4. Pengelolaan kearsipan
Penyediaan fasilitas pengarsipan secara digital untuk mengurangi tumpukan
kertas dan mempermudah dalam proses pencarian data.
5. Pengelolaan data pegawai
Penggajian pegawai Penyediaan fasilitas untuk pengelolaan
data pegawai dan penggajian yang terintegrasi dengan Bagian Keuangan.
6. Pencatatan keuangan
Penyediaan fasilitas untuk pencataan keuangan yang terintegrasi dengan
Bagian Kepegawaian,
Inventaris, Procurement, dan Kearsipan.
7. Pendataan inventaris
barang Penyediaan fasilitas untuk pendataan
inventaris barang yang terintegrasi dengan
Bagian Keuangan
dan Kearsipan.
8. Pengadaan ATK
Pengadaan Infrastruktur TIK
Pengadaan Sarana dan Prasarana
Penyediaan fasilitas untuk pengadaan ATK, infrastruktur TIK, dan sarana-
prasaranan yang terintegrasi dengan Bagian Keuangan dan Kearsipan.
9. Pengumpulan hasil
monitoring dan evaluasi Pembuatan laporan
Penyediaan fasilitas untuk monitoring dan evaluasi agar mempermudah
pembuatan laporan. 10.
Pengelolaan konten website Penerimaan data untuk
dipublikasikan Penyediaan
fasilitas untuk
memudahkan pengelolaan
konten website dan penerimaan data untuk
dipublikasikan.
4.2.4 Solusi Sistem Informasi
Setelah solusi aktivitas dibuat, maka tahap selanjutnya adalah membuat solusi sistem informasi agar permasalahan-permasalahan yang ada juga dapat
ditangani dengan bantuan sistem. Solusi sistem informasi ditinjau berdasarkan pada sudut pandang sistem. Solusi sistem informasi hanya fokus pada
pengembangan aplikasi untuk mendukung proses kerja dan aktivitas di DKPP. Tabel 4.5 menyajikan solusi sistem informasi dari setiap permasalahan yang ada
dalam setiap bagian di DKPP.
Tabel 4.5 Solusi Sistem Informasi
No. Permasalahan
Solusi Sistem Informasi
1. Penyampaian pengaduan
Kearsipan dan persuratan di bagian Pengaduan
Keamanan data pengaduan Pengelolaan
data pengaduan
Pembuatan aplikasi e-Pengaduan untuk
pengelolaan pengaduan
yang terintegrasi
dengan Bagian
Persidangan, Persuratan,
dan Kearsipan.
2. Publikasi informasi sidang
Pelayanan persidangan Pengelolaan data
persidangan Pembuatan
aplikasi e-Persidangan
untuk pengelolaan persidangan yang terintegrasi dengan Bagian Pengaduan,
Persuratan, dan Kearsipan. 3.
Efektivitas penyampaian informasi
Efisiensi kerja Pembuatan aplikasi
e-Persuratan untuk mempercepat penyampaian informasi
dan mengurangi biaya kertas untuk pembuatan surat yang terintegrasi
dengan Bagian
Pengaduan, Persidangan, dan Kearsipan.
4. Pengelolaan kearsipan
Pembuatan aplikasi e-Kearsipan untuk
mengarsipkan dokumen secara digital
dan untuk mempermudah pencarian data yang terintegrasi dengan Bagian
Pengaduan, Persidangan, Persuratan, Kepegawaian, Keuangan, Inventaris,
Procurement, Monitoring dan evaluasi. 5.
Pengelolaan data pegawai Penggajian pegawai
Pembuatan aplikasi e-Kepegawaian
untuk pengelolaan data pegawai dan penggajian yang terintegrasi dengan
Bagian Keuangan dan Kearsipan. 6.
Pencatatan keuangan Pembuatan aplikasi
e-Keuangan untuk pencataan keuangan yang terintegrasi
dengan Bagian
Kepegawaian, Inventaris,
Procurement, Kearsipan, Monitoring dan evaluasi.
7. Pendataan inventaris
barang Pembuatan aplikasi
e-Inventaris untuk pendataan inventaris barang yang
terintegrasi dengan Bagian Keuangan, Kearsipan, Monitoring dan evaluasi.
8. Pengadaan ATK
Pengadaan Infrastruktur TIK
Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pembuatan aplikasi e-Procurement
untuk pengadaan ATK, infrastruktur TIK, dan sarana-prasaranan yang
terintegrasi dengan Bagian Keuangan, Kearsipan, Monitoring dan evaluasi.
9. Pengumpulan hasil
monitoring dan evaluasi Pembuatan laporan
Pembuatan aplikasi e-Monev untuk
mempermudah penghimpunan hasil monitoring
dan evaluasi,
mempermudah dalam
pembuatan laporan, serta terintegrasi dengan
Bagian Inventaris, Keuangan, dan Procurement.
10. Pengelolaan konten website
Penerimaan data untuk dipublikasikan
Pembuatan aplikasi e-Publikasi untuk
memudahkan pengelolaan
konten website agar selalu update dan untuk
memudahkan penerimaan data untuk dipublikasikan. Jadi, tidak perlu ada
input ulang data untuk publikasi informasi di
website.
4.2.5 Data Inventaris Sarana dan Prasarana Pendukung TIK
Pada saat ini, DKPP memiliki inventaris sarana dan prasarana pendukung TIK yang terdapat dalam tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.6 Data Inventaris Sarana dan Prasarana Pendukung TIK
No. Barang
Fungsi Jumlah
1. Komputer PC
Operasional 9
2. Komputer multimedia
Operasional 2
3. Laptop
Operasional 10
4. Printer BW
Operasional 8
5. Mobile modem
Operasional 1
4.3 Phase A : Architecture Vision
4.3.1. Profil Organisasi
1. Sejarah Organisasi
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan bangsa melalui peningkatan kualitas demokrasi maka diperlukan institusi-institusi negara
untuk mengawal proses penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilu Kada di seluruh Indonesia. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
Umum Republik Indonesia atau disingkat DKPP RI merupakan lembaga yang dibentuk dalam praktek demokrasi modern di Indonesia. DKPP
merupakan produk wacana perbaikan kualitas demokrasi khususnya penyelenggaraan Pemilu. Pemilu seakan-akan menjadi beban sejarah politik
tersendiri bagi perubahan, bahkan begitu berharganya Pemilu dibutuhkan lembaga khusus yang permanen melakukan penegakan kode etik guna
menghasilkan Pemilu yang tidak saja LUBER JURDIL Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia, serta Jujur dan Adil, tapi mewujudkan proses dan hasil
pemimpin yang betul-betul bermartabat. Keberadaan DKPP bukanlah hal baru karena sebelumnya sudah ada
yang namanya Dewan Kehormatan Komisi Pemilihan Umum DK KPU sejak 2008. DK KPU adalah institusi
ethic difungsikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu untuk menyelesaikan
persoalan pelanggaran
kode etik bagi
penyelenggara. Namun,
wewenangnya tidak begitu kuat, lembaga ini hanya difungsikan memanggil,
memeriksa, dan menyidangkan hingga memberikan rekomendasi pada KPU dan bersifat ad hock.
DK KPU 2008-2011 dari sisi kompetensi keanggotaan cukup baik tetapi dari aspek struktural kurang balances karena didominasi oleh
penyelenggara Pemilu. DK KPU beberapa kali dipimpin oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., dan prestasinya pun tidak mengecewakan publik
termasuk pemerintah dan DPR memberikan apresiasi yang positif. Terobosan
memberhentikan beberapa
anggota KPUD
ProvinsiKabupatenKota termasuk salah satu mantan anggota KPU 2010 memberi harapan baru bagi publik pada perubahan.
Dari prestasi yang baik dan dengan menampilkan performa kelembagaan DK KPU yang produktif di mata publik inilah yang kemudian
menjadi titik tolak lahirnya institusi DKPP. Pemerintah, DPR, lembaga yudikatif dan lembaga-lembaga pemantau Pemilu sontak mendorong misi
mulia ini dengan meningkatkan kapasitas wewenang dan memastikan institusi ini jadi tetap dan tidak hanya menangani kode etik pada KPU tapi
juga Bawaslu di tiap tingkatan lewat produk hukum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu.
DKPP secara resmi lahir pada tanggal 12 Juni 2012 dengan komposisi keanggotaan yang cukup membanggakan. Lima anggota DKPP periode
2012-2017 ini terdiri dari tiga perwakilan unsur DPR yakni Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., Nur Hidayat Sardini, S.Sos., M.Si., dan Saut
Hamonangan Sirait, M.Th., sedangkan unsur pemerintah Prof. Abdul Bari
Azed dan Dr. Valina Singka Subekti, serta dari unsur penyelenggara KPU dan Bawaslu, Ida Budhiati, SH., MH., dan Ir. Nelson Simanjuntak.
Track record kelimanya tidak diragukan, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., misalnya, sejak 2008-2011 jadi ketua DK KPU, Nur Hidayat Sardini
pernah jadi ketua Panwas Provinsi terbaik di Indonesia, dan pernah pula jadi ketua Bawaslu, sedangkan Saut Hamonangan Sirait pernah jadi anggota
Panwas Provinsi Jateng dan sempat jadi anggota KPU Pusat, sementara Dr. Valina Singka Subekti merupakan mantan anggota KPU 2004, dan Prof.
Abdul Bari Azed beberapa kali jadi Dirjen Kemenkumham RI, dan Ida Budhiati mantan anggota KPUD Provinsi Jateng serta Nelson Simanjuntak
sebelumnya aktif sebagai tenaga asistensi di Bawaslu. Sejak dibentuk, DKPP langsung aktif bergerak cepat, kreatif,
profesional, dan produktif, namun tetap dalam bingkai amanat UU. Kelimanya menyadari betul betapa jalan terjal yang harus dilalui mereka
dalam rangka menegakkan harkat dan martabat politik bangsa khususnya melalui penyelenggaraan Pemilu. Mereka juga berkomitmen terus
meningkatkan kapasitas penyelenggara Pemilu dari dimensi SDM dan infrastruktur guna terwujudnya kualitas bangsa dalam berdemokrasi dengan
tujuan menghasilkan pemimpin bangsa yang amanah.
2. Tujuan Organisasi
Beberapa tujuan dari DKPP Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu adalah sebagai berikut :
1. Menegakkan dan menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas penyelenggara Pemilu.
2. Mengawal proses penyelenggaraan Pemilu dan Pemilu Kada di seluruh Indonesia.
3. Meningkatkan kapasitas penyelenggara Pemilu dari dimensi SDM Sumber Daya Manusia.
3. Tugas Organisasi
Untuk mencapai tujuan, DKPP memiliki kewajiban yang harus dikerjakan. Kewajiban tersebut dirangkum dalam tugas-tugas. Beberapa
tugas dari DKPP, yaitu :
1. Menerima pengaduan atau laporan dugaan pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara Pemilu.
2. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan pemeriksaan pengaduan atau laporan dugaan pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara
Pemilu. 3. Menetapkan Putusan hasil pemeriksaan pengaduan atau laporan
dugaan pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara Pemilu. 4. Menyampaikan Putusan kepada pihak terkait untuk ditindaklanjuti.
4. Wewenang Organisasi