Kerangka Model Evaluasi Implementasi Kurikulum

pemilihan model. Terdapat empat kriteria yang biasa digunakan, yakni pre- ordinate, fidelity, mutually adaptive dan process. Langkah selanjutnya adalah penentuan lingkup dan tahapan evaluasi implementasi kurikulum, yang dilanjutkan dengan penentuan alternatif model yang dipilih. Dalam pelaksanaannya, model evaluasi ini mengacu pada standar-standar pendidikan yang digunakan berbasis standar. Dalam pengumpulan data evaluasi, banyak teknik yang digunakan, semisal angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, tes maupun pedoman dokumentasi yang hasilnya bisa diolah menggunakan statistik. Untuk data kualitatif, maka instrumen yang utama adalah evaluator sendiri yang kemudian bisa memberi analisis dan pertimbangan tentang implementasi kurikulum. Langkah akhir adalah memberi simpulan dan rekomendasi terkait hasil evaluasi implementasi kurikulum yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Guba, EG., Lincoln, YS 1981. Effective evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Hasan, Said H. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sukmadinata, N.S. 2004. Kurikulum dan pembelajaran kompetensi. Bandung: Kesuma Karya. Sukamto. 1988. Perencanaan dan pengembangan kurikulum PTK. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Tyler, R.W. 1949. Basic principles of curriculum and instruction. Chicago: University of Chicago Press UU Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. BIO DATA Penulis 1 Identitas Pribadi 1 Nama lengkap Dedy Suryadi, M.Pd. 2 Tempat, tanggal lahir Sukabumi, 26 Juli 1967 3 NIP 19670726 199703 1 001 4 PangkatGolonganJabatan PenataIII-dLektor 5 Unit Kerja Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK Universitas Pendidikan Indonesia 6 Alamat rumah Jl. Pacuan Kuda Arcamanik I No. 12 B Bandung 7 Nomor telepon Kantor: 2013163, Rumah: 7211365, HP: 0817208776 8 E-mail dedyasmiyahoo.co.id Penulis 2 Identitas Pribadi 1 Nama lengkap Drs. Sukadi, M.Pd., MT. 2 Tempat, tanggal lahir Indramayu, 10 September 1964 3 NIP 19640910 199101 1002 4 PangkatGolonganJabatan PenataIII-dLektor 5 Unit Kerja Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK Universitas Pendidikan Indonesia 6 Alamat rumah Komplek Perumahan Sariwangi Cihanjuang Kab. Bandung Barat 7 Nomor telepon Kantor: 2013163, HP: 082120037918 8 E-mail tolongiayahoo.co.id 1 ANALISIS KEBUTUHAN PENGAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMK Oleh: Estu Widodo ABSTRAK Keefektifan pendidikan telah menjadi kata kunci dalam berbagai kebijakan dan merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai oleh seluruh jenjang pendidikan. Peneliti melihat pentingnya meningkatkan keefektifan pengajaran bahasa Inggris di SMK untuk membuat alumni SMK mampu bersaing. Peneliti melakukan analisis kebutuhan terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris di 9 SMK yang ada di tiga kota dan kabupaten di Jawa Timur dengan mewawancari 10 guru, melakukan observasi, melakukan analisis buku teks, dan analisis dokumen. Dari penelitian diperoleh informasi mengenai perspektif berbagai pihak mengenai bahasa Inggris kejuruan, kompetensi berbahasa Inggris siswa dan lulusan SMK dari perspektif dunia industry, serta kemungkinan dilakukannya kolaborasi antara sekolah dan dunia industribisnis. Disajikan pula hasil analisis isi terhadap buku teks bahasa Inggris yang digunakan di SMK. Kata-kata kunci: keefektifan, analisis kebutuhan, bahasa Inggris kejuruan, kolaborasi PENDAHULUAN Keefektifan pendidikan telah menjadi kata kunci dalam berbagai kebijakan yang berkaitan dengan proses belajar. Bahkan bisa dikatakan bahwa pada hakekatnya keefektifan merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai oleh seluruh jenjang pendidikan. Terlebih lagi pada era desentralisasi dan deregulasi, keefektifan pendidikan merupakan salah satu aspek dari kualitas pendidikan sebagai tema sentral dari berbagai kebijakan. Oleh karena itulah pihak pemangku kepentingan atau stakeholders diharapkan untuk secara terus menerus menilai efisiensi, keefektifan, dan akuntabilitas. Berhubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti melihat pentingnya meningkatkan keefektifan pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Tuntutan terhadap alumni SMK yang terampil dari perusahaan 2 multinasional, baik yang berada di Indonesia maupun di luar negeri, belum sepenuhnya terpenuhi karena keterbatasan alumni SMK dalam kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Dalam sebuah wawancara dengan peneliti, manajer produksi untuk wilayah Asia Tenggara dari General Electric GE pernah mengatakan bahwa kemampuan bahasa Inggris mutlak diperlukan sehingga perusahaannya merekrut minimal alumni Diploma 3. Audry Hutapea seorang sekretaris perusahaan multinasional di Surabaya yang bergerak di bidang konstruksi menyatakan bahwa sebagian besar karyawannya adalah lulusan SMK. Kemampuan untuk bisa berbahasa Inggris sangat dibutuhkan, meskipun terbatas secara pasif, karena buku manual kerja yang ada semuanya ditulis dalam bahasa Inggris. Apa yang pernah diungkapkan oleh beberapa guru SMK jurusan Perhotelan juga mengejutkan dan menunjukkan betapa pentingnya kemampuan berbahasa Inggris bagi siswa SMK. Dikatakan bahwa di lapangan banyak siswa yang tidak diperkenankan untuk praktek di ruang front office hotel dengan alasan yang mereka katakana, “Jangankan dengan bahasa Inggris, dengan bahasa mereka sendiri para siswa itu masih belum mampu berkomunikasi dengan baik.” Perhatian terhadap pendidikan kejuruan di Indonesia bukanlah barang baru, terlebih lagi di beberapa negara maju. Bahkan selama beberapa dasa warsa terakhir, harapan untuk meningkatkan keefektifan pendidikan kejuruan telah muncul di Eropa dan Amerika Serikat karena melihat persaingan global yang semakin ketat yang mereka pun berfikir untuk menghasilkan tenaga kerja yang cakap. Ekspektasi dan tuntutan mereka yang sangat besar, yang dikenal dengan istilah vocational imperative telah direspon dengan penuh antusias oleh mereka yang berada di dunia industri dan di lembaga-lembaga pendidikan. Di negara- negara maju, terdapat cukup banyak lembaga pendidikan yang membangun kolaborasi dan kerja sama yang sangat intensif dengan dunia industri, lembaga riset, dan masyarakat secara umum. Oleh karena itulah peneliti melihat pentingnya meningkatkan keefektifan pengajaran bahasa Inggris di SMK untuk membuat alumni SMK mampu bersaing. Peneliti melakukan analisis kebutuhan terkait dengan pembelajaran bahasa 3 Inggris di 9 SMK yang ada di tiga kota dan kabupaten di Jawa Timur dengan mewawancari 10 guru, melakukan observasi, melakukan analisis buku teks, dan analisis dokumen. PEMBAHASAN English for Specific Purposes dan Vocational English Ciri utama bahasa Inggris kejuruan atau Vocational English VE atau English for Specific Purposes ESP adalah pengajaran dan materi yang diberikan kepada siswa. Oleh karena itu semua yang berkaitan dengan VE harus berdasarkan pada analisis kebutuhan needs analysis Evan, 2001. Bahkan untuk menjawab ‘apa yang dibutuhkan oleh siswa?, keterampilan apa yang perlu mereka kuasai dan seberapa bagus? dan bahasa yang seperti apakah yang perlu mereka kuasai agar mereka bisa memahami sesuatu dan menghasilkan? harus muncul sedini mungkin. English for Specific Purposes English for Academic Purposes English for Occupational Purposes English for Science Technology English for Medical Purposes English for Legal Purposes English for Psychology English for Professional Purposes English for Vocational Purposes Pre ‐Vocational English Vocational English Gambar 1: English for Specific Purposes 4 Terkait dengan praktik dan penelitian ESP, penting sekali untuk memahami empat definisi yang ada dalam literatur dan digunakan oleh sebagian besar peneliti ESP. Hutchinson and Waters 1987 dan Streven 1988 sepakat bahwa ada empat karakteristik ESP yang harus dipahami oleh mereka yang terlibat dalam pembelajaran dan penelitian ESP. Pertama: 1. ESP dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus dari pembelajar, 2. ESP berhubungan dengan content dari disiplin ilmu, pekerjaan, kegiatan tertentu, 3. ESP adalah bahasa yang sesuai dari sisi sintaks, lexis, discourse, simantik, dst., dan 4. ESP berbeda dengan General English GE. Sementara itu Robinson 1991 membuat dua criteria ESP: 1. Biasanya mengarah pada tujuan. Siswa mempelajarinya bukan karena minat mereka terhadap bahasa tersebut maupun budayanya, tapi untuk keperluan mereka dalam studi maupun bekerja, dan 2. Pelajaran ESP didasarkan pada analisis kebutuhan. Robinson juga menyatakan pentingnya kolaborasi dan negosiasi di antara para pengelola, guru, sponsor, dan siswa. Bacha dan Bahous 2008 melaporkan penelitiannya mengenai kerja sama antara mahasiswa jurusan bisnis dan pihak lembaga pendidikan untuk mengetahui jenis writing skill sperti apa yang dibutuhkan agar pengajaran menulis mereka menjadi efektif. Selanjutnya diketahui bahwa siswa memeroleh manfaat dari kerja sama antara dunia bisnis dengan pihak lembaga dalam pengajaran bahasa Inggris. Temuan Penelitian Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru bahasa Inggris di SMK dan stafpegawai di hotel dan industri, ada beberapa hal yang terungkap: Pertama, semua guru bahasa Inggris mengakui bahwa pengajaran bahasa Inggris yang sesuai dengan jurusan siswa adalah sangat penting. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa pengajaran bahasa Inggris kejuruan VEESP sangat terbatas bahkan di beberapa sekolah bisa dikatakan tidak berlangsung. Dari wawancara terhadap para guru dan staf di dunia industry sebagai sampel dalam rangka mengidentifikasi pengajaran bahasa Inggris kejuruan, kebutuhan 5 bahasa Inggris di dunia industribisnis, dan aspek-aspek yang seharusnya ada di antara dunia sekolah dan industribisnis, dibuat tabulasi sebagai berikut. Di sisi lain, dari sudut pandang pihak-pihak di dunia industrybisnis, pentingnya bahasa Inggris untuk SMK juga terungkap sebagai berikut. KOMPONEN GURU BAHASA INGGRIS Penting Tidak TerjadiTidak Bahasa Inggris khusus sekolah kejuruan 1000 12.587.5 Bahasa Inggris khusus untuk beberapa program yang berbeda 62.537.5 12.587.5 Bahasa Inggris yang sesuai untuk tempat kerja kelak 60.040.0 25.075.0 Kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris 87.512.5 25.075.0 Buku-buku yang sesuai dengan jurusan siswa 25.075 12.587.5 Istilah-istilah yang sesuai dengan dunia kerja yang sesuai dengan jurusan siswa 1000 12.587.5 Jenis-jenis percakapan yang digunakan di tempat kerja 50.050.0 12.587.5 Kolaborasi antara guru bahasa Inggris dengan Subject Specialists 25.075.0 0100 Kolaborasi antara guru Bahasa Inggris dengan pihak-pihak di dunia industrybisnis 63.537.5 0100 Komponen Staf dari IndustriBisnis PentingTidak TerjadiTidak Pentingnya kecakapan berbahasa Inggris bagi alumni SMK 87.512.5 37.562.5 6 Informasi yang bisa disarikan dari pihak-pihak yang berada di dunia industribisnis bisa dikategorikan menjadi beberapa aspek: 1. Pentingnya GE dan VEESP 2.Kompetensi lulusan SMK dari perspektif dunia industri 3. Kolaborasi antara sekolah dan industribisnis. Analisis isi terhadap Buku Teks bahasa Inggris yang banyak digunakan dan 3 penebit yang berbeda dilihat dari aspek VEESP: Komponen Buku 1 19 bab Buku 2 7 bab Buku 3 8 bab Umum Khusus Umum Khusus Umum Khusus Reading Text 69 31 86 14 100 - Vocabulary 76 24 86 14 85 15 Speaking Skill 79 21 90 10 85 15 Terkait dengan buku yang pertama, bahasa Inggris yang disajikan sebagian besar bersifat sangat umum. Harus diakui memang bahwa GE pun diperlukan para siswa dan alumni untuk bisa berkomunikasi. Terdapat beberapa bab yang secara langsung berkaitan dengan dunia teknologi seperti “How to Make Phone Calls without a telephone”, “Traffic Control”, “How Cell Phones work”, dan “W’s Peppermint Expectorant”. Berhubungan dengan speaking skill, ciri-ciri dialog pada prinsipnya sudah bisa meningkatkan kemampuan berbicara siswa namun jelas sekali bahwa buku Tenaga kerja yang berasal dari alumni SMK 62.537.5 62.537.5 Kolaborasi antara sekolah dan industrybisnis 87.512.5 50.050.0 7 tersebut belum menyajikan dialog-dialog khusus yang sesuai dengan konteks, khususnya dunia kerja. Buku kedua bahkan bersifat jauh lebih umum dibandingkan dengan buku yang pertama. Namun demikian, yang membuat buku ini berbeda dengan buku GE adalah fokusnya terhadap materi menulis surat business letter yang cukup mendominasi isi buku khususnya berhubungan dengan writing skill. Buku ketiga, seperti halnya buku kedua, sebagian besar bersifat umum. Lebih khusus lagi, reading text yang ada tidak ada hubungannya dengan jurusan yang dipilih siswa meskipuan kata-kata vocational beberapa kali muncul di dalam teks. Seperti halnya pada komponen kosa kata vocabulary, komponen speaking skill bersifat sangat umum. Setelah dicermati secara seksama, terdapat kesamaan pada buku-buku tersebut, yaitu memberikan ketrampilan untu memahami dan menulis business letters dan memorandum. Bahkan harus diakui kedua hal itulah satu-satunya aspek vocational yang disajikan pada buku 3, itupun hanya dibahas sekali pada satu unit. Dari temuan di atas dan analisis dokumen lainnya, ditemukan bahwa: Pertama, baik guru maiupun siswa menyadari bahwa bahasa Inggris sangatlah penting untuk masa depan mereka jika melihat persaingan di dunia kerja, terlebih khusus lagi dengan adanya perdagangan bebas. Kedua, kebijakan pemerintah untuk mengembangkan SMK secara kualitatif dan kuantitatif niscaya membuat pihak sekolah lebih jernih dan sungguh-sungguh dalam melihat tingkat kebutuhan bahasa Inggris bagi alumni SMK. Kebijakan pemerintah mengenai program dwi bahasa atau bilingual dan RSBI di SMK juga menuntut kemampuan untuk berbahasa Inggris SMK baik di pihak guru maupun siswa. Ketiga, ironisnya, kesadaran mengenai pentingnya untuk memiliki kecakapan berbahasa Inggris yang sesuai dengan dunia kerja atau jurusan tersebut tidak dengan diikuti dengan bahasa Inggris kejuruan atau ESP. Sebaliknya, para siswa SMK memperoleh GE dengan porsi yang cukup besar sebagaimana yang diperoleh siswa SMA. Bahkan Standar Kompetensi Lulusan SKL dari 8 Kementerian Pendidikan bisa dikatakan tidak berfungsi. Terdapat tiga alasan untuk hal tersebut: a. buku bahasa Inggris yang sesuai dengan jurusan siswa tidak tersedia, b. Sebagian besar guru bahasa Inggris tidak memahami pelajaran content yang memuat istilah-istilah atau kosa kata khusus, dan c. Bahasa Inggris yang diujikan pada ujian nasional adalah GE. Keempat, selama program pemagangan beberapa siswa menemukan bahwa VE, bahkan GE, tidaklah diperlukan. Namun demikian, tidak sedikit pula yang mendapati bahwa bahasa Inggris mutlak diperlukan, bahkan pada saat wawancara di hari pertama. Siswa yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dengan baik juga bisa belajar banyak selama masa pemagangan karena memperoleh posisi yang penting. Pada pemagangan di hotel berbintang, misalnya, siswa dengan kemampuan bahasa Inggris bagus diperkenankan untuk berada di front office yang memungkinkan mereka memperoleh kesempatan untuk berinteraksi dengan tamu-tamu penting, termasuk orang asing. Kelima, kemampuan berbahasa Inggris dengan baik semakin diperlukan untuk alumni SMK karena pasar kerja yang semakin luas di Indonesia dan negara- negara lain yang bisa mereka masuki. Dengan kata lain, akan jauh lebih mudah bagi alumni SMK yang mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk memperoleh pekerjaan. Keenam, hingga saat ini sebagian besar guru bahasa Inggris belum pernah berfikir untuk berkolaborasi dengan guru-guru non bahasa Inggris atau guru yang mengajar content sesuai dengan jurusan siswa untuk memperoleh informasi penting tentang istilah-istilah khusus yang akan membantu mereka memperoleh materi pengajaran yang penting bagi siswa mereka. Ketujuh, sebagian besar guru bahasa Inggris juga belum pernah berfikir untuk berkolaborasi dengan dunia industribisnis untuk saling berbagai informasi mengenai bahasa Inggris yang digunakan di dunia kerja, meskipun mereka menyadari bahwa para siswa dengan kemampuan bahasa Inggris terbatas menemui kesulitan di beberapa jenis industri. 9 Kedelapan, beberapa sekolah telah berencana untuk menulis buku bahasa Inggris khusus ESP bagi siswa mereka sehingga para siswa memperoleh bahasa Inggris yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Akhirnya dari dunia industri, khususnya dari dunia perhotelan yang peneliti ambil sebagai sampel, terdapat sangat banyak bahasa Inggris yang secara khusus digunakan di dunia kerja yang perlu diajarkan di SMK. Oleh karena itu kolaborasi antara dunia industrybisnis dengan SMK sudah sangat mendesak untuk dilakukan demi pengajaran bahasa Inggris yang efektif di SMK. Dengan kata lain, para guru bahasa Inggris dituntut untuk duduk bersama dan bekerja sama dengan orang yang tahu banyak atau subject specialist tentang bidang yang dipelajari siswa, serta orang-orang yang ada di dunia industribisnis . Kolaborasi bisa dimulai sejak proses merancang materi, proses belajar mengajar, hingga praktik di tempat pemagangan. Mereka juga perlu bekerja sama merancang sistem evaluasi hingga pelaksanaannya. KESIMPULAN Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengajaran bahasa Inggris agar lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Kolaborasi antara guru, subject specialist, dan dunia industribisnis sudah saatnya dilakukan dengan lebih terencana dan menyeluruh. Perlu keterbukaan dari semua pihak agar terjadi interaksi yang produktif. ___________________________________________________ Penulis: Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Kopertis Wilayah VII, dipekerjakan di Univ. Muhammadiyah Malang. Alumni Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Jember tahun 1991 dengan Ikatan Dinas. S2 Pengkajian Amerika UGM dengan tesis mengenai Perkembangan Industri Mobil di Amerika Serikat tahun 1900-1960an beserta dampak sosialnya. Pernah mengikuti Konferensi Internasional Guru Bahasa Inggris di California tahun 2004. Kunjungan di beberapa lembaga pendidikan kejuruan, lembaga riset, dan industry di Victoria, Australia, tahun 2008-2009. Sejak tahun 2010 sampai sekarang aktif melakukan penelitian, khususnya terkait dengan pengajaran bahasa Inggris di SMK Telp.: 081 555 02323 08121 6711178 10 Email: estu_widyahoo.com DAFTAR PUSTAKA Bacha, N. Nola Bahous, R. 2008. Contrasting views of business Students Writing Needs in an EFL environment. English for Specific Purposes 27 pp. 121-128. Science Direct. Evans, Dudley T. 2001. English for Specific Purposes in Ronald Carter David Nunan Ed.. 2001. The Cambridge guide to teaching English to speakers of other languages. Cambridge University Press. Hutchinson, T., Waters, A. 1987. English for Specific Purposes: A learningcentered approach. Cambridge: Cambridge University Press. Robinson, P. 1991. ESP Today: a Practitioners Guide. Hemel Hempstead: Prentice Hall International. Strevens, P. 1988. ESP after twenty years: a re-appraisal. In M Tickoo Eds, ESP: State of the Art. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre. Lampiran: Instrumen untuk wawancara semi terstruktur bagi guru bahasa Inggris Pertanyaan: 1. How is the role of English at SMK? 2. Does the development of SMKs in this country affect the English teaching at SMKs? 3. Is the English given to the students relevant to the content subjects they study? 4. Do students use English for Specific Purposes? 5. Do SMK students needs good English skills when they carry out internship program? 11 6. Is English skill really required upon completion of study? 7. Is the any collaboration between English teachers and content or subject specific teachers? 8. How important is the collaboration between English teachers and content or subject specific teachers? 9. Is there any collaboration between English teachers and the industry where the students perform intership activities to know English needed in the workplace? 10. How important is the collaboration between English teachers and the industries? Pertanyaan untuk IndustryBisnis Semi terstruktur 1. Seberapa penting bahasa Inggris di tempat industry BapakIbu? 2. Bahasa-bahasa Inggris seperti apakah yang digunakan di temat BapakIbu? 3. Apakah ada istilah-isyilah atau kosa kata khusus di industrybisnis ini? REDESAIN SISTEM PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL TRIWATI RAHAYU UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN triwatirahayuymail.com ABSTRAK Pada hakikatnya sekolah berstandar internasional SBI bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia setaraf dengan sekolah yang ada di negara maju lainnya. Upaya ini memang baik, namun dengan kebijakan dalam pemakaian bahasa pengantar yang bercirikan bahasa Inggris akan menyebabkan bahasa Indonesia terpinggirkan. Padahal berdasarkan Undang_Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 bab III bagian kesatu pasal 25 ayat 3 dikatakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Berdasarkan fungsi tersebut, bahasa Indonesia dapat untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu, redesain pembelajaran pada sekolah berstandar Internasional harus dilakukan agar siswa tetap berpegang teguh pada kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia. SBI tidak ditekankan pada penguasaan bahasa Inggris saja tetapi harus dilihat pada kurikulum dan kualitas pembelajarannya. Kata kunci: redesain, bahasa, internasional

1. Pendahuluan

Pada hakikatnya sekolah berstandar internasional SBI bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia setaraf dengan sekolah yang ada di negara maju lainnya. Upaya ini memang baik dan kalau berhasil akan menempatkan mutu pendidikan di Indonesia sejajar dengan negara –negara yang tergabung dalam OECD Organization for Economic Co‐operation and Development , yaitu sebuah organisasi kerjasama antarnegara dalam bidang ekonomi dan pengembangan. Dalam Undang‐Undang Sisdiknas dikatakan bahwa pemerintah danatau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang‐kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Berdasarkan undang‐undang tersebut dapat dilihat perkembangan pembentukan sekolah berstandar internasional yang cukup pesat. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan negara Indonesia, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang‐Undang Dasar 1945. Dalam Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga dikemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal inilah permasalahan muncul dengan adanya kebijakan dalam pemakaian bahasa pengantar di sekolah berstandar internasional yang bercirikan bahasa Inggris. Di satu sisi tujuan SBI sangat baik, tetapi di sisi lain cukup banyak dampak negatifnya. Padahal berdasarkan Undang_Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 bab III bagian kesatu pasal 25 ayat 3 dikatakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa. Hal ini diperkuat pada Pasal 29 ayat 1 bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Walaupun pada ayat 2 dikatakan bahwa bahasa pengantar dapat menggunakan bahasa asing untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik, namun dampak yang diperoleh akan lebih banyak negatifnya. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Berdasarkan fungsi tersebut, bahasa Indonesia dapat untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu, redesain pembelajaran pada sekolah berstandar Internasional harus dilakukan agar siswa tetap berpegang teguh pada kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia. Apabila SBI mengharapkan agar peserta didiknya mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang baik, pembenahan pembelajaran bahasa Inggrislah yabng dilakukan. Bahasa Indonesia jangan sampai di kesampingkan dengan akibat memudarnya rasa bangga dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. hal ini merupakan ancaman bagi identitas bangsa.

2. Pembahasan

a. Pembelajaran pada Sekolah Berstandar Internasional

Pembelajaran pada sekolah berstandar Internasional adalah sekolah yang menggunakan kurikulum nasional yang dikombinasikan dengan kurikulum dari negara lain yang lebih maju, sedangkan sekolah internasional adalah sekolah yang ada di Indonesia namun kurikulumnya berdasarkan kurikulum standar negara tertentu. Selain itu, kelas internasional adalah beberapa kelas di dalam sekolah standar nasional yang dikelola dengan kurikulum nasional dan modifikasi kurikulum asingSutama,2008:209. Pada dasarnya SBI bertujuan untuk mengembangkan pebelajar semaksimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan dalam proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif, dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan pebelajar. Kalau melihat tujuan di atas, proses pembelajaran lebih ditekankan pada penyiapan sumber daya manusia Indonesia yang harus memiliki daya saing dalam forum internasional. SBI melaksanakan kurikulum nasional ditambah dengan salah satu unsur dari salah satu anggota OECD yang belum ada dalam kurikulum nasional. Unsur yang diadopsi dari luar tidak distandarkan sehingga antara sekolah yang satu dengan yang lain akan berbeda‐beda. Oleh karena itu, perlu adanya redesain dalam kurikulum, khususnya tambahan dari sekolah internasioanal. Ini sangat penting dikaji lebih mendalam agar konsep‐konsep standar internasional tidak bertentangan dengan konsep standar nasional. Keluaran SBI diharapkan dapat melanjutkan pendidikan, bekerja, dan bersaing di dalam negeri atau luar negeri. Berdasarkan tujuan dan manfaatnya, SBI dapat dijadikan proyek percontohan bagi sekolah SBN lainnya. Namun, biaya yang dikeluarkan juga sangat tinggi, sehingga SBI hanya dapat dinikmati oleh pebelajar yang memiliki kecerdasan dan kemampuan finansial yang tinggi. Penggunaan bahasa pengantar berbahasa Inggris di satu sisi dapat dibenarkan berdasarkan Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, Pasal 29, ayat 2 dan Undang ‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Bab VII, Pasal 33, ayat 3. Pada undang ‐undang tersebut dikatakan bahasa asing dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah apabila bertujuan untuk mendukung kemampuan berbahasa asing pebelajar. Aturan tersebut memberi kesempatan seluas‐luasnya untuk pengembangan pembelajaran bahasa Inggris. Hakikatnya bahasa merupakan keterampilan sehingga semakin sering dipergunakan semakin terampillah pebelajar menguasai bahasa Inggris.

b. Dampak Penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Pengantar di Sekolah

Lingkungan bahasa sangat berpengaruh terhadap penguasaan berbahasa, baik pengaruh pada kemampuan berbahasanya maupun merasuknya budaya dari bahasa yang dipelajari. Tanpa disadari budaya asing akan mempengaruhi segala sendi kehidupan pebelajar. Sebagai generasi penerus bangsa akan sangat berbahaya apabila budaya asing sudah merasuki generasi bangsa Indonesia. Sekarang ini, budaya asing sudah mewabah di Indonesia. hal ini dapat dilihat pada budaya bahasa, makan, pesta, berpakaian, bersikap, pola pikir, dan lain sebagainya. Apabila tidak terbendung, maka budaya Indonesia akan terkikis dan akan semakin jauh dari akar budaya Indonesia. Kenyataan yang sangat memprihatinkan terlihat pada kepribadian masyarakat yang individual, materialistik, kapitalis, dan bebas. Perilaku yang jauh dari jati diri bangsa Indonesia sudah membudaya. Salah satu faktornya karena masyarakat sudah menganggap budaya asing lebih baik dibanding budaya Indonesia. Masyarakat menganggap dengan mempelajari bahasa Inggris, masa depan akan menjadi cerah. Dari sinilah dampak pemakaian bahasa Inggris terlihat. Bahasa membentuk cara berpikir penutur dan petuturnya. Dengan bahasa penutur akan terpengaruh dengan pandangan berpikirnya sesuai dengan bahasa yang dipergunakan. Inilah yang dikawatirkan apabila bahasa pengantar berbahasa Inggris akan menyebabkan pola pikir pebelajar juga akan terpola keinggris‐inggrisan. Di sisi lain dengan adanya aturan di atas akan membuat pemakaian bahasa Indonesia secara formal oleh pebelajar akan semakin berkurang. Bahasa Indonesia hanya dipelajari pada mata pelajaran bahasa Indonesia. dalam kehidupan sehari‐hari pebelajar akan banyak mempergunakan ragam bahasa informalsantai, slank, dan ragam bahasa gaul. Di lingkungan rumah dan masyarakat, pebelajar akan banyak memakai bahasa daerah masing‐masing. Dari sinilah pengembalian bahasa pengantar berbahasa Indonesia akan berdampak lebih baik untuk membendung pengaruh asing dan ikut mengembangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.

c. Perkembangan Bahasa Indonesia

Pada ikrar Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia lahir dan menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai salah satu identitas bangsa, bahasa Indonesia telah mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat yang berbeda latar belakang bahasa, suku, dan sosial budaya. Dari berbagai budaya bangsa di atas, Bahasa Indonesia mempunyai sejarah perkembangan yang panjang. Berdasarkan sejarah perkembangan bahasa Melayu, bahasa penghubung antarsuku bangsa di wilayah nusantara memakai bahasa Melayu. Hal ini dapat dibuktikan dari seorang ahli sejarah Cina I‐Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya yang mengatakan bahwa bahasa Koen‐louen dipakai di Sriwijaya Pusat Bahasa: 2007:137. Pada tanggal 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda diikrarkan dengan pernyataan tekad sebagai berikut. 1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Pernyataan yang ketiga di atas merupakan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan juga sebagai bahasa nasional. Dalam perjalanan sejarah bahasa Indonesia, pada tahun 1938 di Solo telah terlaksana Kongres Bahasa Indonesia I yang membahas masalah sejarah bahasa Indonesia, bahasa Indonesia di dalam pergaulan, persuratkabaran,penyesuaian kata asing, dsb.. Pada masa penjajahan Jepang, bahasa Belanda dilarang dipakai dan bahasa Indonesia menggantikan bahasa Belanda sebagai alat komunikasi resmi Efendi, 2007: 68. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Undang‐Undang Dasar 1945 telah disahkan dan pada Bab XV, Pasal 36 dinyatakan bahwa ” Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Dari peristiwa yang terjadi saat ini, perubahan dalam bahasa Indonesia terletak pada bertambah banyaknya kosakata dan terbukti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga sudah memuat hampir 100.000 lema. Perubahan ini terjadi karena sifatnya yang terbuka terutama pada peristilahan bahasa Indonesia. Keterbukaan ini merupakan dampak dari globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak saat itu, perkembangan bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang sebagai sarana komunikasi dalam segala bidang. Bahasa Indonesia memiliki potensi sebagai alat perubahan sosial, yaitu a bahasa Indonesia sudah terbukti dapat mempersatukan bangsa yang majemuk; b bahasa Indonesia memiliki sifat demokratis; c bahasa Indonesia bersifat terbuka; dan d bahasa Indonesia sudah mulai mengglobal Kurniawan, 2011:6. Sifat inilah yang mampu menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Perangkat kaidah yang berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah ,dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia telah ada. Peraturan perundang‐undangan juga sudah diberlakukan ,yaitu Undang‐ Undang Nomor 24 Tahun 2009 mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta lagu kebangsaan dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang