Kesimpulan 3.EVALUASI INTEGRASI SOFT SKILLS

keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri intra-personal skill yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Proses pembelajaran hendaknya menekankan penguasaan soft skills yang terintegrasi pada hard skills skill dan knowledge, agar lulusannya semakin kuat kepribadiaannya dan dapat bekerja secara efektif ditempat kerja. Pembelajaran soft skills sebagai bagian dari upaya pembentukan sikap profesional. Aspek soft skills merupakan unsur dari pendidikan karakter yang belum diperhatikan secara optimal bahkan cenderung terabaikan. Perlunya kemampuan interpersonal dalam kondisi dunia kerja yang kini banyak mengalami perubahan Syahniar, 2008; 128. Penilaian dalam dunia kerja sekarang didasarkan pada tolok ukur baru, yakni penilaian yang tidak hanya berdasarkan tingkat kepandaian, pelatihan dan pengalaman kerja, tetapi juga berdasarkan seberapa baik seseorang mengelola diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain, atau disebut dengan kemampuan interpersonal. Tolok ukur ini semakin banyak diterapkan dalam seleksi, penilaian kerja, promosi jabatan, dan pemutusan hubungan kerja, dan untuk menentukan karyawan mana yang paling produktif dan karyawan yang cenderung kurang produktif. Agar sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan, baik visi maupun misi sekolah kejuruan sangat penting adanya pengintegrasian soft skills melalui kurikulummata pelajaran yang dibelajarkan. Hal ini menjadi tantangan dunia pendidikan untuk mengintegrasikan soft skills secara terpadu dengan hard skills agar mampu menyiapkan SDM yang utuh memiliki kemampuan bekerja dan berkembang di masa depan, mampu berpikir, bersikap dan berbuat secara kreatif dalam situasi yang tidak dapat diduga sebelumnya. Menanamkan pendidikan soft skills melalui pembelajaran merupakan langkah yang tidak mudah, tetapi bukan berarti hal tersebut tidak mungkin. Menurut Herminarto Sofyan 2008 terdapat tiga model pembelajaran dari implementasi soft skills antara lain: 1 Model integratif, yaitu implementasi soft skills yang melekat dan terpadu dalam program kurikuler, kurikulum, mata pelajaran, proses pembelajaran. Keuntungan model ini biaya relatif murah, beban sekolah tidak bertambah, 2 Model komplementatif, yaitu implementasi soft skills ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan struktur kurikulum yang ada, bukan dalam mata pelajaran. Model ini membutuhkan waktu tersendiri atau waktu tambahan, biaya mahal, dan menambah beban tugas kepala sekolah guru, dan siswa, 3 Model diskrit, yaitu implementasi pendidikan soft skills disendirikan, dipisah, dilepas dari program kurikulermata pelajaran. Pelaksanaannya dikemas secara khusus pada peserta didik, membutuhkan persiapan yang matang oleh sekolah, dan biaya relatif mahal. Pemilihan model pembelajaran soft skills yang akan digunakan sangat tergantung dari berbagai kesiapan beberapa aspek termasuk karakteristik masing-masing sekolah. Model pembelajaran soft skills terintegrasi merupakan model implementasi soft skills yang melekat dan terpadu dalam program kurikuler, kurikulum, mata pelajaran, proses pembelajaran dengan biaya yang relatif murah, beban sekolah tidak bertambah. Untuk mengatasi berbagai perubahan-perubahan dalam dunia kerja, institusi formal yaitu sekolah lebih cenderung sebagai media yang paling kondusif untuk mengasah keahlian soft skill seseorang. Hal ini dikarenakan soft skill dipelajari melalui interaksi dengan orang lain dan bagaimana seseorang menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Penyampaian materi tidak hanya sebatas pemberian teori dan praktek akan tetapi ditambah dengan pengintegrasian soft skills sehingga peserta didik akan lebih memahami apa yang menjadi tujuan materi tersebut dan penerapannya dikehidupan nyata.

C. Konsep Soft Skills yang Sudah Diintegrasikan

Menurut Miller, Rankin dan Neathey Hutapea, 2008: 4 soft skills adalah kompetensi yang menggambarkan bagaimana seseorang diharapkan berperilaku agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, pengertian ini dikenal dengan nama kompetensi perilaku behavioural competencies atau dapat juga disebut dengan istilah kompetensi lunak soft skillssoft competency. Pendapat lain tentang soft skill oleh Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jatim 2009 bahwa merupakan kesadaran yang membuat seseorang termotivasi dan pantang menyerah sehingga menempatkan diri di tengah orang lain secara proporsional interpersonal dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri intra-personal skills yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Dari pengertian tersebut di atas, maka soft skill dapat disimpulkan sebagai suatu kemampuan seseorang di luar kemampuan teknis dan akademik dalam memberdayakan diri untuk mengerti kondisi psikologi diri sendiri, mengatur ucapan, pikiran dan sikap serta perbuatan yang sesuai dengan norma di masyarakat, berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya dalam menyiasati realitas sehingga mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Konsep soft skills yang dituntut dalam dunia kerja menurut Goleman et al Parulina, 2008; 53 terdiri dari personal skills intrapersonal skills dan social skills interpersonal skills. Personal skill adalah kemampuan yang menentukan bagaimana cara memanajemeni diri sendiri. Kemampuan ini mencakup sadar diri self awareness dan manajemen diri self management. Adapun sosial skills interpersonal skills adalah kemampuan tentang bagaimana seseorang memanajemeni relasi. Kemampuan soasial terdiri dari sadar sosial dan manajemen relasi. Berbagai dimensi soft skills tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Hal ini yang harus dikembangkan oleh pendidikan kejuruan sebagai penghasil tenaga kerja berkompeten dalam pekerjaannya dan dapat mengembangkan dirinya. Dalam lampiran peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka panjang menengah nasional tahun 200 – 2014 disebutkan bahwa siswa sekolah menengah harus memiliki soft skill: a kemampuan untuk berpikir analitiskognitif, b berkomunikasi, c bekerjasama dalam tim, d interaksi sosial, e pemecahan masalah, f sikap dan keinginan berkembang, g saling menghargai, h sportif, i kerjasama, j kepemimpinan, k kemandirian, l partisipatif, m kreatif, n inovatif, dan o sikap profesional. Dari berbagai dimensi soft skills di atas, agar pendidikan kejuruan dapat menyelaraskan soft skills yang ditanamkan kepada peserta didik dengan soft skills yang dibutuhkan oleh dunia kerja, maka sekolah harus mensosialisasikannya kepada para guru terhadap pemilihan soft skill yang akan diintegrasikan melalui mata pelajaran yang dibelajarkan. Untuk menghasilkan soft skill yang betul-betul dapat membekali peserta didik, hendaknya para guru perlu untuk menggali soft skill dengan cara melakukan analisis refleksi soft skill yang terkandung dalam struktur kurikulum, visi dan misi sekolah kejuruan disamping soft skill yang harus dimiliki siswa sesuai dengan peraturan jangka panjang. Setelah mendapatkan dimensi soft skill yang selaras dengan tujuan pendidikan kejuruan, kemudian para guru melakukan analisis keterkaitan soft skills tersebut dengan dimensi soft skills yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hasil adanya keterkaitan dimensi soft skills tersebut, kemudian dipergunakan sebagai dimensi-dimensi soft skills yang harus dan wajib diintegrasikan melalui materi ajar yang dibelajarkan di kelas oleh guru. Soft skills hasil identifikasi adanya keterkaitan tersebut, digunakan untuk acuan penanaman dimensi-dimensi soft skills melalui integrasi dalam materi-materi ajar ketika guru melakukan pembelajaran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dan melakukan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan hasil data sekunder menunjukkan dari hasil FGD focused group discussion dengan para guru untuk menggali dimensi soft skills bahwa ternyata terdapat keterkaitan antara soft skills yang harus dimiliki siswa sekolah menengah seperti yang tertuang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010 – 2014 dengan soft skills yang dibutuhkan oleh dunia industri. Adapun soft skills hasil penggalian tersebut adalah: mengelola diri, mengembangkan diri, kemandirian, kemampuan berpikir, disiplin, tanggung jawab, sikap profesional, ulet, adaptif, daya juang, daya saing, kerja sama, kepemimpinan, dan kemampuan berkomunikasi. Soft skills tersebut yang digunakan untuk mengevaluasi pengintegrasiannya melalui pembelajaran di sekolah kejuruan oleh para guru bidang normatif, adaptif, dan produktif.

D. Pelaksanaan Pengintegrasian Soft Skills

Pelaksanaan pengintegrasian soft skills diterapkan melalui kelompok mata pelajaran yang terdapat di sekolah kejuruan. Kelompok tersebut adalah bidang normatif, adaptif, dan produktif. Pengintegrasian soft skills melalui mata pelajaran adalah proses pembauran soft skill sehingga menjadi kesatuan yang utuh melalui mata pelajaran. Dakir 2004; 49 mengungkapkan bahwa dalam pembahasan masalah dapat dilakukan pembahasan secara integral atau menyeluruh yang menjadi sasaran integrated curriculum. Bahan yang dipelajari dalam integrated curriculum diantaranya sebagai berikut: 1 bahan disajikan secara menyeluruh, 2 sumber bahan tidak terbatas pada buku sumber, bahkan mementingkan sumber dari pengalaman guru dan peserta didik, 3 bahan langsung berhubungan dengan masalah yang diperlukan oleh peserta didik di masyarakat, 4 penentuan bahan secara demokratis antara guru dengan peserta didik, dan 5 bahan yang aktual dengan memperhatikan situasi dan kondisi sekitar. Pelaksanaan pembelajaran integrated curriculum bila dipandang dari peran guru dapat sebagai manajer, administrator, supervisor, instruktor, dan sebagai inovator. Apabila guru dapat memainkan peran sesuai dengan fungsinya, maka diharapkan peserta didik dalam belajar memiliki sikap lebih mengetahui sesuatu learning to know sehingga akan terjadi how to learn yang berlangsung terus menerus, belajar untuk berbuat sebagaimana mestinya dalam pemecahan berbagai masalah learn to do, belajar menyesuaikan diri untuk beradaptasi dengan sekitar sehingga dapat bekerja sama learn to live together, dan belajar untuk dapat mengembangkan segala aspek kepribadiannya atau potensi sehingga menjadi manusia yang bulat dan utuh learn to be. Melalui pengamatan dari hasil data sekunder menunjukkan, faktor pendukung dalam pelaksanaan pengintegrasian soft skill yang ditemukan bahwa 1 guru mengetahui dalam setiap materi ajar memiliki kandungan soft skills yang harus di diintegrasikan melalui pembelajarannya, 2 guru memiliki hubungan emosional dengan peserta didiknya sehingga lebih memudahkan dalam mengintegrasikan soft skills, 3 pendapat guru bidang produktif menyatakan soft skills harus diintegrasikan melalui pembelajaran karena memang diperlukan oleh dunia industrikerja, 4 dari sisi peserta didik dalam pembelajaran mata pelajaran produktif selalu aktif sehingga memudahkan pengintegrasian soft skill secara optimal, dan 5 dari sisi sekolah mengadakan guru piket pagi dan sore untuk menyapa peserta didik ketika datang dan pulang. Faktor penghambat pengintegrasian soft skills melalui pembelajaran, ditemukannya kurang sosialisasinya cara pengintegrasian soft skill oleh pihak sekolah sehingga belum semua guru mengetahui cara mengintegrasikan soft skills melalui pembelajaran, hal ini nampak dalam menyusun rancangan pembelajaran yang akan disampaikan dan cara melakukan evaluasinya. Beberapa pendapat guru adaptif mengatakan ada beberapa dimensi soft skills yang tidak dintegrasikan karena menurut mereka menyita waktu dalam menyusun skenarionya. Sebagian guru menyatakan mereka tidak mau direpotkan untuk menyusun perencanaan pembelajaran soft skills, dan kurang mendalamnya cara melakukan evaluasi oleh guru terhadap peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung, misalnya langsung ditegur bila peserta didik melakukan kesalahan. Dari sisi peserta didik, mereka kurang peka terhadap soft skills yang ditanamkan oleh para guru.

E. Hasil Integrasi Melalui Mata Pelajaran Kelompok Normatif, Adaptif, Produktif

Berdasarkan data sekunder menunjukkan bahwa, terdapat keterkaitan antara soft skills yang tertuang dalam tujuan sekolah kejuruan dengan soft skill yang dibutuhkan oleh dunia industrikerja. Data sekunder menemukan bahwa dari empat belas dimensi soft skills yang diintegrasikan oleh salah satu mata pelajaran normatif yaitu kewarganegaraan hanya 11 dimensi soft skills, dimensi yang tidak diintegrasikan adalah mengembangkan diri, adaptif, dan daya juang. Pengintegrasian soft skills pada mata pelajaran kelompok adaptif yaitu kewirausahaan ada 11 dimensi soft skill, adapun dimensi yang tidak diintegrasikan adalah mengembangkan diri, adaptif, dan daya juang. Pengintegrasian soft skills pada mata pelajaran kelompok produktif yaitu kewirausahaan ada 13 dimensi soft skill, adapun dimensi yang tidak diintegrasikan adalah dimensi adaptif.

F. Penutup

Kajian di atas dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam mencari solusi terhadap permasalahan pengintegrasian soft skills melalui struktur kurikulum pendidikan kejuruan kelompok bidang mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif, agar pendidikan kejuruan tetap memiliki posisi dan peran yang menentukan dalam pembangunan bangsa secara konsisten dan terus menerus dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kekuatan kepribadian dan bekerja secara efektif dan profesional di tempat kerja. Karena itu kebijaksanaan yang mungkin dapat dipikirkan adalah: 1. Mensosialisasikan kepada guru cara menyusunmengembangkan perangkat pembelajaran soft skills yang terintegrasi melalui pembelajaran pada materi pelajaran yang diampu, mulai dari tahap perancangan yang diawali dengan menggali dimensi soft skills dan membuat RPP, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. 2. Bagaimana mengembangkan sistem evaluasi terhadap hasil pengintegrasian soft skills melalui pembelajaran di kelas, tentang pengembangan alat ukur penilaian dalam kelas terhadap individual siswa, instrumen penilaian dalam kelompok, instrumen penilaian kerja sama antar group, kekurangan dan kelemahan baik pada proses maupun hasil nyata, keefektifan pencapaian hasil pembelajaran. Kepustakaan Anonim. 2011, Kurikulum Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Globe National Plus. Tersedia pada: http:www.sekolah globe.sch.idprogramsmkkurikulum. Diakses pada tanggal 26 Maret 2011 Anonim. Reposisi Pendidikan Menengah: Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Sebagai Paranata Pembangunan. Tersedia pada: http:www.scribd.com.doc18906292reposisi-pendidikan . Diakses pada tanggal 21 Desember 2010. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPENAD. 20010. Lampiran Krisis Karakter di Indonesia. Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan. Mei 2010, Th XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY. Hlm 41 – 58 Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim. 2009. Tersedia pada: http:www.jatimprov.go.idindex.php?option=com contenttask=viewid=5686Itemid=2. Diakses pada 21 09 2010 Hutapea, Parulina dan Thoha, Nurianna. 2008. Kompetensi Pluss Teori, Desain, Kasus, dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis. Jakarta: PT Gramedia Office of Disability Employement Police ODEP.________. Essential Skills to Getting A Job, Whot Young People With Disability Need to Know. Tersedia pada: http:www.dol.govodep . Diambil pada tanggal 1 Maret 2009 Syahniar. 2008. Tindakan Pembelajaran yang Berkontribusi terhadap Peningkatan Kemampuan Interpersonal Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan. ISSN 0215-9643 Jilid 15 Nomor 2 Juni 2008 hlm 69 – 134 Biodata Penulis Dr. Sri Wening, M.Pd menjadi staf pengajar di jurusan PTBB FT UNY sejak tahun 1983 sampai dengan sekarang. Bidang keahlian mengajar mata kuliah Pendidikan Konsumen, studi lanjut S2 dan S3 pada bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. No hp 081328859530. Prof. Dr. Belferik Manullang PEMBANGUNAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN Oleh Prof. Dr. Belferik Manullang Abstract The essence of education is character building. The dimensions of character are consists of learning attitude, scientific mindset, and competencies. The establishment of attitude starts from thought, action and habit. The establishment of scientific thinking start from the level of practical, theoretical and the essential scientific philosophical. Establishment of competency start from the level of knowledge, skills and abilities as a high level art. The role of learning is to develop attitudes, mindsets and competency in a comprehensive manner into the highest level. The achievements show that character building is the essence of education . So the ‘process oriented’ in learning creative learning more important than ‘content oriented’. Because ‘process learning oriented’ increase the character changing internally. Keywords: Character, Attitude, Mindset, and Competencies, Creative Learning. Abstrak Esensi pendidikan adalah pembentukan karakter. Dimensi karakter dalam pembelajaran terdiri dari pembentukan sikap, pola pikir ilmiah, dan kompetensi. Pembentukan sikap terdiri dari pemikiran, tindakan dan pembiasaan. Pembentukan pola pikir ilmiah terdiri dari ilmiah praktis, ilmiah teoretis dan ilmiah esensial filosofis. Pembentukan kompetensi terdiri pengetahuan, keterampilan dan abiltas kemampuan tingkat tinggi sebagai sebuah seni. Pembelajaran bertugas membentuk sikap, pola pikir dan kompetensi secara komprehensif yakni sampai ke tingkat yang paling tinggi. Ketercapaian demikian menunjukkan pembelajaran sebagai inti pendidikan yakni pembentukan karakter. Untuk itu pembelajaran “orientasi proses” lebih penting dari pada “orientasi konten”. Sebab dalam pembelajaran orientasi proses terjadi proses internalisasi yang membawa perubahan karakter kepribadian. Kata kunci: Karakter, Sikap, Pola Pikir dan Kompetensi, Pembelajaran Orientasi Proses.

1. PENDAHULUAN

a. Krisis bangsa adalah krisis sumber daya manusia. Oleh sebab itu jika bangsa ini sedang mengalami krisis dapat diasumsikan bahwa pembangunan pendidikan belum berhasil membangun karakter bangsa. Bung Karno mengatakan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter character building. Karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Kalau character building tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli. Krisis bangsa adalah krisis karakter. Sebuah bangsa akan menjadi bangsa yang kasihan bila karakter bangsa masih belum terbangun dengan baik. Kahlil Gibran mengakatan “kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya, memakan roti dari gandum yang tidak ia panen, dan meminum anggur yang ia tidak memerasnya. Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi ketika tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun”. Bahkan dalam bentuk yang hampir sama Prof. Dr. Belferik Manullang mengatakan bahwa “Titik sentral krisis bangsa adalah krisis karakter disebut krisis dimensi spiritual dalam kepribadian manusia. Krisis yang hampir merambah seluruh lini kehidupan sebenarnya, berasal dan bermuara pada krisis spiritual”. Hasil studi baru mengindikasikan bahwa sukses abad 21 tergantung optimalisasi dimensi spiritual, Paul Brunton. Schumacher mengatakan bahwa krisis ekonomi, bahan bakar, makanan, lingkungan, maupun krisis kesehatan, dan yang lainnya, justeru berangkat dari krisis spiritual. b. Krisis karakter dari perspektif pendidikan dapat dilihat dari dimensi sikap, pola pikir, kecerdasan dan kompetrensi. Sikap adalah habitual manusia atau masyarakat dalam bentuk thought, action and habit. Sering juga disebut think rightly, act rightly and live rightly. Pola piker adalah kualitas mindset ilmiah sebagai pengaruh pendidikan untuk memahami dan memecahkan berbagai masalah. Pola pikir bisa dalam bentuk ilmiah praktis, ilmiah teoretis dan ilmiah esensial. Kecerdasan adalah kemampuan diri pribadi secara psikologis menghadapi berbagai permasalahan kehidupan. Kecerdasan ini bisa dalam bentuk cerdas intelektual IQ, cerdas emosional EQ dan cerdas spiritual SQ. Kompetensi adalah kemampuan profesional dalam bekerja menjalankan tugas. Kompetensi ini bisa dalam bentuk knowledge, skill and abilities.

2. ESENSI

PENDIDIKAN a. Sentra kehidupan menurut Ernesto adalah manusia. Ia mengatakan bahwa “The human being is the center and yardstick of everything” Manusia dengan segala sifat‐sifatnya adalah pusat dan ukuran segalanya. Selanjutnya dikatakan bahwa “if you dig very deeply into any problem, you will get people” ‐ Jika anda menggali secara mendalam setiap persoalan maka anda akan menemukan akar masalahnya adalah orang. Ini berarti bahwa kualitas kehidupan secara universal ditentukan oleh kualitas manusia. b. Tugas utama pendidikan adalah membangun manusia berkualitas, yakni menjadi manusia berkarakter. Manusia berkualias untuk bangsa Indonesia adalah mereka yang terdidik memiliki karakter Pancasila. Pendidikan disebut juga memanusiakan manusia, sebab manusia telah memiliki potensi kemanusiaan. Plato mengatakan bahwa if you ask what is the good of education, in general, the answer is easy, that education makes good men, and that good men act nobly, ‐ Jika anda menanyakan pendidikan yang baik, jawabannya sederhana yakni membuat orang menjadi baik, dan orang yang baik cenderung bertindak mulia. Sathya mengatakan bahwa “the end of education is character. Harrel mengatakan attitude. In education character or attitude is everything. Harrel mengatakan Your character or attitude today, determine your succes tomorrow. Kepribadian, karakter, atau sikap memiliki substansi yang sama. Kepribadian menggambarkan apa adanya. Karakter adalah perilaku relatif permanen, yang dimaknai bersifatnya baik atau kurang baik. Sikap adalah perilaku relatif permanen yang dimaknai dengan sikap positif atau sikap negatif. Dalam kehidupan manusia yang utama adalah karakter. Keutamaannya diutarakan seperti berikut. Jika kekayaan sirna, sesungguhnya tidak ada yang hilang, karena karakter mengutamakan kekayaan budi pekerti. Jika kesehatan yang hilang, sesuatu telah hilang, karena karakter memerlukan kesehatan jiwa dan raga. Jika karakter yang hilang, maka segala ‐galanya telah hilang, karena karakter adalah roh kehidupan. Education without character, worship without sacrifice, wealth without effort, politic without principles – Prof. Dr. Belferik Manullang these sins are the basis for all misery in the world, ‐ pendidikan tanpa karakter, ibadah tanpa pengorbanan, kekayaan tanpa usaha, politik tanpa prinsip, dosa‐dosa yang merupakan dasar kesengsaraan di dunia. Education should be the life breath of human beings. By converting education into a means of earning a livelihood, people are forgetting the meaning of life. Character determines life. It is pure and holy. without character how can man lead a worthwhile and sacred life? Sathya. c. Kehidupan membangun karakter manusia. Itulah alasannya kehidupan disebut juga pendidikan, dan pendidikan disebut kehidupan. Sebab selama masih ada kehidupan, di sana ada pendidikan. Tetapi harus diingat, bahwa kehidupan menjadi pendidikan jika mengandung nilai pedagogis untuk membentuk karakter. Nilai pedagogis membuat dunia kehidupan berputar ke arah positif. Dalam pendidikan disebut ada hukum penuaian yakni law of the harvest in education” sow a thought, reap an action, sow an action, reap a habit, sow a habit, reap a character, sow a character, reap a dignity. Bernard Show d. Pendidikan berperan meningkatkan kualitas manusia untuk membangun masa depan, termasuk masa depan bangsa. Ternyata, masa depan bukan sebuah tempat yang akan dituju, melainkan dibangun. Lintasan menuju ke sana belum tersedia melainkan harus dibuat. Pembuatan lintasan itu menghasilkan perubahan, bagi si pembuat dan masa depan. Proses pembuatan lintasan ini membutuhkan karakter sekaligus perubahan karakter. Karakter yang baik membangun masa depan yang lebih baik. Jadi, karakter menentukan kualitas masa depan e. Hidup dengan kekuatan hati. Setiap orang membutuhkan kekuatan hati dalam kehidupan, terutama ketika mereka sedang menghadapi tantangan ataupun kekecewaan. Oleh sebab itu, jika ingin mengukur manusia berkualitas, maka pita pengukur mestinya diletakkan di sekeliling hatinya bukan di kepala. Kekuatan hati inilah yang disebut the spirit of goodness. To change the world, we first, have to change ourselves. Bila ada cahaya di dalam jiwa, ada kecantikan di dalam pribadi. Bila ada kecantikan di dalam pribadi, ada harmoni di dalam rumah. Bila ada harmoni di dalam rumah ada ketertiban di dalam masyarakat dan Negara. Bila ada ketertiban di dalam masyarakat dan negara .ada kedamaian di dunia . “Your attitude create the world” f. Belajar dari kesuksesan pemimpin top dunia baik dalam pemerintahan, akademisi, pengusaha maupun tokoh‐tokoh spiritual. Bukti menunjukkan bahwa spiritual adalah landasan utama kehidupan untuk sukses memajukan lembaga, menciptakan dan mewujudkan visi, misi, dan strategi. Analisis diri dan lingkungan adalah landasan meraih sukses. Itulah rahasia sukses, termasuk cara mengubah kegagalan untuk meraih kesuksesan. g. Hati dengan karakter yang baik seharusnya mengendalikan kehidupan. Mata dapat melihat, tetapi tidak bisa mendengar dan berbicara. Telinga dapat mendengar, tetapi tidak bisa berbicara dan melihat mulut dapat berbicara tetapi tidak bisa melihat dan mendengar. Tetapi hati dapat melihat, mendengar, dan berbicara.

h. Simpulannya

ialah dengan karakter sikap, atau kepribadian yang baik, kehidupan bergerak ke arah positif. Karakter adalah sifat‐sifat yang sesuai dengan norma yang dianut. Prof. Dr. Belferik Manullang Norma yang menjadi acuan karakter bangsa adalah nilai Pancasila. Tugas pendidikan adalah pembentukan karakter sebab obyek forma ilmu pendidikan adalah pembentukan karakter. Jika ada pendidikan yang justeru merusak karakter maka pendidikan itu tidak lagi bersifat pedagogis melainkan disebut demagogis.

3. KURIKULUM

DAN PEMBELAJARAN a. Kur ikulum dapat dim aknai sebagai suat u dokum en at au r encana t er t ulis m engenai k ualit as pendidik an y ang harus dim ilik i oleh pesert a didik m elalui suat u pengalam an belaj ar . Penger t ian ini m engandung ar t i bahw a kur ikulum har us t er t uang dalam sat u at au beber apa dokum en at au r encana t er t ulis. Dokum en at au r encana t er t ulis it u ber isikan per nyat aan m engenai kualit as yang har us dim iliki seor ang peser t a didik yang m engik ut i k urik ulum t ersebut . Aspek lain dar i m akna kur ikulum adalah pengalam an belaj ar. Pengalam an belaj ar di sini dim aksudkan adalah pengalam an belaj ar yang dialam i oleh peser t a didik seper t i t elah dir encanakan. Pengalam an belaj ar adalah konsekuensi langsung dar i dokum en t er t ulis yang dikem bangkan oleh dosen. Dokum en t er t ulis yang dikem bangkan dosen dinam akan Rencana Per kuliahan. Pengalam an belaj ar m em ber ikan dam pak langsung t er hadap hasil belaj ar m ahasisw a. Oleh kar ena it u j ika pengalam an belaj ar t idak sesuai dengan r encana t ert ulis m ak a hasil belaj ar yang diper oleh peser t a didik t idak dapat dikat akan sebagai hasil dar i k urik ulum . Dalam pemahaman seperti ini, kurikulum mengandung rencana pembelajaran berkarakter supaya proses pembelajaran efektif membangun karakter. Kurikulum bertaraf internasional adalah kurikulum yang merancang pembelajaran untuk sampai kepada pembentukan karakter internasional, yakni sikap habitual positif, pola pikir ilmiah esensial, dan kompetensi abiliti. b. Pembelajaran mengemban tugas mendidik, membelajarkan dan melatih. Mendidik membentuk sikap. Membelajarkan membangun pola pikir ilmiah. Dan melatih memberikan kompetensi. Pembelajaran, baik dalam tugas mendidik, membelajarkan dan melatih harus berkarakter. Pembelajaran dengan tugas mendidik membangun sikap pada tahapan thought, action, habit. Thought adalah sikap dalam bentuk penalaran, atau berupa pendapat tentang sesuatu. Action adalah sikap dan karakter dalam bentuk tindakan nyata atas kendali penalaran. Habit adalah sikap berupa kebiasaan hidup. Gandhi mengatakan think rightly, act rightly and live rightly. Pembelajaran adalah inti pendidikan, artinya dalam pembelajaran selalu harus ada unsur mendidik. The essence of education is to recognize truth. All branches of learning are like rivers. The spiritual learning is the like ocean. All rivers go and merge into the ocean. When they merge in the ocean, the rivers lose their individually completely. Sathya. Quantum teaching, Quantum learning, Genius learning adalah model pembelajaran yang berkarakter terutama karena dilakukan dengan melibatkan hati teaching with a heart. Seluruh atmosfir dan aktivitas belajar yang diperuntukan untuk transformasi nilai seharusnya meliputi tought, action and habit. c. Jika merujuk kepada perubahan‐perubahan kurikulum di sekolah‐sekolah pada dasarnya hambatan efektivitas pembelajaran ada pada tahap implementasi. Kurikulum 1975 model pembelajaran disebut PPSI Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional. Kurikulum 1984 dengan model pembelajaran CBSA Cara Belajar Siswa Aktif. Kurikulum 1994 dengan model pembelajaran PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Kurikulum 2004 berbasis KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan model Prof. Dr. Belferik Manullang pembelajaran CTL Contextual Teaching and learning. Pada dasarnya semua model itu bisa efektif membangun karakter, tergantung apakah pembelajaran berorientasi proses. Kurikulum manapun yang dipakai semala ini hampir tidak ada perubahan, pembelajaran tetap saja berorientasi konten. d. Pembentukan sikap, karakter, atau kepribadian dapat dibangun melalui kecerdasan yakni kecerdasan intelektual IQ, emosional EQ dan spiritual SQ. IQ mengacu kepada kecepatan dan ketepatan memahami dan menyelesaikan persoalan. Brunton mengatakan Intellectual abilities is the capacity to do mental activities, thinking, reasoning, and problem solving. dimensions of intellectual ability; number, aptitude, verbal comprehension, perceptual speed, inductive reasoning, deductive reasoning, spatial visualization, memory, ‐ Cerdas intelektual berarti memiliki ketepatan dan kecepatan melakukan aktivitas mental, berfikir, penalaran, dan pemecahan masalah. dimensi kemampuan intelektual, numerik, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, memori. EQ mengacu pada kemampuan personal dan interpersonal. Indikator kecerdasan emosional antaralain berempati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. SQ mengacu pada sifat‐sifat mulia dan nilai‐nilai kemanusiaan. SQ adalah kecerdasan untuk menyelesaikan masalah makna dan nilai. Kecerdasan untuk memposisikan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menaksir bahwa suatu tindakan atau jalan hidup tertentu lebih bermakna ketimbang yang lain. SQ adalah fondasi yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. Simpulannya ialah pembelajaran berkarakter membangun sikap melalui tahapan thought, action and habit, termasuk kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. e. Pembelajaran membangun pola pikir ilmiah, yakni ilmiah praktis, ilmiah teoretis, dan ilmiah filosofis. Ilmiah praktis adalah kebenaran berdasarkan akal sehat commonsence dengan koherensi sederhana, korespondensi luas. ilmiah teoretis adalah koherensi komprehensif dengan korespondensi validitas tinggi. Ilmiah filosofis, dengan koherensi mendalam dan menyeluruh dengan korespondensi kontekstual. Pergeseran pola pikir ilmiah filosofis, ilmiah teoretis sehingga mengutamakan pola pikir ilmiah praktis secara fenomenal, mengakibatkan perubahan nilai hidup dari derajat kualitatif spiritual menjadi kuantitatif materialistik. Derajat moralitas manusia menurun karena sikap memberdayakan kemajuan teknologi yang mendorong moral persaingan, kerusakan kerjasama, kembali ke hukum rimba. Lingkungan hidup menjadi disharmonis. Simpulannya ialah pembelajaran berkarakter dalam kelas, di lab, dan seluruh aktivitas belajar yang membangun pola pikir, mencakup pola pikir ilmiah filosofis, ilmiah teoretis dan ilmiah praktis f. Fungsi pembelajaran sebagai pelatihan untuk memberi kompetensi. Slocum mengatakan, “A competency is an interrelated cluster of knowledge, skills and abilities need by individual to be effective”. Kompetensi knowledge adalah penguasaan konsep ilmu dan Prof. Dr. Belferik Manullang teknologi secara benar tentang sesuatu objek. dikategorikan sebagai kemampuan intelektual. Dalam taksonomi Bloom disebut kognitif. Kompetensi skill ialah kemampuan melakukan secara benar konsep ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam taksonomi Bloom disebut psikomotor. Kompetensi abilities adalah internalisasi kompetensi skill secara benar menjadi kebiasaan yang mempribadi. Abilities komptensi paripurna adalah mereka yang menguasai konsep ilmu dan teknologi secara benar, melakukannya dengan benar, dan menjiwainya dengan benar. Simpulannya ialah pembelajaran berkarakter membangun komptensi secara bertahap, yakni knowledge, skill and abilities g. Kementerian Pendidikan Nasional mengemukakan ada empat sumber budaya karakter bangsa Indonesia yakni agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan dengan mengidentifikasi sejumlah nilai yang perlu diinternalisasi seperti nilai religious , kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, kemandirian, demmokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social dan bertanggungjawab. Cara mengidentifikasi seperti ini seolah‐ olah mengasumsikan kepribadian manusia seperti sebuah tabung. Seluruh sifat‐sifat akhirnya menyatu menjadi sebuah profil pribadi yang unik.

h. Simpulannya

ialah pembelajaran harus menjadi inti pendidikan yakni memiliki transformasi nilai pedagogis. Semua tujuan pembelajaran seperti pembentukan sikap, pembentukan pola pikir ilmiah, ataupun pemberian kompetensi harus sampai kepada pembentukan karakter. Sikap yang berkarakter sampai kepada habit, pola pikir ilmiah berkarakter sampai ke tingkat ilmiah filosofis, dan kompetensi berkarakter sampai ke tingkat abilities. Kurikulum didesain sesuai dengan karakteristik tersebut. 4. PERAN GURU

a. Dear,

teachers When you teach the children, you must remember that you are engaged in a noble task for the sake of the children entrusted to your care, Sathya – Guru‐guru yang baik Ketika anda mengajar anak‐anak, anda harus ingat bahwa anda terlibat dalam suatu tugas mulia demi anak‐anak yang dipercayakan untuk anda urus. Jansen Sinamo mengemukakan 8 etos keguruan 1 Pekerjaan guru adalah suci itu adalah panggilanku, sehingga saya bisa bekerja benar. 2 Pekerjaan guru itu sehat itu adalah aktualisasiku, sehingga saya bisa bekerja keras. 3 Pekerjaan guru itu rahmat dan itu adalah terima kasihku, sehingga saya bida bekerja dengan tulus, 4 Pekerjaan guru itu amanah dan itu adalah tanggungjawabku, sehingga saya bisa bekerja tuntas, 5 Pekerjaan guru itu seni, itu adalah kesukaanku, sehingga saya bisa bekerja kreatif, 6 Pekerjaan guru itu ibadah, itu adalah pengabdianku, sehingga saya bisa bekerja serius, 7 Pekerjaan guru itu mulia, itu adalah pelayananku, sehingga saya bisa bekerja sempurna, 8 Pekerjaan guru itu kehormatan, itu adalah kewajibanku, sehingga saya bisa bekerja unggul. Guru harus memiliki karakter pedagogis, dengan IESQ yang dikendalikan oleh SQ

b. Guru

efektif menyelenggarakan pembelajaran berkarakter jika guru yang bersangkutan memiliki karakter pedagogis dalam menjalankan tugasnya. Guru tanpa karakteristik pedagogis. 1 Profesi yang dapat hilang dari kepribadian, 2 Pilihan rasional, 3 Orientasi kepuasan material merupakan prioritas, 4 Peran utama pengajar, 5 Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, 6 Fokus pada dirinya, keinginan dan kebutuhannya, 7