Perencanaan Planning 3.EVALUASI INTEGRASI SOFT SKILLS

4 sebagai salah satu alternatif perumusan sistem redesain desentralisasi pendidikan. Untuk mencapai redesain desentralisasi pendidikan organisai pendidikan sekolah atau lembaga terkait dapat menerapkan delapan prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Kedelapan prinsip tersebut yaitu: 1 fokus pada pelanggan; 2 kepemimpinan; 3 keterlibatan personal; 4 pendekatan proses; 5 pendekatan sistem terhadap manajemen; 6 peningkatan berkesinambungan; 7 pendekatan faktual untuk mengambil keputusan; 8 hubungan pemasok yang saling menguntungkan. Dengan menggunakan delapan prinsip tersebut diharapkan fakus utama dari Sistem Manajemen Mutu SMM ISO 9001:2008 dapat tercapai. Analisis data yang dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMM ISO 9001:2008 pada desentraliasai pendidikan dapat menggunakan model pendekatan kualitatif yang merupakan proses penyederhaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Untuk menyajikan data agar lebih bermakna dan mudah dipahami, maka dalam dalam makalah ini dapat menggunakan Analisys Interactive Model dari Miles Huberman 1984: 23. “We consider that analysis concists of three concurrent flows of activity: data reduction, data display, and conclusion drawingverification”. Berdasarkan pernyataan ini maka ada tiga kegiatan utama yang saling berkaitan yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulanverifikasi data. Berdasarkan uraian di atas dapat disarankan bahwa penerapan SMM ISO sebagai bentuk redesain desentralisasi pendidikan yang dilakukan di sekolah dapat melalui tahapan sebagai berikut.

1. Perencanaan Planning

Tahap perencanaan meliputi hal-hal yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, dikonkritkan dan diefektifkan serta dikoordinasikan dengan keadaan pada saat ini. Dengan demikian penyusunan perencanaan dari suatu program membutuhkan ketelitian 5 dengan mempertimbangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki. Perencanaan SMM ISO merupakan penjabaran dari kesimpulan teori perencanaan. Perencanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah untuk menanamkan komitmen pada budaya mutu melalui penerapan SMM ISO ditempuh dengan empat program. Program yang dilaksanakan tersebut adalah: 1 penyadaran akan arti penting mutu melalui penerapan SMM ISO; 2 pembentukan tim ISO; 3 pencanangan komitmen pada mutu melalui penerapan SMM ISO; dan 4 pelatihan penyusunan dokumen ISO. Penyadaran akan arti penting mutu melalaui penerapan SMM ISO dimaksudkan untuk membuka wawasan warga sekolah sebagai landasan dalam menciptakan budaya mutu. Penyadaran akan arti penting penyadaran akan arti penting mutu ini sebagai landasan dalam menciptakan budaya mutu. Ketika warga sekolah sudah sadar akan arti penting mutu ini, penerapan SMM ISO akan mudah diterapkan. SMM ISO merupakan hal baru bagi sekolah, oleh karena itu perlu kesadaran dari dalam diri warga sekolah untuk menerima dan melaksanakan sistem manajemen mutu ini. Langkah kedua pada tahap perencanaan yaitu pembentukan tim ISO. Tim ISO sebagai pelopor penerapan SMM. Tim ISO di sekolah terdiri atas guru-guru senior yang mempunyai pengaruh. Hal ini dimaksudkan agar guru-guru dan karyawan yang lain mendapatkan contoh dari senior mereka. Tim ini menjamin pemahaman sistem manajemen mutu bagi warga sekolah. Langkah yang ditempuh adalah mengadakan sosialisasi dan workshop mengenai SMM ISO yang diterapkan di sekolah. Langkah ketiga pada tahap perencanaan penerapan SMM ISO yaitu pencanangan komitmen pada budaya mutu. Pencanangan komitmen terhadap budaya mutu memerlukan sebuah sarana. Sarana yang digunakan dalam komitmen pada budaya mutu dengan menerapkan SMM ISO. SMM 6 ISO yang digunakan mulai dari 9001:2000, yang kemudian diup grade menjadi 9001:2008. Penggunaan SMM ISO sebagai sarana membangun budaya mutu bertujuan untuk perbaikan ke arah sistem manajemen menjadi lebih baik. ISO dipilih sebagai sarana penjaminan mutu dengan alasan ISO 9001:2008 adalah standar internasional yang diakui untuk sertifikasi SMM. SMM menyediakan kerangka kerja bagi sekolah dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan manajemen secara nyata dalam aktivitas rutin sekolah untuk menciptakan konsistensi mencapai kepuasan pelanggan. Langkah yang terakhir pada tahap perencanaan penerapan SMM ISO adalah pelatihan penyusunan dokumen ISO. Pelatihan penyusunan dokumen mutu ISO supaya mempermudah pimpinan kegiatan di masing- masing unit untuk memahami dokumen yang harus disiapkan dalam menerapkan SMM ISO. Dokumen minimal yang harus ada dalam sistem penjaminan mutu sering disebutkan sebagai delapan prinsip manajemen mutu. Delapan prinsip manajemen mutu ini terdiri dari: organisasi yang berfokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan terhadap proses pendekatan yang sistematik pada manajemen, pembuatan keputusan berdasarkan pendekatan nyata, hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan dan peningkatan berkesinambungan.

2. Pengorganisasian