Dasar Teori Alat dan Bahan Cara Kerja

167 Kimia XI SMA NaOH yang terlalu banyak. Hal ini selain tidak praktis, juga tidak mempunyai ketelitian yang baik.

D. Alat dan Bahan

E. Cara Kerja

1. Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL dengan menggunakan labu ukur. 2. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL . 3. Ambil 5 mL asam cuka perdagangan, lalu encerkan sampai volume 100 mL dalam labu ukur. 4. Masukkan 10 mL larutan asam cuka yang telah diencerkan ke dalam erlenmeyer, kemudian tetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes. 5. Tetesi larutan asam cuka dengan larutan NaOH 0,1 M. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan labu erlenmeyer terus-menerus digoncangkan. Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda. 6. Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan. 7. Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama. 8. Hitunglah kadar asam cuka perdagangan tersebut.

F. Data Pengamatan

G. Analisis Data

1. Tentukan volume rerata larutan NaOH 0,1 M yang digunakan. 2. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan. 3. Tentukan jumlah mol asam cuka berdasarkan perbandingan koefisien reaksi. NaOHaq + CH 3 COOHaq ⎯⎯ → CH 3 COONaaq + H 2 Ol 4. Tentukan kadar asam cuka perdagangan tersebut ρ asam cuka = 1,05 gmL. 5. Bandingkan kadar asam cuka yang Anda hitung dengan kadar asam cuka yang tertera dalam label. No. Nama Alat Ukuran Jumlah No. Nama Bahan Jumlah 1. Buret 50 mL 1 buah 1. Larutan NaOH 0,1 M 150 mL 2. Erlenmeyer 250 mL 3 buah 2. Asam cuka perdag. 30 mL 3. Gelas beker 250 mL 1 buah 3. Indikator PP 3 tetes 4. Gelas ukur 50 mL 1 buah 4. Akuades 1 liter 5. Pipet tetes - 1 buah 6. Corong kaca - 1 buah 7. Klem dan statif - 1 buah 8. Pipet gondok 10 mL 1 buah 9. Labu ukur 100 mL 1 buah 10. Botol semprot - 1 buah No. Volume NaOH 0,1 M yang Telah Digunakan 1. ...................................................................................................... 2. ...................................................................................................... 3. ...................................................................................................... 168 Kimia XI SMA 1. Titrasi dihentikan apabila sudah tercapai titik akhir titrasi. a. Apakah yang dimaksud dengan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi? b. Bagaimana cara menentukan titik akhir titrasi antara 25 mL larutan NaOH 0,1 M dengan larutan HCl 0,1 M? c. Mengapa titik ekuivalen titrasi HCl dengan NaOH berbeda dengan titik ekivalen titrasi CH 3 COOH dengan NaOH? 2. Untuk menentukan kadar NaOH dalam soda kaustik, maka 2 gram soda tersebut dilarutkan dalam air sampai volume 50 mL. Sebanyak 10 mL larutan itu dapat tepat menghasilkan garam normal dengan 20 mL larutan asam sulfat 0,2 M. Tentukan kadar NaOH dalam soda kaustik

5.6 Konsep Asam-Basa Bronsted dan Lowry

A. Definisi Asam dan Basa Menurut Bronsted-Lowry

Teori asam-basa Arrhenius menyatakan bahwa senyawa HCl bersifat asam karena dalam larutannya menghasilkan ion H + , sedangkan NaOH bersifat basa karena dalam larutannya melepaskan ion OH – . Teori asam-basa Arrhenius ini berlaku jika dalam keadaan berikut. 1. Senyawa yang terlibat dalam reaksi harus dalam bentuk larutan. 2. Suatu senyawa dikatakan bersifat asam jika dalam larutannya menghasilkan ion H + , sedangkan suatu senyawa dikatakan bersifat basa jika dalam larutannya melepaskan ion OH – . Tetapi dalam kenyataan di alam ternyata ada fakta yang tidak mematuhi aturan Arrhenius tersebut, antara lain: 1. Gas HCl dan gas NH 3 dapat langsung bereaksi membentuk NH 4 Cl. HClg + NH 3 g ⎯⎯ → NH 4 Cls Mengapa? 2. Larutan Na 2 CO 3 jika dites dengan indikator menunjukkan sifat basa pada- hal dalam senyawa tersebut tidak mengandung ion OH – . Mengapa? Berdasarkan fakta di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori asam-basa Arrhenius belum bisa menjelaskan semua fenomena reaksi kimia. Oleh karena itu perlu ada teori asam-basa yang baru yang lebih mampu menjelaskan fenomena reaksi kimia. Menanggapi kekurangan teori asam-basa Arrhenius tersebut, pada tahun

1923, seorang ahli dari Denmark bernama Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry

dari Inggris yang bekerja sendiri-sendiri, tetapi dalam waktu yang bersamaan mengembangkan konsep asam-basa berdasarkan serah-terima pro- ton H + . Konsep asam-basa berdasarkan serah-terima proton ini dikenal dengan konsep asam-basa Bronsted-Lowry. Latihan 5.4