kerja, kebijakan perusahaan. Motivasi tersebut yang mendorong pekerja sehingga mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,
tenaga dan waktunya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan perusahaan.
Menurut M. Usman Najati dalam Saleh 2006 motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu, motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan dan tingkah laku individu yang diarahkan terhadap sesuatu, menopang motivasi
digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku. Dengan demikian hasil penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara motivasi dengan kepatuhan dalam melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan teori Gibson 1996 dalam Winardi 2004 bahwa motivasi merupakan salah
satu faktor dalam individupsikologis yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan. Berdasarkan wawancara
dengan perwakilan dari kepala kelompok dan supervisor diperoleh hasil bahwa pekerja pada umumnya sudah memiliki motivasi yang tinggi, hal
ini dapat dilihat dari hasil kerja yang memuaskan dan tepat waktu. Namun pekerja dengan motivasi rendah juga cukup banyak. Karena motivasi kerja seharusnya
didukung dengan perhatian dari perusahaan mengenai kesejahteraan pekerja dan kebutuhan akan pelatihan dan pengawasan yang terstruktur dengan baik. Dengan
demikian pekerja akan merasa diperhatikan sehingga motivasi untuk bekerja sesuai dengan prosedur kerja akan terwujud dengan maksimal
.
8. Analisis Hubungan antara Sikap Pekerja dengan Kepatuhan Melaksanakan
Prosedur Kerja
Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui bahwa sikap memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan terhadap prosedur kerja dengan P value
0,026 P value 0,05. Pada perhitungan risk estimate diperoleh hasil OR=2,479 95 CI; 1,107-5,553, artinya responden yang memiliki sikap positif berpeluang 2,479 kali
untuk dapat patuh melaksanakan prosedur kerja dibanding dengan responden yang memiliki sikap negatif. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa responden yang
memiliki sikap positif lebih banyak 68 yang patuh melaksanakan prosedur kerja. Sedangkan yang memiliki sikap negatif lebih banyak yang tidak patuh sebesar 53,8
tabel 5.8. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda multiple logistic regretions diketahui bahwa sikap juga berhubungan
secara signifikan dengan perubahan tingkat kepatuhan tehadap prosedur kerja. Dan dari tiga variabel independen yang diduga berhubungan dengan kepatuhan tehadap prosedur
kerja, ternyata setelah dianalisis diperoleh bahwa faktor sikap merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sikap merupakan salah satu faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan prosedur kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hayati 2004 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan terhadap SOP,
yakni terdapat hubungan antara sikap yang buruk terhadap kepatuhan buruk pekerja, dengan p value sebesar 0,000.
Menurut Gibson dalam Winardi 2004 menyatakan bahwa variabel sikap tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku yang didalamnya merupakan kepatuhan
terhadap prosedur kerja. Selain itu menurut Green 1980 variabel sikap merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam melaksanakan prosedur kerja.
Menurut Marat 1981 sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang berarti bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sehingga munculnya perilaku kepatuhan terlebih dahulu ditunjukkan dalam bentuk sikap terhadap objek.
Berdasarkan hasil wawancara, pekerja merasa sudah memiliki sikap yang positif baik karena sikap seseorang relatif konstan dan agak sukar berubah. Sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Adriyanto 1985 bahwa sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap. Seseorang dikatakan
bersikap positif baik jika keyakinan dan pengetahuan yang mereka miliki dapat dipahami dengan baik. Tetapi ada juga pekerja yang merasa memiliki sikap negatif
kurang baik, hal ini dikarenakan bahwa sikap yang ada dari pekerja untuk mendukung kepatuhan belum bisa diamati secara jelas, yang ada hanya sebatas reaksi. Menurut
Notoatmodjo 2003 mengatakan sikap adalah emotional feelings yang mempunyai kecenderungan bersifat penilaian atau evaluasi pribadi dan sikap ini lebih mengarah
pada faktor subjektivitas. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada sikap mudah dipengaruhi oleh kondisi tertentu, sehingga tidak menutup kemungkinan pada saat