Wujud Nilai Keutamaan Nilai Sosio Budaya dan Sinkretisme

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 140 Padaku ia seperti mengobral segala rahasianya. Soal ia tak lagi perawan, karena sudah melakukan hubungan seks dengan pacar pertamanya di Kenjeran, lalu dengan beberapa pacarnya kemudian. Soal keterlibatannya dengan narkotika, soal kehidupan malamnya yang selalu menjadi persoalan tak kunjung habis, sekaligus sebagai pelariannya yang paling tepat dari kondisi rumahnya. MAshuri, 2007:60 “Teguh, masih ingat saat Jarot gak mau minum beralkohol saat pertama kali nimbrung ke kita?” Tanya Puteri kepada Teguh. “Nunggu tiga bulan, ia baru mau minum beralkohol. Tapi setelah itu ia jagonya. Meski semua botol ludes, ia masih kuat. Bahkan, untuk sekelas bir biasa dan arak beras, ia rajanya,” seru Teguh. Mashuri, 2007:67 Di samping itu, Jarot juga digambarkan berbuat tidak sesuai dengan budi luhur ketika berada di sebuah kamar berdua dengan teman perempuannya yang tidak berpakain. Kutatap tubuhnya lekat-lekat. Aku tersenyum. Indah, benar-benar indah Baru kali ini aku melihat dari dekat tubuh Puteri dalam keadaan telanjang. Tampak bercahaya, tertimpa lampu tidur temaram yang dipasang sedemikian rupa. Ada aura penarik demikian kuat dari dalam dirinya. Apalagi, saat dia tersenyum, sambil melambaikan tangan. Inikah birahi? Inikah permainan yang selalu dinanti pada saat sepasang kekasih menginjak mahligai, sepasang pengantin baru yang harus membuka babak baru? Inilah gerbang surga Sebuah lesakan suara menyepuh pikiranku, mendesakku untuk memasuki arena. Ah, surga Mashuri, 2007:68-69

d. Wujud Nilai Keutamaan

Nilai keutamaan manusia Jawa bermakna kemampuan dan kesanggupan manusia Jawa untuk tidak merugikan dan menyusahkan orang lain. Menurut Serat Dewaruci, keutamaan dicirikan oleh pengabdian dan pengorbanan secara sungguh- sungguh, tanpa bertanya seperti Bima dan Werkudara. Demikian juga dalam Serat Tripama disebutkan bahwa keutamaan berarti pengorbanan total sebagaimana dilakukan oleh Patih Suwondo, Kumbokarno, dan Adipati Karna. Secara umum keutamaan dicirikan oleh kesukaan mengheningkan cipta, kesucian jiwa, kebersihan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 141 hati, kebenaran bertutur dan berlaku, kemampuan merawat diri, dan kelihaian memikat hati sesama. Nilai keutamaan dalam novel Hubbu terepresentasi melalui tokoh Jarot yang memiliki pengabdian dan pengorbanan total yang tiada tara. Jarot digambarkan memiliki tanggung jawab dan kesetiaan luar biasa kepada Agnes meskipun dia tahu Agnes hamil bukan darinya dan dia lebih memilih pergi dari tanah Jawa, dari Desa Alas Abang yang memberikan harapan besar kepadanya untuk kembali pulang dan memimpin pondok peninggalan kakeknya. Dia tidak menghiraukan nasehat teman- teman dan saudaranya, dia bersikap demikian karena Dan aku tak bisa berpaling dari kenyataan. Aku harus bertanggung jawab, meski resiko yang harus aku terima lebih dahsyat dari kehancuran dunia sendiri. Aku harus menanggung semuanya, meski aku akan dikucilkan keluarga. Aku sudah siap untuk itu. Dengan kelakuanku ini saja sebenarnya aku sudah memutus rantai keluarga yang sampai ke diriku. Aku malu. Aku malu mengaku sebagai anak turun Mbah, aku malu lahir dari trah terhormat Alas Abang. Mashuri, 2007:169 Dapat dikatakan bahwa kesetiaan Jarot sepadan dengan kesetiaan Kombokarno atau Adipati Karna. Meskipun tahu berada di pihak yang salah, Kumbokarno tetap setia kepada Rahwana dan Adipati Karna tetap setia kepada Kurawa dengan resiko “bermusuhan” dengan saudara sendiri. Begitulah Jarot. Meskipun tahu berada di pihak yang salah, Jarot tetap setia dengan janjinya kepada Agnes, dengan resiko putusnya rantai keluarga dan hilangnya martabat yang selama ini dijunjung tinggi. Jarot juga merepresantasikan pengabdian dan pengorbanan manusia Jawa. Pengabdian dan pengorbanan Jarot dipersonifikasi dalam diri Jarot yang sangat menggemari lakon wayang Sumantri Ngenger. Lakon wayang yang dia tonton perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 142 sewaktu masih kanak-kanak telah membuatnya mengagumi dan menjadikannya berperilaku seperti yang dilakukan tokoh wayang Sumantri. Tampak pada penggalan berikut. …. Wak Sumar sedang mengkhitankan anaknya, dan nanggap wayang kulit dengan dalang terkenal Soleman. Lakonnya “Sumantri Ngenger”. Entah mengapa aku turut larut dalam pertunjukan itu. Bahkan, ketika orang-orang tua yang biasa nonton wayang beringsut, aku masih tetap berjaga. Semalam suntuk aku terkesima. Mashuri, 2007:33

e. Wujud Nilai