliki motivasi untuk menjadi lebih baik dalam segala hal.

Selain beberapa segi positif yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat pula segi negatif dari manusia menurut islam, antara lain :

a. Manusia bersifat ceroboh. Pada umumnya orang yang memiliki sifat ceroboh dalam usahanya seringkali mengalami kegagalan, bahkan sifat ceroboh tersebut


(35)

dapat menimbulkan bahaya bagi orang tersebut. Sifat manusia yang seperti ini dijelaskan dalam firman Allah











Artinya :“Dan manusia mendoakan untuk kejahatan sebagaimana ia mendoakan untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa” (QS: Al-Isra, 11).

Dari sedikit penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki sifat ceroboh dan tergesa-gesa dalam melakukan tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari karena alasan tertentu seseorang dapat melakukan hal yang ceroboh maupun tergesa-gesa tanpa memikirkan hasil akhirnya. Contohnya karena adanya target bekerja dengan cepat menimbulkan seorang pekerja melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa tanpa mematuhi peraturan untuk keselamatan dirinya, sehingga akan berdampak pada bahaya pada dirinya.

b. Manusia ingat Allah dalam keadaan bahaya dan melupakanNya di waktu senang. Manusia pada umumnya jika dalam keadaan susah dan bahaya ia ingat kepada Allah. Biasanya tanpa disadari tekun beribadah berharap untuk terbebas dari bahaya. Tetapi sesudah bebas dari bahaya ataupun kesusahan, manusia lupa dan mengingkarinya lagi. Firman Allah :






(36)

Artinya :“Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami, dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darin padanya, dia (kembali melalui jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS: Yunus,12).

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang jika dalam keadaan susah, bahaya, tidak mampu dan lainnya akan mengingat terhadap ketentuan yang ada dan menyesali serta berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama agar terhindar dari bahaya tersebut. Namun jika bahaya maupun kesulitan itu sudah hilang maka akan kembali mengulanginya lagi jika sudah menjadi kebiasaan dari orang tersebut. (Hasan,2000). Sebagai contoh seorang pekerja yang memiliki pengalaman pernah mengalami kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya akan cenderung bersikap hati-hati dalam bekerja dan lebih mematuhi peraturan kerja yang ada untuk menghindari kejadian yang berulang. Dibanding dengan yang belum pernah mengalami hal tersebut.

Kepatuhan diidentikkan dengan kedisiplinan dalam menjalankan sesuatu dengan penuh tanggung jawab. Disiplin dalam hal-hal yang baik dan bermanfaat termasuk ke dalam akhlak terpuji yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang khususnya muslim.


(37)

Firman Allah Surah An-Nisa, ayat 59





















Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya serta ulil amri diantara kamu”. (QS : An-Nisa, 59).

Selain itu Sabda Rasul ysng menjelaskan “Wajib bagi setiap muslim (muslimah) untuk mendengarkan dan taat kepada apa yang ia senangi dan yang ia benci kecuali jika diperintah maksiat (berbuat dosa seperti meminum minuman keras, berjudi, berzina, dan mencuri) maka tidak ada kewajiban mendengarkan dan tidak ada kewajiban untuk taat” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dari penjelasan tersebut disiplin seharusnya diterapkan dalam kehidupan, seperti kehidupan pribadi, bermasyarakat (lingkungan kerja), berbangsa dan bernegara. Disiplin erat kaitannya dengan kepatuhan terhadap peraturan dan hukum. Dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan kedisiplinan, seseorang harus dapat mematuhi segala peraturan yang ada, sebagai contoh di lingkungan pekerjaannya. Karena hal tersebut merupakan bagian dari bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada ulum amri atau pemimpin dalam hal kebaikan dan kebenaran.(Yunus, 2003)

Dalam pandangan islam, hubungan antara iman dengan kepatuhan dapat dijelaskan sebagai berikut: iman sering kali disebut dengan kepercayaan, sedangkan kepatuhan disebut dengan amal yang dalam perilaku/perbuatan yang baik/sesuai dengan aturan. Keduanya saling memiliki hubungan, iman/kepercayaan merupakan dasar seseorang untuk berperilaku, iman dapat mengontrol cara berfikir, bersikap, bertindak. (Khairi,2000)


(38)

2. Kepatuhan terhadap Prosedur Kerja

Menurut Meriam–Webster dalam Salim (2006) kepatuhan sebagai tindakan atau proses untuk menurut atas perintah, keinginan, atau paksaan terhadap sesuatu aturan. Kepatuhan mengikuti prosedur keselamatan merupakan salah satu bentuk perilaku keselamatan. Menurut Geller (2001), perilaku keselamatan secara sederhana dapat dibedakan bahwa perilaku ditempat kerja meliputi perilaku berisiko (at-risk behavior) dan perilaku aman (safe behavior). Dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan kerja, maka perilaku berisiko dapat dicegah dan perilaku aman berkaitan dengan aspek-aspek dalam faktor orang dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut dan faktor perilaku yang saling terkait. Kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku keselamatan. Kepatuhan dalam mengikuti prosedur operasi atau prosedur kerja memiliki peran penting dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja, sebagai contoh adanya perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di tempat kerja pada dasarnya merupakan perilaku tidak patuh terhadap prosedur operasi atau kerja.

Dari uraian teori tersebut secara sederhana kepatuhan terhadap prosedur kerja adalah mematuhi prosedur atau syarat dalam proses kerja yang berlaku di tempat kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja.

Prosedur kerja di PT SIM plant Tambun II disesuaikan dengan section/unit masing-masing, yakni :


(39)

Mengurusi kegiatan produksi Pressing untuk membuat atau mencetak komponen-komponen mobil yang terbuat dari steel plate misalnya pintu, body mobil dan lainnya dimana pada Pressing terdiri dari empat mesin yaitu:

1). Drawing untuk mencetak bentuk dari dies yang sudah ada sesuai bentuk yang diinginkan

2). Cutting untuk memotong sesuai dengan hasil gambar atau cetak

3). Holding untuk melubangi hasil cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan 4). Finishing untuk membuang sisa-sisa bagian yang belum terpotong

Pressing mempunyai lima line yang dibagi menurut besarnya beban yang diberikan, yaitu

1). Line 2000 ton yakni menggunakan robot, inspeksi hanya dilakukan setelah

finishing.

2). Line 1200 ton, yakni dilakukan inspeksi setiap tahap prosesnya secara manual 3). Line 500 ton, yakni dilakukan inspeksi setiap tahap prosesnya secara manual 4). Line 400 ton, yakni dilakukan inspeksi setiap tahap prosesnya secara manual 5). Line 60-80 tonuntuk proses small press dan inspeksi manual

b. Section Welding

Mengurusi kegiatan produksi yang berkaitan dengan proses welding (pengelasan) atau penggabungan komponen.

1). Proses Front Floor, yakni proses pembentukan (penyatuan) komponen bagian depan.

2). Proses Rear Floor, merupakan proses pembentukan komponen bagian belakang.


(40)

3). Proses Side Body, merupakan proses pembentukan mobil bagian samping. 4). Proses Main Body, merupakan proses penyambungan dari masing-masing inti

di atas menjadi satu kesatuan (white body).

c. Section Painting Body & Plastic

Mengurusi semua kegiatan pengecatan untuk body mobil dan pengecatan komponen mobil yang terbuat dari plastik.

d. Section Assembling

Proses menggabungkan unit body yang sudah dipainting dengan engine dan komponen-komponen lain seperti roda, jok, dashboard, interior, dalam dan juga interior luar menjadi satu unit mobil. Proses assembling ini meliputi

Chasis,Triming, Sub Assembling, Final

Terdapat dua line yang dibagi menurut tipe mobil yaitu :

1). Line I : line berbentuk garis lurus yaitu untuk tipe mobil Grand Vitara, Swift, Neo Baleno dengan berbagai variannya

2). Line G : line berbentuk huruf G yaitu untuk tipe mobil APV dan Futura dengan berbagai variannya.

Prosedur kerja tersebut dibuat untuk dipatuhi oleh seluruh pekerja dan jika terdapat yang melanggar atau tidak mematuhinya maka terdapat kebijakan tersendiri dari perusahaan berupa sanksi.


(41)

Perubahan sikap dan perilaku dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi dan internalisasi, ini berarti bahwa kepatuhan merupakan tahap awal dari perilaku sehingga semua faktor yang mempengaruhi perilaku dapat mempengaruhi kepatuhan.

Menurut Kwick perilaku berarti tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Geller (2001) dalam bukunya the psychology of safety Handbook, perilaku digambarkan bahwa pentingnya pendekatan behavioral be safety dalam upaya keselamatan kerja, baik dalam perspektif reaktif maupun proaktif dan mengelompokkan perilaku ke dalam at-risk behavior dan safe behavior. Terjadinya kerugian akibat dapat disebabkan oleh adanya at-risk behavior dan dapat ditelusuri dengan pendekatan proaktif untuk mencapai kesuksesan atau prestasi kerja. Oleh karena itu, risk behavior dikurangi dan safe behavior perlu ditingkatkan sehingga kerugian di tempat kerja karena kecelakaan kerja dapat dihindari dan upaya keselamatan kerja dapat berjalan normal.

Menurut Lawrance Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku, dipengaruhi oleh 3 faktor, faktor tesebut adalah

a Faktor pengaruh (predisposing faktors), yaitu faktor yang mendahului atau yang menjadi dasar perilaku.

b Faktor pemungkin (Enabling Faktor), yaitu faktor yang mendahului, memungkinkan terlaksananya suatu aspirasi.

c Faktor penguat (Reinforcing Faktor), yaitu faktor yang menentukan apakah tindakan dapat mendukung atau tidak, tergantung dari tujuan dan jenis program.


(42)

Proses pembentukan perilaku menurut Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari pengetahuan, kecerdasan, persepsi, dan emosi. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan sekitar, baik fisik/non fisik, ekonomi dan kebudayaan. Dijelaskan kembali oleh Geller (2001) bahwa kepatuhan pekerja dapat dipengaruhi oleh faktor orang dan lingkungan. Faktor orang meliputi sikap, keyakinan, perasaan, pemikiran, kepribadian, persepsi, nilai, dan tujuan seseorang. Sedangkan lingkungan diantaranya adalah pelatihan, penghargaan atau pengakuan, ketersediaan peraturan, komunikasi, dan pengawasan.

Sedangkan menurut Gibson dalam Winardi (2004) menguraikan aspek yang mempengaruhi perilaku diantaranya kepatuhan, yaitu faktor individu/psikologis dan organisasi. Menurut aspek individu/psikologis terdiri dari kemampuan/keterampilan, pengetahuan, persepsi, kepribadian, motivasi, sikap, dan latar belakang (seperti pengalaman kerja/lama kerja). Sedangkan aspek organisasi meliputi sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan dan sanksi, struktur dan desain pekerjaan.Berikut ini bagan mengenai hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang mana di dalamnya terdapat kepatuhan terhadap prosedur kerja.

Selanjutnya akan diuraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan peraturan, salah satunya adalah prosedur kerja yang telah diterapkan.


(43)

Menurut Meliono (2007) pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan panca indera juga merupakan pengetahuan. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat.

Pengetahuan adalah suatu ilmu tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu (Kurnia, 2002). Pengetahuan adalah segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu objek tertentu dan ilmu termasuk di dalamnya. Pengetahuan yang dimiliki manusia bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan kehidupan manusia yang dihadapi sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan pada manusia.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). (Meliono, 2007)

Dalam pandangan islam setiap orang diwajibkan untuk memiliki ilmu pengetahuan sebagai bekal dan acuannya dalam menjalani kehidupan baik di dunia maupun di alam akhirat. Perintah untuk menuntut ilmu telah dianjurkan dalam beberapa firman-Nya di dukung oleh sabda Rasullullah.


(44)

Salah satu firman yang menjelaskan betapa pentingnya memiliki pengetahuan adalah sebagai berikut “Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan” (QS. Ar Rahman, 33). Sabda Rasulullah “ Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina sekalipun “ (H.R. Ibnu Uda) Dari ayat AlQuran dan sabda rasul tersebut dapat diketahui bahwa manusia akan dapat menjelajahi dunia dan isinya dengan berbekal ilmu pengetahuan sebagai kekuatan serta senantiasa menuntut ilmu serta mengamalkan atau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Yunus,2003)

Menurut Green (1980) pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang atau kelompok orang untuk bertindak, selain sikap, keyakinan, nilai dan persepsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan yang cukup dan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang tanpa didasari pengetahuan. Pengetahuan yang mengikat tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan perilaku, tetapi kedua hal ini saling berhubungan secara sinergis.

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

1) Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.


(45)

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus (hal yang baru).

5) Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Long lasting). Sebaliknya apabila perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama (Notoatmojdo, 2007). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplications)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya


(46)

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003 a)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang prosedur kerja adalah seluruh informasi yang diketahui oleh seseorang khususnya pekerja tentang prosedur kerja yang diterapkan sesuai dengan proses pengamatan dan praktek melalui panca indera.

Pengetahuan menurut Islam menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan pengetahuan yang berguna dalam kehidupan manusia. Dalam hadist nabi SAW, “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)”. (HR. Ibnu Majah). “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.” (HR. Ar-Rabii')


(47)

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengetahuan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Millah (2009) diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku dengan p value sebesar 0,010. Kemudian penelitian lain oleh Hayati (2004) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP, dengan p value sebesar 0,535. Selanjutnya penelitian oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil yang sama bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan terhadap prosedur operasi dengan p value sebesar 0,393.

b. Motivasi

Motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive, diartikan sebagai gerakan atau sesuatu yang bergerak, yaitu dalam hal ini adalah gerakan yang dilakukan manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Sedangkan dalam psikologi diartikan sebagai rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi mereka yang melakukan suatu tingkah laku. (Azwar, 1996).

Disamping istilah motif terdapat juga motivation yakni istilah yang lebih umum menunjuk kepada seluruh proses gerakan yang termasuk situasi yang mendorong, atau dorongan yang timbul dari diri sendiri. Tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dengan tujuan menimbulkan tindakan atau perbuatan. Jadi motivasi dapat dikatakan sebagai dorongan, gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo,2003).

Pada situasi tertentu dan apabila kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi maka motif dan daya penggerak menjadi aktif. Motif yang telah aktif ini disebut


(48)

dengan motivasi. Motivasi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu sebagai pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan (Saleh, 2006). Menurut M. Usman Najati dalam Saleh Abdul Rahman mengatakan bahwa motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.

Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu:

1) Menggerakkan, motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

2) Mengarahkan, motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan dan tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

3) Menopang, artinya motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dan kekuatan individu.

Motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi berdasarkan sikap dan berdasarkan imbalan. Motivasi berdasarkan sikap merupakan proses individu tersebut untuk berpikir dan merasa keyakinan diri mereka, kepemimpinan mereka terhadap kehidupan (positif atau negatif). Sedangkan motivasi berdasarkan imbalan adalah ketika seseorang meraup imbalan dan suatu hadiah yang keduanya dipadukan akan sangat efektif bagi sebuah organisasi. Motivasi memiliki karakteristik tertentu pada diri seseorang diantaranya adalah merupakan bentuk, kebutuhan dari individu dalam


(49)

organisasi dan merupakan kondisi yang diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

Menurut Maslow (1994) dalam Saleh (2006) terdapat lima tingkatan kebutuhan yang akan mempengaruhi motivasi seseorang, yaitu:

1) Kebutuhan akan aktualisasi diri, untuk mewujudkan (mengaktualisasi) potensi seseorang secara penuh, untuk menjadi lebih dari sesuatu karena adanya perasaan tidak puas akan hasil atau kemampuan yang telah diperoleh, sehingga membutuhkan aplikasi untuk mencapai perwujudan diri menjadi lebih bernilai dan berkualitas.

2) Kebutuhan akan harga diri (self esteem) memiliki tingkatan kebutuhan dari yang tertinggi menuju tingkatan terendah adlah merasa kuat, pencapaian, yakin, independen, dan bebas juga mengandung perhatian, penghargaan, kepentingan, dan apresiasi dari orang lain. mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian yang mantap, berdasar dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan dari orang lain.

3) Kebutuhan dari rasa memiliki dan rasa cinta (love). Untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan pengalaman rasa memiliki dan dimiliki. Keduanya member dan menerima. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, sehingga membutuhkan kebutuhan sosial seperti:

(a) kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana ia hidup (b) Kebutuhan akan perasaan dihormati

(c) kebutuhan untuk berprestasi


(50)

4) Kebutuhan akan rasa aman (safety), untuk merasa bebas dari bahaya melibatkan penghindaran dari kecemasan. Keselamatan terdiri dari keselamatan, keamanan, kemantapan ketergantungan, perlindungan bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas kekuatan pada diri pelindung.

5) Kebutuhan fisiologis (faal) untuk kepuasan terhadap kebutuhan dasar tubuh, seperti makanan, tidur, ait, seks, dan aktivitas fisik lainnya. Karena dalam kehidupan perlu adanya sandang, pangan, dan tempat berlindung, seks, dan kesejahteraan individu.

Motivasi adalah kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan rangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan sedangkan motivasi kerja adalah sesuatu hal yang biasa dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. (Saleh, 2006)

Menurut Sahab (1996) dalam Salim (2007) motivasi merupakan salah satu penggerak perilaku dan hubungan antar manusia dalam perusahaan. Motivasi menentukan hubungan manusia dengan sistem secara keseluruhan, berkaitan dengan pengetahuan pekerja, kepercayaannya, keterampilan, prosedur kerja, hubungan menciptakan tingkat kepatuhan individu di lingkungan kerja terhadap prosedur kerja yang diterapkan.


(51)

Pandangan islam mengenai motivasi kerja lebih menekankan bahwa seseorang diperbolehkan melakukan aktivitas yang baik untuk dirinya, agamanya, dan orang-orang disekitarnya. Motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan kesadaran untuk bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mendapatkan hasil yang baik. (Syamsuri, 2003).

Terdapat beberapa penelitian mengenai motivasi, diantaranya adalah penelitian oleh Hayati (2004) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara motivasi pekerja dengan kepatuhan terhadap standar prosedur kerja dengan p value sebesar 0,096. Kemudian penelitian oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kepatuhan terhadap prosedur operasi, dengan p value sebesar 0,001.

c. Sikap

Menurut Mar'at (1981) bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang berarti bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Menurut Notoatmojo (2003 a) sikap diklasifikasikan menjadi empat tingkatan yaitu penerimaan, penangkapan, penghargaan, dan pertanggungjawaban. Menurut

Allport dijelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen yaitu : 1) kepercayaan keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek, 2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, 3) kecenderungan untuk bertindak.


(52)

Selain itu sikap memiliki 4 komponen lain, yaitu :

1) Menerima (receiving), orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan 2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila dirinya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Keterlibatan (involving), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilih dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Adriyanto (1985) sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen sebagai berikut: 1) Komponen kognitif

Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu. Fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek.

2) Komponen afektif

Komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek terutama penilaian.

3) Komponen perilaku

Terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak atau bertingkah laku terhadap objek.

Menurut Berkowitz (1972) dalam Utomy (1998) menyatakan sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) ataupun


(53)

perasaan tidak mendukung (unfavorable) objek tersebut. Ilmuwan sosial membahas sedikitnya terdapat empat pokok bahasan dalam persoalan sikap dan perilaku yaitu 1) sikap dan perilaku tanpa adanya hubungan sebab akibat

2) sikap yang menyebabkan perilaku 3) perilaku menyebabkan sikap

4) ada akibat timbal balik antara sikap dan perilaku, misalnya sikap yang menyebabkan perilaku dan perilaku yang menyebabkan sikap.

Dalam pandangan islam, sikap manusia dapat dilihat dari tingkah laku yang dihasilkannya. Manusia dapat memiliki sikap positif terhadap objek jika melaksanakan suatu hal sesuai dengan objek tersebut, namun jika memiliki sikap yang negatif maka cenderung akan meninggalkan hal yang ada dari objek tersebut. Sebagai contoh sikap sesorang dalam bekerja, setiap orang dianjurkan untuk memiliki sikap kerja keras terhadap usahanya. Dalam hal ini sikap kerja keras dengan mengikuti segala peraturan yang bermanfaat untuk dirinya, agama dan orang lain. Firman Allah yang menjelaskan tentang tuntunan untuk memiliki sikap kerja keras, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. (QS. Al Qashash, 77). (Yunus,2003)

Sikap tidak selalu mengungkapkan perilaku, karena suatu sikap hanyalah merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku. Jadi pada umumnya sikap menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek atau bentuk suka atau bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan terhadap SOP, yakni terdapat hubungan antara sikap yang buruk terhadap kepatuhan buruk dari pekerja,


(54)

dengan p value sebesar 0,000. Selanjutnya penelitian lain oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerjaterhadap prosedur operasi dengan p value sebesar 0, 576.

d. Lama Kerja

Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja atau mempunyai pengalaman di bidang pekerjaannya. Lama bekerja akan berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak sehingga memegang peranan dalam pembentukan perilaku pekerja. (Notoatmodjo, 2003).

Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui seluk beluk mengenai pekerjaannya Selain itu, mereka sering mementingkan dahulu selesainya segera pekerjaan tertentu yang diberikan sehingga keselamatan tidak cukup mendapat perhatian. (Suma’mur 1998)

Masa kerja atau lamanya bekerja merupakan waktu yang dihabiskan seseorang untuk melakukan aktifitas atau tanggung jawabnya di suatu tempat tertentu. Pekerja dengan masa kerja kurang dari atau sama dengan 3 tahun merupakan pekerja dengan tahun peralihan dari pekerja baru menjadi pekerja lama, artinya mereka yang telah


(55)

bekerja dengan masa kerja tersebut belum merasa berpengalaman dan ingin mengerjakan segala sesuatunya dengan cepat, tepat dan melupakan keselamatan dirinya sendiri. Sedangkan pekerja dengan masa kerja lebih lama, maka semakin memahami pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja sehingga kualitas dan kuantitas mereka dapat bertambah (Suma’mur, 1996).

Sedangkan menurut Peterson (1994) dalam Riyadi (2005) berdasarkan laporan investigasi kecelakaan, pengalaman kerja seorang pekerja dapat dibedakan menjadi distribusi lama kerja di perusahaan tertentu. Distribusi lama kerja tersebut adalah pekerja bekerja 1-5 bulan, 6 bulan -5 tahun, dan lebih dari 5 tahun.

Menurut Saleh (2006) perusahaan menetukan masa kerja dari setiap pekerjanya. Perusahaan yang telah lama berdiri biasanya akan memiliki pekerja dengan lama kerja yang lama dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri.

Beberapa penelitian tentang lama kerja yang dihubungkan dengan kepatuhan pekerja diantaranya adalah penelitian oleh Riyadi (2005) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kepatuhan pekerja terhadap prosedur operasi dengan p value yang diperoleh sebesar 0,684. Kemudian penelitian lain yang dilakukan oleh Utomy (2007) diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kepatuhan pekerja dengan p value sebesar 0,533.

e. Persepsi

Persepsi adalah proses pemberian arti (kognitif) seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia dalam pandangan sedang dan sempit adalah bagaimana cara dalam penglihatan, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan bagaimana


(56)

seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat dikatakan persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan oleh panca indera. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuannya. (Mar’at, 1981)

Semua rangsangan/stimulus yang diterima oleh panca indera secara tidak seluruhnya masuk dalam perceptual process. Ada suatu proses rangsangan terhadap stimulus yang masuk. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan keadaan mental manusia dalam menerima semua informasi (Saleh, 2006)

Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah adanya perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan dari kita pada salah satu indera. Kata dan mengedepankan masukan-masukan melalui indera yang lain. Terdapat perbedaan persepsi pada tiap individu, diantaranya adalah manusia bukan saja menunjukkan betapa lemahnya alat indera manusia tetapi juga menunjukkan perhatian yang selektif.

Menurut Stephen P. Robbins, (1996) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari:

1). Perilaku persepsi, bila seseorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku individual.

2). Target, karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan.


(1)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

5.008 1 .025

5.008 1 .025

5.008 1 .025

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

134.466a .048 .064

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Es timation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by les s than .001. a.

Classification Tablea

34 24 58.6

16 28 63.6

60.8 Observed

patuh tidak patuh variabel kepatuhan yang

dikelompokkan Overall Percentage Step 1

patuh tidak patuh variabel kepatuhan yang

dikelompokkan Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

.908 .411 4.869 1 .027 2.479 1.107 5.553

-1.662 .667 6.205 1 .013 .190

sikapGrp Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on s tep 1: sikapGrp. a.


(2)

102

100.0%

0

.0%

102

100.0%

102

100.0%

0

.0%

102

100.0%

102

100.0%

0

.0%

102

100.0%

102

100.0%

0

.0%

102

100.0%

variabel pengetahuan

yang dikelompokkan *

variabel kepatuhan

yang dikelompokkan

variabel motivas i yang

dikelompokkan *

variabel kepatuhan

yang dikelompokkan

variabel sikap yang

dikelompokkan *

variabel kepatuhan

yang dikelompokkan

variabel lama kerja

yang dikelompokkan *

variabel kepatuhan

yang dikelompokkan

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

Variabel pengetahuan pekerja

variabel pengetahuan yang dikelompokkan * variabel kepatuhan yang dikelompokkan Crosstabulation

46 28 74

62.2% 37.8% 100.0%

16 12 28

57.1% 42.9% 100.0%

62 40 102

60.8% 39.2% 100.0%

Count

% within variabel pengetahuan yang dikelom pokkan Count

% within variabel pengetahuan yang dikelom pokkan Count

% within variabel pengetahuan yang dikelom pokkan tinggi

rendah variabel pengetahuan

yang dikelompokkan

Total

patuh tidak patuh variabel kepatuhan yang

dikelom pokkan


(3)

Chi-Square Tests

.215b 1 .643

.056 1 .813

.213 1 .644

.656 .404

.213 1 .645

102 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As soci ation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The m inim um expected count is 10. 98.

b.

Ri sk Estim ate

1.232 .509 2.982

1.088 .754 1.570

.883 .526 1.482

102 Odds Ratio for variabel

penget ahuan y ang dik elompok kan (tinggi / rendah)

For cohort variabel kepatuhan yang dik elompok kan = patuh For cohort variabel kepatuhan yang dik elompok kan = tidak patuh

N of V alid Cases

Value Lower Upper

95% Confidenc e Int erval

Variabel Motivasi Pekerja

va riabel m otivasi yang di kelompokkan * variabe l ke patuhan ya ng dike lom pokkan Crossta bul

34 17 51

66.7% 33.3% 100.0%

24 27 51

47.1% 52.9% 100.0%

58 44 102

56.9% 43.1% 100.0%

Count

% within variabel motivasi yang dikelompokkan Count

% within variabel motivasi yang dikelompokkan Count

% within variabel motivasi yang dikelompokkan tinggi

rendah variabel motivas i yang

dik elompok kan

Total

patuh tidak patuh variabel kepatuhan yang

dik elompok kan


(4)

3.997b 1 .046

3.237 1 .072

4.025 1 .045

.071 .036

3.958 1 .047

102 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22. 00.

b.

Ri sk Estim ate

2.250 1.010 5.012

1.417 .998 2.010

.630 .395 1.004

102 Odds Ratio for variabel

motivasi yang

dik elom pok kan (tinggi / rendah)

For cohort variabel kepatuhan yang dik elom pok kan = patuh For cohort variabel kepatuhan yang dik elom pok kan = tidak patuh

N of V alid Cases

Value Lower Upper

95% Confidenc e Int erval

Variabel Sikap Pekerja

variabel sikap yang dikelompokkan * variabel kepatuhan yang dikelompokkan Crosstabulation

34 16 50

68.0% 32.0% 100.0%

24 28 52

46.2% 53.8% 100.0%

58 44 102

56.9% 43.1% 100.0%

Count

% within variabel sikap yang dikelompokkan Count

% within variabel sikap yang dikelompokkan Count

% within variabel sikap yang dikelompokkan positif

negatif variabel sikap yang

dikelompokkan

Total

patuh tidak patuh variabel kepatuhan yang

dikelompokkan


(5)

Chi-Square Tests

4.960b 1 .026

4.109 1 .043

5.008 1 .025

.030 .021

4.911 1 .027

102 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21. 57.

b.

Ri sk Estim ate

2.479 1.107 5.553

1.473 1.038 2.090

.594 .369 .957

102 Odds Ratio for variabel

sik ap y ang

dik elompok kan (positif / negatif)

For cohort variabel kepatuhan yang dik elompok kan = patuh For cohort variabel kepatuhan yang dik elompok kan = tidak patuh

N of V alid Cases

Value Lower Upper

95% Confidenc e Int erval


(6)

46 25 71

64.8% 35.2% 100.0%

16 15 31

51.6% 48.4% 100.0%

62 40 102

60.8% 39.2% 100.0%

Count

% within variabel lama k erja yang dik elompok kan Count

% within variabel lama k erja yang dik elompok kan Count

% within variabel lama k erja yang dik elompok kan lama (> 5 t ahun)

kurang lama (< = 5 tahun) variabel lama k erja yang

dik elompok kan

Total

patuh tidak patuh variabel kepatuhan yang

dik elompok kan

Total

Chi-Square Tests

1.572b 1 .210

1.067 1 .302

1.555 1 .212

.271 .151

1.556 1 .212

102 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As soci ation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The m inim um expected count is 12. 16.

b.

Ri sk Estim ate

1.725 .733 4.062

1.374 .849 2.224

.797 .544 1.167

102 Odds Ratio for variabel

lam a k erja yang dik elom pok kan (<= 5 tahun / > 5 tahun) For cohort variabel kepatuhan yang dik elom pok kan = tidak patuh

For cohort variabel kepatuhan yang dik elom pok kan = patuh N of V alid Cases

Value Lower Upper

95% Confidenc e Int erval