24
tidak dipenuhi, sedangkan sumber daya pendidikan yang tidak kekurangan atau tidak dibutuhkan disediakan.
4. Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1
Peraturan perundang-undangan meskipun sudah memetakan seluruh biaya pendidikan dan menyebutkan penanggung jawab untuk menutup biaya pendidikan tersebut yaitu
pemerintah pusat dan daerah dan masyarakat, tetapi belum cukup jelas dan tegas memberikan pembagian tanggung jawab terutama antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah sehingga menimbulkan tumpang tindih dan kevakuman dalam pendanaan pendidikan.
2 Meskipun anggaran pendidikan sudah mencapai 20 persen dari APBN sejak tahun 2009
dan secara nominal mengalami kenaikan yang sangat berarti dibanding tahun-tahun sebelumnya namun anggaran pendidikan tersebut masih rendah dan bila anggaran
pendidikan tersebut dibagi menjadi per peserta didik per tahun anggaran pendidikan tersebut tergolong yang terendah di dunia. Demikian juga persentasenya yang hanya 3,2-
3,7 persen dari PDB adalah lebih rendah dari pada yang di negara berkembang lain apali dibandingkan dengan yang di negara-negara maju serta jauh di bawah rekomendasi
UNESCO yang minimal 6 persen dari PDB.
3 Anggaran pendidikan yang masih rendah itupun belum dialokasikan secara efisien dan
optimal. Alokasi anggaran pendidikan tahun 2011 memperlihatkan ketidak jelasan pembagian tanggung jawab pendanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sehingga dana yang dialokasikan ke satuan pendidikan menjadi lebih rendah lagi serta terjadi tumpang tindih, dan ketidak-merataan.
4 Dengan pola alokasi dana yang ada, pendidikan menerima dana yang lebih rendah dari
pada yang seharusnya diterima apabila alokasi dana pendidikan itu dilakukan secara optimal dan efisien.
5 Penggunaan dana pendidikan yang sudah lebih rendah itupun belum dilakukan menurut
kebutuhan dan prioritas pendidikan. Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1 Agar peraturan perundang-undangan disempurnakan untuk memberikan pembagian
tanggung jawab yang jelas dan pasti antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat sehingga tidak menimbulkan tumpang tindih dan kevakuman dalam
pendanaan pendidikan.
2 Anggaran pendidikan terus ditingkatkan dan mengacu pada rekomendasi UNESCO yaitu
minimal 6 persen dari PDB agar memenuhi prinsip kecukupan dan prinsip keberlanjutan seperti yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan.
3 Perlu dikembangkan formula alokasi anggaran pendidikan yang berkeadilan dan
mekanisme alokasi dan distribusi yang efisien. 4
Anggaran pendidikan pada tahun anggaran 2011 sebesar Rp249 trilyun dialokasikan untuk:
a pendidikan dasar sebesar Rp151,653 trilyun sehingga pendidikan dasar dapat
diselenggarakan tanpa memungut biaya dari peserta didik atau gratis; b
pendidikan menengah sebesar Rp35,489 trilyun sehingga dapat menutup 80 persen biaya pendidikan menengah yang diselenggarakan pemerintah SMA, MA, dan SMK
negeri dan 50 persen biaya pendidikan menengah yang diselenggarakan masyarakat SMA, MA, dan SMK swasta;
c pendidikan tinggi sebesar Rp21 trilyun;
25
d pendidikan anak usia dini dan non formal dan informal sebesar Rp4,362 trilyun,
e pendidikan kedinasan sebesar Rp6,899 trilyun;
f bantuan pendidikan bagi peserta didik miskin sebesar Rp6,841 trilyun;
g peneglolaan pendidikan di pemerintahan sebesar Rp22,634 trilyun.
5 Dana pendidikan ini harus dialokasikan berdasarkan biaya pendidikan dan sesuai
dengan kebutuhan dan prioritas serta dengan cara pengalokasian yang efisien dan optimal.
6 Penggunaan dana pendidikan publik yang transparan dan akuntabel baik ditingkat
pemerintah pusat dan daerah maupun di tingkat satuan pendidikan, termasuk dijamin dan dipastikannya adanya akses publik akan anggaran dan penggunaan dan pendidikan
publik melalui berbagai media yang layak termasuk internet.
Daftar Pustaka
Ghozali, Abbas; dkk. 2004.
Analisis Biaya Pendidikan Dasar dan
. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Ghozali, Abbas; dkk. 2005.
Pendanaan Pendidikan dari APBN dan APBD
. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Ghozali, Abbas; dkk. 2005.
Model Pendanaan dari Sumber Non APBN dan APBD
. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Ghozali, Abbas; dkk. 2006.
Biaya Satuan Pendidikan Dasar
. Bank Dunia dan Bapenas. Ghozali, Abbas; dkk. 2007.
Inventarisasi Sumber Daya Pendidikan Dasar
. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Ghozali, Abbas; dkk. 2008. Biaya Operasi Pendidikan. Badan Standar Nasional Pendidikan. Ghozali, Abbas. 2009. Biaya dan Pendanaan Pendidikan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Undang-undang Dasar 1945. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
S Sistem Pendanaan Pendidikan:
istem Pendanaan Pendidikan: S
Sistem Pendanaan Pendidikan: istem Pendanaan Pendidikan:
Perhitungan Perhitungan Biaya
Biaya Operasional Operasional Satuan
Satuan Pendidikan
Pendidikan BOSP BOSP Di
Di Beberapa Beberapa Propinsi
Propinsi Pendidikan
Pendidikan BOSP BOSP Di
Di Beberapa Beberapa Propinsi
Propinsi
Prof. Dr. H. Prof. Dr. H. Arismunandar
Arismunandar, , M.Pd
M.Pd..
Rektor Rektor Universitas
Universitas Negeri Negeri Makassar UNM
Makassar UNM
D D
S S
N N
I I
SS PP
I ISPI
I ISPI
UU N
N Y
UNY Y
UNY Y
21 Y
21 J J
20122012
Materi Materi
••
Materi Materi
•• L
L HH
•• D
D K
K BOSPBOSP
•• M
M PP
BOSPBOSP ••
M M
K K
K K
PP M
M BOSP
BOSP D D
•• M
M HH
PP BOSPBOSP
•• HH
PP BOSP
BOSP BB
PP ••
TT L
L HH
PP BOSPBOSP
•• SS
M M
BOSPBOSP ••
K K
Memuat antara lain:
L L
HH
UU 20 2003
Sistem Pendidikan Nasional Memuat antara lain:
Delapan Standar Nasional Pendidikan
PP 19 2005
Jenis - Jenis Pembiayaan Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan Pembiayaan Pendidikan
I nvestasi Operasi
Personal Penghi
‐ tungan
oleh BSNP
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
Permendiknas 69 2009
Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009
Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009
Standar Biaya Jakarta
Nonpersonalia Tahun 2009 SD MI , SMP MTs, SMA MA,
SMK, SDLB, SMPLB, SMALB
Standar Biaya Jakarta
I ndeks untuk setiap daerah provinsi kabupaten kota
Jenjang
PP BOSPBOSP
BSNP BSNP
M M
L L
PP 69
2009 69
2009
j g
SD MI , SMP MTs, SMA MA 3 Jurusan
SMK 76 Program Keahlian
SDLB 5 Tuna, SMPLB 5 Tuna, SMALB 4 Tuna
Menggunakan Asumsi Dasar
Jumlah Rombel
Jumlah siswa per Rombel Jumlah siswa per Rombel
Jumlah Kepsek , Wakepsek, dan guru
Jumlah tenaga kependidikan
Jumlah mata pelajaran p
j
Menggunakan Standar Biaya Jakarta
Ada I ndeks untuk Setiap Daerah
P i
i
Provinsi
Kabupaten kota
4