Dasar Teori Reaksi Penetralan

168 Kimia XI SMA 1. Titrasi dihentikan apabila sudah tercapai titik akhir titrasi. a. Apakah yang dimaksud dengan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi? b. Bagaimana cara menentukan titik akhir titrasi antara 25 mL larutan NaOH 0,1 M dengan larutan HCl 0,1 M? c. Mengapa titik ekuivalen titrasi HCl dengan NaOH berbeda dengan titik ekivalen titrasi CH 3 COOH dengan NaOH? 2. Untuk menentukan kadar NaOH dalam soda kaustik, maka 2 gram soda tersebut dilarutkan dalam air sampai volume 50 mL. Sebanyak 10 mL larutan itu dapat tepat menghasilkan garam normal dengan 20 mL larutan asam sulfat 0,2 M. Tentukan kadar NaOH dalam soda kaustik

5.6 Konsep Asam-Basa Bronsted dan Lowry

A. Definisi Asam dan Basa Menurut Bronsted-Lowry

Teori asam-basa Arrhenius menyatakan bahwa senyawa HCl bersifat asam karena dalam larutannya menghasilkan ion H + , sedangkan NaOH bersifat basa karena dalam larutannya melepaskan ion OH – . Teori asam-basa Arrhenius ini berlaku jika dalam keadaan berikut. 1. Senyawa yang terlibat dalam reaksi harus dalam bentuk larutan. 2. Suatu senyawa dikatakan bersifat asam jika dalam larutannya menghasilkan ion H + , sedangkan suatu senyawa dikatakan bersifat basa jika dalam larutannya melepaskan ion OH – . Tetapi dalam kenyataan di alam ternyata ada fakta yang tidak mematuhi aturan Arrhenius tersebut, antara lain: 1. Gas HCl dan gas NH 3 dapat langsung bereaksi membentuk NH 4 Cl. HClg + NH 3 g ⎯⎯ → NH 4 Cls Mengapa? 2. Larutan Na 2 CO 3 jika dites dengan indikator menunjukkan sifat basa pada- hal dalam senyawa tersebut tidak mengandung ion OH – . Mengapa? Berdasarkan fakta di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori asam-basa Arrhenius belum bisa menjelaskan semua fenomena reaksi kimia. Oleh karena itu perlu ada teori asam-basa yang baru yang lebih mampu menjelaskan fenomena reaksi kimia. Menanggapi kekurangan teori asam-basa Arrhenius tersebut, pada tahun

1923, seorang ahli dari Denmark bernama Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry

dari Inggris yang bekerja sendiri-sendiri, tetapi dalam waktu yang bersamaan mengembangkan konsep asam-basa berdasarkan serah-terima pro- ton H + . Konsep asam-basa berdasarkan serah-terima proton ini dikenal dengan konsep asam-basa Bronsted-Lowry. Latihan 5.4 169 Kimia XI SMA Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton, sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton. Asam Bronsted-Lowry = donor proton H + Basa Bronsted-Lowry = akseptor proton H + Perhatikan contoh berikut. NH 4 + aq + H 2 Ol ⎯⎯ → NH 3 aq + H 3 O + aq asam basa H 2 Ol + NH 3 aq ⎯⎯ → NH 4 + aq + OH – aq asam basa Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam donor proton dan sebagai basa akseptor proton. Zat seperti itu bersifat amfiprotik amfoter. Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa Arrhenius karena hal-hal berikut. 1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut. 2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat berupa kation atau anion. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam dari NH 4 Cl. Dalam NH 4 Cl, yang bersifat asam adalah ion NH 4 + karena dalam air dapat melepas proton.

B. Asam dan Basa Konjugasi

Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam tersebut. Sedangkan basa yang telah menerima pro- ton menjadi asam konjugasi. Perhatikan tabel berikut. Tabel 5.5. Beberapa Contoh Asam dan Basa Konjugasi Asam ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ Proton + Basa Konjugasi HCl ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ H + + Cl – H 2 O ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ H + + OH – NH 3 ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ H + + NH 2 – HSO 4 – ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ H + + SO 4 2– Basa + Proton ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ Asam Konjugasi NH 3 + H + ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ NH 4 + H 2 O + H + ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ H 3 O + OH – + H + ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ H 2 O S 2– + H + ⎯⎯ → ←⎯ ⎯ HS –