Pengembangan Penelitian Sastra Memberikan Persepsi Positif bagi Siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 218 ruang gerak dan pengaruh luas pada tataran yang lebih luas lagi. Perluasan tersebut terjadi secara tidak langsung dengan menyebarnya nilai-nilai seni budaya yang terkandung di dalam karya sastra tersebut manakala terjadi interaksi dengan pembacanya secara lebih luas. Dengan demikian, proses pelestarian budaya Jawa bisa dikembangkan dan dilestarikan. Hal yang lebih mudah dilaksanakan adalah lewat pendidikan’ pem- belajaran sastra di sekolah. Dengan proses pembelajaran apresiasi sastra pelestarian seni dan budaya bisa sangat efektif. Penanaman nilai-nilai luhur budaya Jawa bisa dilakukan secara efektif, terus-menerus , dan bersinambung dengan apresisasi karya sastra novel tersebut.

5. Pengembangan Penelitian Sastra

Pada ranah penelitian ilmiah, hasil penelitian ini bissa dijadikan rujukan untuk meningkatkan kualitas penelitian ilmiah, khususnya pada kajian sosiobudaya. Sebagaimana diketahui landasan teoritis penelitian ini bergantung pada teori sosiologi sastra. Dalam batas tertentu, landasan teoritis ini menampakkan apa yang disebut oleh Ignas Kleden sebagai oportunis epistemologis. Oportunis epistemologis, meurut Ignas Kleden adalah sebagai topeng atau tameng mencari selamat untuk mudah dan enaknya saja dalam penelitian serta wahana untuk melepaskan tanggung jawab teoritis dalam sebuah penelitian. Untuk itu penelitian ini bisa dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan datang bagi mahasiswa untuk memotivasi mencari landasan teoritis yang lebih kukuh, dalam arti terhindar dari oportunis epistemologis sehingga akan menghasilkan penelitian yang lebih berkualitas.

6. Memberikan Persepsi Positif bagi Siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 219 Kualitas sekolah modern ditentukan dari berapa banyak pembelajaran beraroma global. Para siswa dicekoki dengan berbagai disiplin ilmu yang cenderung bersifat teknologi dan ilmu pasti, materi pendidikan pun kini diberikan dalam bahasa asing. Tidak tanggung-tanggung, terkadang tidak hanya dalam satu bahasa asing saja, melainkan bisa dalam dua atau lebih bahasa asing untuk sekolah-sekolah berstandar internasional. Pendidikan hanya dilihat dalam ukuran lulus atau tidak lulus. Proses belajar tidak dibangun dalam bentuk interaksi dua arah yang efektif, melainkan hanya berupa kegiatan di mana guru menyampaikan materi dan tidak melibatkan siswa untuk berlaku produktif dalam pembelajaran, kususnya pembelajaran sastra. Mendudukkan pembelajaran sains sebagai prioritas utama secara tidak langsung menanamkan persepsi bahwa bembelajaran sastra menjadi nomor dua atau tidak penting, bahkan cenderung dilupakan. Padahal dengan mempelajari karya sastra setidaknya siswa menyerap tiga aspek penting, yaitu wirama, wirasa, dan wiraga. Wirama adalah keindahan bunyi yang bisa ditemukan dalam kata-kata yang indah dan puitis yang terdapat dalam karya sastra. Wirasa adalah sensasi yang timbul sebagai efek dari stimulusnya mata dan telinga dengan unsur-unsur keindahan tadi. Dan wiraga adalah struktur kepribadian utuh sebagai hasil yang dibangun dari “rasa” sebagai landasan pijakan. Wiraga bukan hanya diindikasikan dari perkembangan fisik dan intelektual semata, melainkan juga pertumbuhan mental, jiwa, semangat yang selalu dalam proses kreatif dan inovatif. Jika dari awal guru, dan semua pihak pelaku pendidikan, para pembuat dan pelaksana kebijakan, bahkan masyarakat umum sudah memberikan pemahaman perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 220 pentingnya siswa mempelajari karya sastra, dan sekolah bukanlah pabrik yang mencetak murid dengan paramer angka maka siswa akan lebih memahami bahwa dengan mempelajari karya sastra akan berfungsi melahirkan manusia-manusia unggul dengan adab yang lebih bertingkat.

7. Cermin Pendidikan Masyarakat Pembaca