Pengertian Sastra Hakikat Sastra

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 11 kata lain, sebuah karya sastra merupakan suatu kemungkinan untuk menciptakan kosmos tertentu, suatu dunia baru yang kurang lebih otonom, bukan sekadar wujud tiruan dari kenyataan yang khaos tersebut, melainkan dalam rangka melampauinya. Pada sisi lain, jika dilihat dari aspek semiotik, cara pandang seperti yang digambarkan di atas akan melihat karya sastra sebagai hasil daya upaya penciptaan kreatif yang bertumpu pada suatu pendekatan yang masih dapat dimengerti secara inderawi, bahwa karya sastra adalah penampakan visual yang terbuat dari rajutan unsur-unsur yang terbatas di mana dunia rekaan yang ditampilkannya disebut sebagai teks, yakni sejenis bangunan yang tersusun oleh elemen-elemen tanda yang saling berkaitan dan membentuk semacam struktur yang utuh.

a. Pengertian Sastra

Teeuw 1988:23 memberikan pendapat tentang kata “sastra” dari beberapa bahasa. Dalam bahasa Inggris dan Jerman sastra disebut dengan literature, dalam bahasa Perancis literature,yang kesemua itu dari bahasa Yunani yaitu literatura terjemahan dari gramatika. Literature dan gramatika berasal dari kata littera dan gramma yang berati”huruf” dan “tulisan”. Dalam bahasa Perancis menggunakan kata letter , di Belanda menggunakan kata geletterd yanng berarti orang yang berperadaban dengan kemahiran khusus dalam bidang sastra. Lierature dalam bahasa barat modern kemudian diartikan sebagai segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis. Teeuw 1988:41 membuat kesimpulan tentang sastra, bahwa tidak ada kriteria yang jelas yang dapat diambil dari perbedaan pemakaian bahasa lisan dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 12 bahasa tulis untuk membatasi sastra sebagai gejala khas. Ada pemakaian bahasa lisan dan tulis dalam sastra, dan sebaliknya ada sastra tulis dan sastra lisan. Sastra adalah ciptaan visual yang lahir dari segala kemungkinan yang berkaitan dengan dunia yang berada di luar diri pengarangnya. Ia adalah penampilan dari dunia eksterior sehingga pembacaan dan pemahaman atas makna tak bisa dilepaskan dari bagaimana proses terbentuknya kenyataan sosial yang ditampilkannya. Seperti yang ditegaskan Hoggart dalam. Teeuw, 1988:237: Good literature recreates the sense of life, its weight and texture. It recreates the experiential wholeness of life and the social life, the object- laden world. It creates these things all together and interpenetrating, as they do in the lives we live ourselves….. Good literature recreates the immediecy of life. “Sastra yang baik menciptakan kembali rasa kehidupan, bobotnya dan susunannya. Menciptakan kembali keseluruhan hidup yang dihayati, kehidupan emosi, kehidupan budi, individu maupun sosial, dunia yang sarat objek. Hal ini diciptakannya bersama-sama dan secara saling berjalinan. Seperti terjadi dalam kehidupan yang kita hayati sendiri. … Sastra baik menciptakan kembali kemendesakan hidup.” Teeuw 1988:237 menegaskan pendapat Hoggart, bahwa dalam arti lain karya rekaan merupakan dokumen sosial, yang lebih dulu disebut jalan keempat kebenaran: lewat sastra pembaca seringkali jauh lebih baik dari lewat tulisan sosiologi mana pun juga, dapat menghayati hakikat eksistensi manusia dengan segala permasalahannya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 13 Sastra sebagai sebuah karya rekaan merupakan analisis dan pengamatan pengarang terhadap kondisi sosial suatu masyarakat. Suatu realitas dengan kondisi sosial yang kompleks yang tak pernah usai untuk diperbincangkan, diperdebatkan, dan dicarikan jalan ke luarnya. Problem kehidupan dengan cara menyiasati dan menyelesaikannya dikemas pengarang dengan sentuhan imajinasi yang membuat sebuah karya sastra lebih bermakna, sehingga dapat menjadi bahan renungan pembacanya. Sebagaiman dikatakan Muchtar Lubis bahwa pengarang menulis tentang hati manusia, yang utuh dan retak, tentang keberanian dan kepengecutan, kesetiaan dan pengkhianatan, kebenaran dan kepalsuan, kejujuran dan kebohongan, konflik dan keselarasan, kehormatan dan kehancuran martabat, kemuliaan dan kenistaan. Juga tentang kemanusiawian dan kebinatangan manusia itu sendiri. Dari beberapa pengertian sastra di atas, sastra dapat didefinisikan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Abrams dengan pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, dan pendekatan pragmatik Teeuw, 1988:50. Dijelaskan bahwa pendekatan objektif memandang bahwa sastra didefinisikan sebagai karya seni yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Pendekatan ekspresif melihat karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imajinasi sastrawan. Berdasar pendekatan mimetik, karya sastra dianggap sebagai tiruan alam, tiruan kehidupan, dan tiruan kenyataan. Sementara itu, pendekatan pragmatik memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, seperti nilai-nilai atau ajaran kepada pembaca. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 14 Menurut Wicaksono Adi 2005:35, sastra, baik itu prosa, puisi, maupun drama, pada dasarnya adalah sebuah teks yang mengandung hubungan-hubungan tanda, baik secara internal yang memunculkan makna tekstual dan secara eksternal sering disebut sebagai makna referensial. Sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan tersebut. Sastra mempunyai dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek isi. Aspek bentuk adalah hal-hal yang menyangkut objek atau isi karya sastra, yaitu pengalaman hidup manusia, seperti sosial budaya, kesenian, cara berpikir suatu masyarakat, dan sebagainya. Aspek isi inilah sebenarnya yang paling hakiki, sebab bahasa hanya sebagai wadah atau medianya saja. Atar Semi 1990:8 mengatakan bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dengan demikian, sastra sebagai karya kreatif harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan-kebutuhan keindahan manusia. Sastra harus pula menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia.

b. Manfaat Sastra