Pengertian Novel Hakikat Novel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 17 kenyataan yang menyampaikan sisi kehidupan manusia dan masalahnya karena karya sastra sesungguhnya lebih bersifat subjektif. Namun, melalui penghayatan dalam memahami karya sastra pembaca akan lebih dalam mengenal kehidupan sosial dan cara-cara manusia menghayati kehidupan dengan perasaannya.

2. Hakikat Novel

Pada subbagian ini dibahas beberapa hal tentang: a pengertian novel, b struktur novel, dan c unsur-unsur novel

a. Pengertian Novel

Novel sebagai salah satu genre prosa fiksi memiliki keluasan dalam menuangkan gagasan baik dari unsur instrinsik maupun ekstrinsik. Novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Menurut khasanah kesusastraan Indonesia modern, novel berbeda dengan roman. Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran tokoh cerita lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan. Banyak orang memberikan batasan atau definisi novel tetapi hingga kini belum ada patokan yang jelas yang dapat berterima oleh semua pihak. Batasan atau definisi yang diberikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Hal ini karena novel memiliki keluasan wilayah dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 18 mengemban cerita. Novel berasal dari bahasa latin novellas yang berasal dari kata novies yang bermakna baru. Kata baru ini dimaknai sebagai bandingan dari genre sastra yang lain seperti puisi, drama, dan roman. Genre prosa ini muncul kemudian. Berikut ini pengertian novel menurut beberapa ahli. Pengertian novel menurut Jakob Sumarjo adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat. Sementara itu, menurut Herman J. Waluyo 1994:37 novel jauh lebih panjang jika dibanding cerpen, sehingga novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, lebih rinci, lebih mendetail, dan menyajikan sesuatu lebih banyak. Lebih lanjut Herman J. Waluyo mengemukakan bahwa novel mempunyai ciri: 1 ada perubahan nasib dari tokoh cerita; 2 ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya; 3 biasanya tokoh utama tidak sampai meninggal. Dan dalam novel tidak dituntut kesatuan gagasan, impresi, emosi, dan setting seperti dalam cerita pendek. Brooks dalam Henry Guntur Tarigan, 1985:165 memberi kesimpulan bah- wa novel bergantung pada tokohnya, menyajikan lebih dari satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, dan menyajikan lebih dari satu emosi. Goldman dalam Faruk, 1994: 29 mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang terdegradasi pula. Lebih jauh diungkapkan bahwa novel merupakan genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antar sang hero. Stanton 2007:90 mempunyai gambaran sendiri tentang novel, ia mengemukakan bahwa novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 19 situasi sosial yaang sangat rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Itulah yang membedakan novel dengan cerpen. Yang lebih memikat dari novel adalah kemampuannya menciptakan satu semesta yang lengkap sekaligus rumit. Burhan Nurgiyantoro 2002:4 memberikan batasan novel sebagai karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui beberapa unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang tentu saja bersifat imajiner. Ditambahkan bahwa suasana yang digambarkan di dalam novel adalah sesuatu yang realitis dan masuk akal. Kehidupannya digambarkan bukan hanya sebatas kehebatan dan kelebihan tokoh untuk tokoh utama yang dikagumi tetapi juga digambarkan kekurangannya. Jika dilihat dari tebal tipisnya halaman dan jumlah kata yang digunakan, serta jumlah halamannya, Koesno Soebroto dan Sunaryo Basuki 1998:10 memberikan definisi novel sebagai berikut: Novel is a long work of fiction that contaiss than 10.000 word. It is more incidents, settings, characters, and may take place in a long span of time. I may have more than one theme and more conflicts. Novel tends to expan and it is very complex in its structure. It does not finish to be read once a seat as short story because its length develops the character’s problem. Seperti halnya pendapat Koesno Soebroto dan Sunaryo Basuki, Suminto A. Sayuti 2000:7-8 memberikan pengertian novel cerita rekaan dilihat dari beberapa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 20 sisi. Ditinjau dari panjangnya, novel pada umumnya terdiri dari 45.000 kata atau lebih. Berdasarkan sifatnya cerita rekaan bersifat ekspan, meluas yang menitikberatkan pada kompleksitasnya. Sebuah novel tidak akan selesai dibaca dalam sekali duduk, hal ini berbeda dengan cerpen. Dalam novel juga dimungkinkan adanya penyajian panjang lebar tentang tempat atau ruang. Sementara itu, Goldmann dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003:126, memandang karya sastra dalam kapasitas sebagai manifestasi aktivitas kultural. Ia mengungkapkan bahwa novellah karya sastra yang berhasil merekonstruksi struktur mental dan kesadaran sosial secara memadai dengan cara menyajikannya melalui tokoh-tokoh dan peristiwa. Penggunaan tokoh-tokoh imajiner juga merupakan salah satu keunggulan novel dalam usaha untuk merekonstruksi dan memahami gejala sosial, perilaku impersonal, termasuk peristiwa-peristiwa historis. Nampaknya Goldmann tidak mempersoalkan panjang pendek ukuran jumlah kata yang harus dituliskan, tetapi lebih kepada bagaimana sebuah novel secara leluasa mampu menjelaskan dan mencantumkan segala aktifitas mental dan kesadaran sosial. Kepadanya dituntut adanya rekonstruksi gejala sosial, perilaku impersonal, dan peristiwa-peristiwa historis yang dialami tokoh-tokohnya dengan keleluasaan mengelola bahasa. Melengkapi beberapa pendapat para pakar di atas, Jakob Sumarjo 1994:29 memberikan batasan novel sebagai cerita berbentuk prosa dalam ukuran luas. Ukuran yang luas dapat berarti cerita yang alurnya kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun, ukuran luas juga tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 21 unsur fiksinya saja, misalnya tema, sedangkan karakter, setting, dan lain-lainnya hanya salah satu saja. Berdasarkan beberapa pendapat dari para pakar di atas dapat disimpulakan bahwa novel sebagai cerita fiksi merupakan genre prosa yang dibangun dari unsur- unsur pembangun sebagai sebuah struktur yang secara fungsional memiliki keterkaitan di antaranya, untuk membangun totalitas makna dengan media bahasa sebagai penyampai gagasan pengarang tentang peristiwa hidup dan kehidupan dalam lingkup kehidupan sosialnya.

b. Struktur Novel