sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Peningkatan partisipasi adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah
guru, siswa, karyawan dan masyarakat orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dsb didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelengaraan pendidikan mulai
dari pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
B. PEMBAHASAN
Peningkatan mutu sekolah melalui penerapan model MPMBS dalam pengelolaan bukan hanya sekedar sesuatu yang dicobakan karena kebetulan, akan tetapi ada sejumlah alasan yang
memungkinkan model tersebut ditetapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, alasan-alasan tersebut dapat diperinci diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, alasan-alasan tersebut dapat diperinci
sebagai berikut. a.
Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah maka sekolah akan lebih inisiatifkreatif dalam meningkatkan mutu sekolah;
b. Dengan pemberian freksibelitaskeluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah
untuk mengelola sumberdaya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal untuk
meningkatkan mutu sekolah; c.
Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dian dapat mengoptimalkan pemanfaatkan sumberdaya untuk memajukan
sekolahnya; d.
Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik; e.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya; f.
Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat;
g. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah
menciptakan transfaransi dan demokrasi yang sehat;
h. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan; i.
Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua
peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat, dan; j.
Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.
MPMBS bertujuan untuk mendirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan otonomi kepala sekolah, memberikan hak secara otonomi yang lebih besar kepada
sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah dan pendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, hal lainnya yang termasuk dalam tujuan
MPMBS adalah : a.
Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibelitas, partisipasi, kererbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif sekolah
dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia; b.
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengembalian keputusan bersama;
c. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah
tentang mutu sekolahnya; dan, d.
Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah memiliki sejumlah karakteristik dalam implementasinya di sekolah, yaitu sebagai berikut. Output yang diharapkan output berupa
prestasi akademik academic achievement dan output berupa prestasi non-akademik non- academic achievement. Sedangkan dalam proses ditandai dari adanya PBM yang efektivitasnya
tinggi; kepemimpinan sekolah yang kuat; lingkungan sekolah yang aman dan tertib; pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif; sekolah memiliki budaya mutu; sekolah memiliki team work
yang kompak, cerdas, dan dinamis; sekolah memiliki kewenangan; partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat; sekolah memiliki ketebukaan transfaransi manajemen; sekolah
memiliki kamauan untuk berubah psikologis dan fisik; sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; sekolah responsif dan inisiatif terhadap kebutuhan; Memiliki
komunikasi yang baik; sekolah memiliki akutabilitas; sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.
Sedangkan dilihat dari sisi input adalah sekolah mandiri ditandai dengan memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas; sumber daya tersedia dan siap; staf yang
kompeten dan berdedikasi tinggi; memiliki harapan prestasi yang tinggi; fokus pada pelanggan khususnya siswa; dan input manajemen yang handal.
C. Kesimpulan
Salah satu model pengembangan satuan pendidikan yang dianggap efektif terutama dalam bidang pendidikan dan pelatihan adalah pendekatan critical event model, pendekatan
siklus, pendekatan sistem Atmodiwirio, 2002: 65. Pendekatan critical event model ini diketengahkan oleh Leonard Nadler, terdiri atas tahapan-tahapan sebagai berikut:
mengidentifikasikan kebutuhan organisasi, spesifikasi pelaksanaan pekerjaan, mengidentifikasi kebutuhan peserta, menentukan tujuan, memilih kurikulum, memilih strategi pembelajaran,
mendapatkan sumber pembelajaran, melaksanakan diklat. Pendekatan siklus, tidak berbeda dengan pendekatan lainnya, hanya titik berat pada siklus yang diatur dari setiap kegiatan.
Pendekatan sistem, suatu pendekatan analisis organisasi yang dipergunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Pendekatan sistem dilihat dari sudut pembelajaran cara yang
sistematis mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi dan mengevaluasi sekumpulan bahan dan strategi, bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang khusus. Akan tetapi
menurut pendapat Flippo 1984: 220, “pengembangan eksekutif memerlukan kombinasi pengalaman, pelatihan dan pendidikan, dengan demikian memerlukan kerjasama antara
organisasi-organisasi yang menempatkan tenaga dan berbagai macam usahan pendidikan swasta dan negeri”. Sehingga sebagus apapun model yang diterapkan akan menjadi sia-sia belaka
apabila tidak ada kerjasama didalamnya untuk mengimplementasikan model-model tersebut. Selain itu yang harus diperhatikan satuan pendidikan adalah setiap model memang secara
sistemik sangat bermanfaat dalam mengenali adanya saling berhubungan antara bagian-bagian, akan tetapi model-model yang ada memerlukan pengenalan atas batas-batas dari sistem lembaga
bersangkutan. Faktor lingkungan perlu menjadi bahan pertimbangan karena sistem itu kebanyakan bersifat terbuka, dalam arti dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Organisasi dan
manusia merupakan sistem terbuka karena dipengaruhi oleh lingkungannya, demikian juga dengan manajemen sumber daya manusia. Akan tetapi pada intinya model apapun yang
diterapkan oleh satuan pendidikan yang mengarah pada kemandirian adalah bagaimana membumikan ayat-ayat manajemen pendidikan menjadi suatu kebutuhan mendasar yang dapat
diperhatikan serta dipraktekan secara komprehenshif dan diharapkan mengarah pada pengembangan sumber daya manusia yang mampu membawa satuan pendidikan pada barisan
terdepan persaingan global.