Diskriminasi Standar Sarana Prasarana dan Pengelolaan Pendidikan

BSNP sebagai lembaga yang mengurusi satandar nasional pendidikan, seharusnya lebih dulu mengevaluasi ketujuh standar pendidikan sebelum menerapkan standar evaluasi pendidikan. Lembaga pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi wajib dievaluasi, apakah sudah memenuhi standar proses pendidikan, standar sarana prasarana, standar pembiayaan, standar tenaga kependidikan, bila standar-standar pendidikan tersebut belum dipenuhi maka pemerintah punya kewajiban menganggarkan sekurang-kurangnya 20 dari anggaran pemerintah baik pusat maupun daerah untuk keperluan pendidikan. Bila tidak maka pemerintah gagal dalam melaksanakan UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi sebagai berikut: 14 1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agamadan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapan serta kesejahtraan umat manusia. Pada pembahasan sebelumnya sudah penulis paparkan bahwa untuk menyelenggarakan pendidikan bermutu memang membutuhkan standar yang tinggi dari kedelapan standar tersebut. Dilain pihak standar yang tinggi pastilah membutuhkan dana, daya dan upaya yang besar. Pemerintah Indonesia memang belum mencapai kesejahteraan sebagaimana negara-negara maju, rakyat Indonesia sebagian besar masih belum sejahtera, tetapi sebagian kecil keluarga bisa mengecap kesejahteraan layaknya keluarga-keluarga di negara maju bahkan berlebih. Yang sebaian kecil ini menguasai dana yang mayoritas, dibandingkan sebagian rakyat Indonesia yang hanya memnguasai dana yang minoritas. Bila di dalam negeri tidak diupayakan dan diselenggarakan pendidikan bermutu, bisa mengakibatkan masyarakat 14 UUD 1945 Amandemen I, II, III dan IV Pasal 31. kalangan atas ini akan berlomba-lomba menyekolahkan anak-anak mereka ke luar negeri, hal ini bisa mengakibatkan mayoritas dana akan mengalir ke luar negeri, yang pada akhirnya bisa mempersulit perekonomian Indonesia. Sehingga sekolah bermutu semacam ‘sekolah bertaraf internasional’ memang diperlukan di Indonesia. Alternatif yang bisa dilakukan menurut pendapat penulis adalah pemerintah menyelenggarakan sekolah seperti ini dengan dana murni berasal dari masyarakat, seperti diamanatkan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang menyebutkan: “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan”. 15 Kemudian bagi warga golongan menengah kebawah, pemerintah menyediakan beasiswa penuh agar bisa masuk ke sekolah-sekolah seperti ini. Salah satu contoh sekolah seperti ini sekolah SMA Presiden yang dananya murni berasal dari masyarakat, bahkan sekolah ini bisa mengusahakan beasiswa penuh bagi sebagian siswanya, yang berarti tidak menutup kemungkinan masyarakat golongan menengah bawah untuk mengkuti pendidikan di sekolah ini. Apabila pemerintah menyediakan beasiswa untuk masuk ke sekolah-sekolah bermutu, maka bisa meminimalisir bentuk-bentuk diskriminasi yang sekarang terjadi. KESIMPULAN Dari uraian yang sudah disampaikan baik pada bab pendahuluan maupun pada bab pembahasan maka beberapa catatan penutup pada makalah ini penulis mencoba menyampaikannya sebagai berikut. Diskriminasi pendidikan yang terjadi pada saat ini disebabkan oleh berbagai hal, yang berdasar pada hak-hak warga negara untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pendidikan bermutu. Agar semua warga masyarakat bisa mendapatkan pendidikan bermutu, maka semua lembaga pendidikan di Indonesia harus memenuhi standar mutu dari delapan standar pendidikan. Pemerintah tidak boleh menuntut lulusan sekolah memenuhi standar evaluasi mutu tertentu tetapi tidak mengusahakan dan mengupayakan agar sekolah 15 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pasal 9.