Prof. Dr. Belferik Manullang
Memandang muridnya sebagai “bawahan”, 8 Kemampuan mengajar minimum sampai
rata ‐rata, 9 Mencukupkan lulusan lembaga pendidikan, 10 Gelar akdemis sebagai standar
utama. Guru dengan karakteristik pedagogis. 1 Profesi sebagi panggilan jiwa yang tak
mungkin “hilang”. 2 Pilihan “moral‐spiritual” 3 Orientasi kepuasan batinnya merupakan
prioritas, 4 Peran utama interaksi edukatif 5 6 Sosialisasi nilai‐nilai luhur untuk hidup
dan kehidupan 7 Fokus pada minat, bakat, talenta murid altruis 8 Memandang
muridnya sebagai mitra potensial 9 Kemampuan mengajar di atas rata‐rata sampai luar
biasa, 10 Pebelajar seumur hidup di sekolah besar kehidupan Gelar akademis sebagai
prasyarat. Untuk itu diperlukan kepemilikan alat pendidikan seperti, kesabaran,
kewibawaan, kasih sayang, keteladanan, penguatan motivasi, ketegasan yang mendidik,
ketulusan.
c. Kecerdasan
manusia dapat diklasifikasi menjadi tiga, intelektual IQ, emosional EQ dan spiritual
SQ. IQ mengacu kepada kecepatan dan ketepatan memahami dan menyelesaikan
persoalan. EQ mengacu pada kemampuan personal dan interpersonal. SQ mengacu
pada sifat‐sifat mulia dan nilai‐nilai kemanusiaan
d. Cerdas
intelektual berarti memiliki ketepatan dan kecepatan melakukan aktivitas mental, berfikir,
penalaran, dan pemecahan masalah. Dimensi kemampuan intelektual, numerik, pemahaman
verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi
ruang, memori
e. Cerdas
emosi adalah kemampuan berempati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan
amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan
memecahkan masalah
antar pribadi,
keramahan, ketekunan,
kesetiakawanan, dan sikap hormat.
f. SQ
adalah kecerdasan untuk menyelesaikan masalah makna dan nilai, kecerdasan untuk memposisikan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menaksir bahwa suatu tindakan atau jalan hidup tertentu lebih bermakna
ketimbang yang lain. SQ adalah fondasi yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.
g. Peran
guru sangat strategis untuk pembentukan karakter siswa. Kemandirian guru mengembangkan
dirinya sendiri menjadi sesuatu yang penting sebab, no amount of advice and
exhortation can make someone rise to the full stature of his profession. He has to improve
himself. He cannot be improved by external pressure or persuasion Sathya
h. Simpulannya
ialah peran guru sangat sentral dalam mewujudkan pembelajaran berkarakter.
Karakternya menjamin pembelajaran berkarakter. Kurikulum seharusnya didisain
untuk memberi peluang optimal bagi peran guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.
5. PENUTUP
Pembelajaran adalah inti pendidikan. Oleh sebab itu kurikulum merupakan sesuatu yang
penting. Sesuai dengan temuan‐temuan baru dalam pembentukan karakter maka: Sikap yang
telah mencapai tingkat habitual, pola pikir yang telah mencapai ilmiah esensial serta
kompetensi yang telah mencapai tingkat abiliti bisa dikatakan sebagai kualitas karakter tinggi.
Oleh sebab itu kurikulum dan pembelajaran semestinya ditujukan kepada pembentukan
Prof. Dr. Belferik Manullang
karakter tersebut. Kurikulum harus dapat memberi kesempatan kepada guru berperan
sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.
a. Kurikulum
harus dapat memberi peluang pembelajaran membangun sikap mulai dari proses
thought, action sampai dengan habit, atau think rightly, act rightly and live rightly. Pengembangan
sikap ini didukung oleh IESQ. b.
Kurikulum harus dapat memberi peluang pembelajaran membangun pola pikir ilmiah
mulai dari tingkat ilmiah praktis, ilmiah teoretis sampai dengan ilmiah filosofis.
c. Kurikulum
untuk memberi peluang pembelajaran memberi kompetensi mulai dari tingkat knowledge,
skill sampai dengan abilities.
6. DAFTAR
BACAAN
Goleman, Daniel, 2000, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional; Mengapa EI lebih Penting dari IQ, Jakarta: PT Gramedia
Cooper, Robert K dan Ayman Sawaf, 1998, Executive EQ, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia
Harrel, Keith 2004, Attitude is Everthyng. NY: Collins Business Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum. Manullang, Belferik, 2006, Kepemimpinan Pedagogis, Medan: PPs Unimed.
Patton, Patricia, 1998 Emotional Intelligence; Service With A Heart ,terjemahan Jakarta: Pustaka Delapratasa.
Peale, Norman Vincent, 1996, The Power of Positive Thinking, Jakarta: Bina Aksara Saragih, Simon, 2009, Ketekunan dan hati Putih Barack Obama, Jakarta: Kompas.
Sathya Sai Speaks on Education, 2002, A Compilation of The Teaching of Sathya Sai Baba On Education. Sathya Sai Book Center of America.
Sinamo, Jansen, 2008, 8 Etos Kerja Profesioanal, Navigator and Menuju Sukses, Jakarta: Mahardika. Slocum, Jhon W. and Don Hellriegel, 2009. Principles of Organizational Behavior, UK: Cengage
Learning. Soedarsono, Soemarno. 2009, Karakter Mengantar Bangsa, Dari Gelap Menuju Terang,Jakarta: Linesia
Adofa Lestari Sukidi, 2005, Kecerdasan Spiritual,Mengapa SQ Lebih Penting dari pada IQ dan SQ
Suyanto, 2005, Smart in Leadership, Belajar dari Kesuksesan Pemimpin Top Dunia, Yogyakarta: Andi.
Medan, 7 Januari 2012 Penulis,
Prof. Dr. Belferik Manullang Direktur PPs Unimed
1
Redesain Sistem Kurikulum Pembelajaran Bahasa Inggris Calon Guru SDAUD Berbasis Communicative Competence
ABSTRAK
Kebutuhan calon guru Sekolah Dasar SD atau Anak Usia Dini AUD akan penguasaan bahasa Inggris baik spoken maupun written dan kecakapan
mengajar menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses pengajaran dan pembelajaran di kelas sangatlah urgent mengingat tuntutan profesi
di masa yang akan datang terutama kebutuhan akan tenaga edukatif sebagai guru di SD yang berstandar internasional baik yang RSBI maupun SBI dimana semua
guru di sekolah tersebut harus mampu menggunakan English for Bilingual Instruction dalam proses pengajaran dan pembelajaran di kelas pada semua mata
pelajaran yang ditentukan. Selain itu juga tuntutan kebutuhan akan kecakapan mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris yang efektif dan menyenangkan sejak
dini di beberapa satuan pendidikan AUD dan SD di beberapa daerah sangatlah tinggi, sehingga kurikulum Bahasa Inggris pada satuan pendidikan penyedia
lulusan calon guru SDAUD, yang selama ini masih berfokus pada KnowledgePassive English yang menitik-beratkan pada kemampuan grammar
dan structure, harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan mengajarkan dan membelajarkan kompetensi-kompetensi bahasa Inggris yang dibutuhkan baik
berupa knowledge dan skill yang relevan. Secara garis besar, kompetensi yang dimaksud adalah English knowledge and skills: General English, English for
young learners, dan English for instruction.
Mengacu teori Competency and Task Based Curriculum Design dalam English Language Teaching ELT, kurikulum bahasa Inggris perlu
dikembangkan dengan berbasis pada teori terkini Communicative Competence yang mencakup 4 area, yaitu: Grammatical Competence, Sociolinguistic
Competence, Discourse Competence, dan Strategic Competence melalui 2 strategi implementasi Competence dan Task di kelas: 1 Four Teaching-Learning Cycles
yang dipelopori oleh Burns and Joyce 1991 adapted from Callaghan and Rothery, 1988, keempat langkah itu adalah building knowledge of the field, modeling of
text, joint construction, and independent construction, dan 2 Three Muranoi’s Interaction Enhancements cited in Doughtyy Williams, 1998:241-242,
langkah-langkah tersebut adalah rehearsal phase, performance phase, and debriefing phase dengan mengintegrasikan keempat English Basic Skills yaitu
speaking, listening, reading, dan writing. Kata Kunci: Desain Kurikulum Bahasa Inggris, Bahasa Inggris bagi Calon Guru
SDAUD, Communicative Competence