Pembelanjaan Modal Toleransi Risiko

25

15. Arus Kas

Arus kas Perseroan dan Anak Perusahaan yang diperoleh dari aktivitas operasi diantaranya adalah penerimaan dari pelanggan, penghasilan bunga dan penerimaan tagihan atas kelebihan pembayaran pajak dikurangi dengan pembayaran kepada pemasok, kontraktor dan karyawan, pembayaran beban keuangan, pembayaran pajak dan lainnya. Arus kas Perseroan dan Anak Perusahaan yang dipergunakan untuk aktivitas investasi diantaranya adalah untuk pembelian aktiva tetap, penyertaan saham pada Perusahaan Asosiasi, pembelian saham anak perusahaan dari pihak ketiga dan pembayaran lainnya, dikurangi dengan penerimaan dividen kas dari Perusahaan Asosiasi, penerimaan dari penjualan aktiva tetap dan lain-lain. Arus kas Perseroan dan Anak Perusahaan yang diperoleh dari aktivitas pendanaan diantaranya adalah penerimaan dari pinjaman jangka pendek dan hutang bank jangka panjang dikurangi dengan pembayaran untuk pinjaman jangka pendek, hutang bank jangka panjang dan hutang sewa guna usaha, pembayaran dividen kas kepada pemegang saham minoritas, dan pembayaran kepada pihak hubungan istimewa. Berikut adalah komposisi arus kas Perseroan dan Anak Perusahaan untuk periode 7 tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2007 dan tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2005 dan 2004: dalam jutaan Rupiah Keterangan 31 Juli 31 Desember 2007 2006 2005 2004 Arus kas dari aktivitas operasi 129.369 78.849 24.373 30.628 Arus kas dari aktivitas investasi 41.444 29.307 68.526 295.295 Arus kas dari aktivitas pendanaan 97.218 12.038 72.372 358.370 Kenaikan penurunan arus kas 73.595 61.580 28.219 32.447 Periode 7 tujuh bulan tahun 2007 Arus kas yang diperoleh Perseroan dan Anak Perusahaan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2007 bersumber dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berturut-turut adalah sebesar defisit Rp129,4 miliar, defisit Rp41,4 miliar dan surplus Rp97,2 miliar. Tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005 Arus kas yang diperoleh Perseroan dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp33,4 miliar dari surplus Rp28,2 miliar pada tahun 2005 menjadi surplus Rp61,6 miliar pada tahun 2006. Arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi mengalami peningkatan sebesar Rp54,5 miliar dari surplus Rp24,4 miliar pada tahun 2005 menjadi surplus Rp78,8 miliar pada tahun 2006. Arus kas yang diperoleh dari aktivitas investasi mengalami peningkatan sebesar Rp39,2 miliar dari defisit Rp68,5 miliar pada tahun 2005 menjadi defisit Rp29,3 miliar pada tahun 2006. Arus kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan mengalami penurunan sebesar Rp60,3 miliar dari surplus Rp72,4 miliar pada tahun 2005 menjadi surplus Rp12,0 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penerimaan kas atas pendapatan usaha Perseroan. Tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 Arus kas yang diperoleh Perseroan dan Anak Perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp60,7 miliar dari defisit Rp32,4 miliar pada tahun 2004 menjadi surplus Rp28,2 miliar pada tahun 2005. Arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi mengalami penurunan sebesar Rp6,3 miliar dari surplus Rp30,6 miliar pada tahun 2004 menjadi surplus Rp24,4 miliar pada tahun 2005. Arus kas yang diperoleh Perseroan dan Anak Perusahaan dari aktivitas investasi mengalami penurunan sebesar Rp363,8 miliar dari surplus Rp295,3 miliar pada tahun 2004 menjadi defisit Rp68,5 miliar pada tahun 2005 sedangkan arus kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan mengalami peningkatan sebesar Rp430,7 miliar dari defisit Rp358,4 miliar pada tahun 2004 menjadi surplus Rp72,4 miliar pada tahun 2005. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2004 terjadi pelunasan hutang sindikasi yang sumber pendanaannya berasal dari pencairan surat berharga yang merupakan penerimaan atas arus kas investasi.

16. Pembelanjaan Modal

Perseroan dan Anak Perusahaan telah melakukan investasi yang cukup besar dalam 3 tiga tahun terakhir. Sebagian besar pembelanjaan modal Perseroan dan Anak Perusahaan digunakan dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi jasa hulu Migas. 26 Selama periode 7 tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2007 dan tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2005 dan 2004, Perseroan dan Anak Perusahaan melakukan pembelanjaan investasi yang masing-masing mencapai Rp155,9 miliar, Rp161,1 miliar, Rp111,8 miliar dan Rp75,9 miliar. Pembelanjaan investasi tersebut dimaksudkan untuk memperkuat posisi Perseroan dan Anak Perusahaan dalam industri jasa hulu Migas dan memanfaatkan peningkatan permintaan seiring dengan naiknya harga Migas. Sumber pendanaan yang digunakan untuk pembelanjaan modal berasal dari kas internal Perseroan, pinjaman bank, sewa guna usaha dan pembiayaan dari pihak pemasok.

C. Dampak Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing

Perseroan dan Anak Perusahaan melakukan aktivitas dan transaksi dengan pemasok dan pelanggan dalam berbagai mata uang asing, terutama Dolar Amerika Serikat. Dengan kondisi demikian, Perseroan dan Anak Perusahaan memiliki risiko nilai tukar karena memiliki tagihan dan kewajiban dalam mata uang asing. Manajemen Perseroan tidak melakukan lindung nilai hedging atas tagihan dan kewajiban dalam mata uang asing, karena sebagian besar pendapatan yang diperoleh Perseroan tersebut dalam bentuk mata uang asing. Kondisi ini merupakan natural hedge terhadap kewajiban dalam mata uang asing.

D. Manajemen Risiko

Dalam menghadapi risiko-risiko, seperti yang akan dijelaskan pada Bab V mengenai Risiko Usaha, Perseroan telah menerapkan sistem manajemen risiko sebagai berikut:

1. Toleransi Risiko

Toleransi risiko adalah potensi kerugian dan atau penurunan dalam nilai portofolio bisnis yang dapat diserap oleh permodalan Perseroan sampai dengan batas limit tertentu yang ditetapkan sesuai dengan situasi dan kondisi Perseroan.

2. Pengendalian Risiko