Sosiologi Sastra Hakikat Sosiologi Sastra

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 45

a. Sosiologi Sastra

Sosiologi jika dilihat dari objek kajiannya mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya, bukan suatu segi khusus masyarakat. Sosiologi terutama berhubungan dengan sendi-sendi tentang interaksi antara manusia, syarat-syaratnya, dan akibat-akibatnya. Mengajarkan bagaimana hidup berkawan, bermasyarakat, atau bagaimana mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan dengan siapa ia mengadakan interaksi D.A. Wila Huki, 1986:31. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri dalam keterasingan, melainkan hidup dengan manusia lain dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Mereka mengaitkan diri lebih dekat dengan beberapa orang daripada yang lain dan mengembangkan perasaan bersama dengan mereka serta lingkungan geografis di mana mereka tinggal. Seperti yang dipaparkan Piaget dalam Goldman, 1981:6 bahwa manusia di dalam hubungannya dengan masyarakat mencoba mendapatkan keseimbangan antara masyarakatnya dengan lingkungan hidupnya, bertentangan tetapi cepat lambat proses saling melengkapi akan terwujud. Pendapat Goldman di atas dipertegas Faruk 2005:13, bahwa manusia dan lingkungan sekitarnya yang selalu berada dalam proses strukturisasi timbal balik yang saling bertentangan tetapi sekaligus saling isi-mengisi. Tak berbeda dengan sosiologi, sastra juga berbicara tentang manusia dalam masyarakat, usaha manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sastra juga membicarakan hubungan manusia dengan keluarga, lingkungnnya, politik, negara, idiologi, dan perilaku sosialnya. Dalam hal ini, karya sastra dianggap sebagai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 46 gambaran struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain Maman S. Mahayana, 2005:335. Pengarang adalah anggota masyarakat yang hidup dan berelasi dengan masyarakat lain di lingkungannya. Sastra sebagai produk dari pengarang dapat dikatakan terikat dengan masyarakat Jakob Sumardjo, 1985:15. Pengarang dalam keterikatannya dengan masyarakat mengungkapkan kondisi sosialnya secara impresionis, diformulasikan dengan pandangan tertentu, atau bahkan memberikan reaksi sebaliknya. Karya sastra dianggap sebagai potret kehidupan masyarakat dan gambaran semangat zamannya, akan tetapi ketika pengarang menjaring ide untuk mengambil bahan dari lingkungan masyarakatnya, baik kondisi kultur, pandangan hidup, dan selera masyarakatnya tidak mesti digambarkan apa adanya, hal ini dapat ditafsirkan sebagai masyarakat dalam karya yang bersangkutan yang berkaitan dengan latar sosio-budaya pengarangnya. Dengan demikian sosiologi berfungsi sebagai alat bantu untuk memahami berbagai aspek sosial yang menjadi muatan karya sastra. Novel sebagai salah satu genre prosa kiranya menjadi tempat yang tepat untuk biasan-biasan dari kenyataan sosial yang ada di sekitarnya. Dengan dukungan bahasa dan susunan kalimat yang demikian dapat memferbalkan, menggambarkan, dan menafsirkan bentuk-bentuk tindak perilaku dari tokoh-tokoh yang berperan dalam serangkaian jalinan cerita. Grebstain dalam Maman S. Mahayana, 2005:338 mengungkapkan: pemahaman atas karya sastra hanya mungkin dapat dilakukan secara lebih lengkap apabila karya itu tidak dipisahkan dari lingkungan, kebudayaan, atau peradaban yang menghasilkannya. Dikatakannya juga bahwa karya sastra adalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 47 hasil pengaruh yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural. Pernyataan Grebstain memberikan isyarat bahwa perlunya mengkorelasikan faktor sosio-budaya dalam upaya memahami karya sastra secara lengkap. Melihat gelagat demikian kiranya sosiologi akan mampu menjelaskan aspek-aspek unik dalam karya sastra. Sapardi Djoko Damono 1984:8 memberi penegasan bahwa tanpa sosiologi pemahaman tentang sastra belumlah lengkap. Penelitian sosiologi sastra sudah banyak dilakukan oleh ahli sastra. Sastra dijadikan sebagai objek kajian karena sastra dianggap sebagai produk dari masyarakat. Sosiologi sastra menurut Umar Junus 1986:2 adalah pendekatan yang menghubungkan antara struktur karya sastra dengan masyarakat. Keterjalinan karya sastra dengan masyarakat tidak akan berhenti sepanjang masa. Menurut Eagleton dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003:34, karya sastra selalu ditulis kembali pada zamannya, meskipun tidak secara disadari. Sapardi Djoko Damono 1984:2 mengungkapkan bahwa ada dua kecenderungan dalam telaah sosiologi sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan ceminan proses sosial ekonomi belaka. Menurutnya, pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra, sastra hanya berharga dalam hubungan dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Tambahnya lagi, dalam penelitian ini teks sastra tidak dianggap utama, ia hanya merupakan epiphenomenon gejala kedua. Pendekatan yang kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 48 sosial di luar sastra. Wellek dan Warren 1989:110-111 membuat klasifikasi sosiologi sastra menjadi tiga, yaitu: Pertama, sosiologi pengarang yang memasalahkan tentang status sosial, idiologi politik, dan lain-lain yang menyangkut pengarang termasuk sikap hidup dan latar belakangnya. Kedua, sosiologi karya sastra yang memasalahkan tentang karya sastra yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuannya atau apa yang hendak disampaikan. Ketiga, sosiologi sastra yang memasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. Klasifikasi yang dimunculkan Wellek dan Warren tersebut tidak banyak berbeda dengan klasifikasi yang dibuat oleh Ian Watt dengan melihat timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Ian Watt dalam Sapardi Djoko Damono, 1984:3-4 merancang telaah sosiologi sastra yang mencakup: Pertama, konteks sosial pengarang, yang berkaitan dengan posisi sosial pengarang dalam masyarakat dan pembaca. Dalam pokok masalah ini termasuk faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mengetahui isi karyanya. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat yang mengkaji masalah sampai di mana sastra dianggap sebagai cermin dari keadaan masyarakat. Dalam kajian ini sastra tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada saat karya sastra tersebut ditulis, sebab ciri-ciri masyarakat yang dimunculkan dalam karya sastra tersebut sudah tidak berlaku lagi pada saat ditulis. Ketiga, fungsi sosial sastra yang memasalahkan sampai seberapa jauh nilai sastra yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai sarana pendidikan masyarakat pembaca. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 49 Berpijak pada beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa tujuan penelitian sosiologi sastra adalah untuk mendapatkan deskripsi yang utuh dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara sastrawan sebagai penghasil karya, karya sastra, dan masyarakat. Karena pendekatan sosiologi terhadap karya sastra bertolak dari anggapan bahwa karya sastra adalah cermin dari zaman di mana karya tersebut diciptakan.

b. Aspek Budaya