tersebut dalam praktek penerjemahan, penerjemah sering menggunakan teknik borrowing dalam menerjemahkan istilah teknis.
1
2.1.2 Pengertian Penerjemahan
Menurut Nida 1964 : 12, menerjemahkan berarti menghasilkan pesan yang paling dekat, sepadan dan wajar dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik dalam hal
makna maupun gaya. Jika kita menerjemahkan, yang diterjemahkan itu bisa terdiri atas kata, rangkaian kata frasa, kalimat, alinea, tulisan yang terdiri atas beberapa alinea, atau
tulisan yang lebih panjang lagi. Baik kata, frasa, kalimat, alinea dan tulisan atau teks yang lebih panjang disebut “bentuk” form atau surface structure Nida dan Taber 1969 :
200.Sementara itu, Beekman dan Callow 1974 : 19 mengatakan penerjemahan adalah mengkomunikasikan satu pesan dari satu bahasa ke bahasa yang berbeda. Pengertian
yang hampir sama juga dikemukakan oleh Newmark 1981 bahwa penerjemahan adalah pengalihan pesan tulis dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran. Larson
1984 : 17 memandang penerjemahan sebagai proses pengalihan amanat dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan menggunakan bentuk gramatikal dan
leksikal bahasa sasaran yang wajar. de Groot 1997 mendefinisikan penerjemahan sebagai kegiatan merumuskan kembali teks tulis bahasa sumber dalam teks tulis
bahasa sasaran. Kewajaran dalam penerjemahan berkaitan erat dan dapat dicapai dengan
penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran, yaitu dalam hal penguasaan gramatika dan kosa kata bahasa tersebut Simatupang 1993 :
48. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai kemampuan yang tinggi dalam Bsu dan Bsa, pengetahuan yang cukup tentang materi
1
http:www.mail-archive.combalita-andabalita-anda.commsg128856.html
yang diterjemahkannya, tentang konteks sosio-kultural Bsu dan Bsa, dan menguasai metode dan teknik penerjemahan Kridalaksana 1993 : 128.
Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa pada dasarnya penerjemahan itu adalah mengalihkan pesan tulis yang ada dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran yang berbeda,
sesuai dengan isi pesan bahasa sumber, dan dengan menggunakan cara-cara pengungkapan atau pengekspresian yang wajar pada bahasa sasaran Silalahi 2000.
Terlepas dari perbedaan-perbedaan dalam hal pendefinisian istilah “penerjemahan” itu, para pakar penerjemahan sepakat atas prinsip dasar penerjemahan bahwa
masalah makna merupakan hal pokok yang harus dipertimbangkan Astika, 1993: 66.
Pengertian penerjemahan sebagai proses yang dipaparkan di atas termasuk pengertian sempit. Proses penerjemahan yang dimaksudkan merujuk pada a
linguistic operation yang dilakukan oleh penerjemah dalam usahanya mengalihkan pesan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dan diwujudkan ke dalam tiga
tahapan, yaitu: 1 tahap analisis teks bahasa sumber, dalam rangka memahami pesannya, 2 tahap pengalihan pesan, dan 3 tahap restrukturisasi Nida, 1964.
Diagram proses penerjemahan oleh Bell 1991 memberikan gambaran yang jelas perihal tahap-tahap yang lazim dilakukan oleh penerjemah dalam menghasilkan
suatu terjemahan. Secara sederhana, Gambar 1 adalah proses penerjemahan yang ditawarkan oleh Bell 1991.
Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam proses penerjemahan, penerjemah dihadapkan pada sebuah teks bahasa sumber. Selanjutnya, analisis terhadap pelambangan
semantik yang diungkapkan melalui satuan-satuan lingual seperti kata, frasa, klausa,
kalimat dilakukan. Analisis tersebut bertujuan untuk menangkap makna yang terkandung di dalamnya. Apabila penerjemah sudah dapat memahami makna tersebut, dia kemudian
mensintesakannya. Selanjutnya, dia mengalihkannya ke dalam bahasa sasaran. Hasil pensintesaan itu berupa teks bahasa sasaran.
Analysis
Synthesis
Semantic Representation
Target Language Text
Source Language
Text Memory
Gambar 1 : Proses Penerjemahan menurut Bell 1991: 21
Bagan proses penerjemahan di atas tampak sederhana. Kenyataannya, proses penerjemahan sangat rumit, seperti yang digambarkan oleh Bell 1991: 59 melalui
Gambar 2. Secara ringkas, Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, penerjemah melakukan analisis sintaksis untuk mengidentifikasikan bagian-bagian yang
membentuk klausa. Tahap analisis sintaksis tersebut kemudian dilanjutkan dengan tahap analisis semantik, dalam rangka menentukan makna yang terkandung pada bagian-bagian
yang membentuk klausa tersebut. Penentuan makna tersebut harus selalu dikaitkan dengan konteksnya. Selanjutnya penerjemah melakukan analisis pragmatik untuk
mengetahui 1 tujuan teks bahasa sumber, 2 struktur tematik teks bahasa sumber, dan 3 gaya teks bahasa sumber. Pada tahapan ini tersedia pilihan baginya, apakah
mempertahankan atau mengubah tujuan, struktur tematik dan gaya teks bahasa sumber dalam terjemahannya.
Pada saat melakukan analisis sintaksis, semantik dan pragmatik teks bahasa sumber, penerjemah juga melakukan sintesa sintaksis, semantik dan pragmatik dalam
bahasa sasaran. Jika penerjemah tidak mengalami kendala dalam pensintesaan tersebut, penerjemah dapat menghasilkan terjemahan. Jika dia belum berhasil mengalihkan makna
atau pesan dengan baik, dia kembali ke tahap awal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses penerjemahan bersifat siklus, yang dapat diulang-ulang hingga penerjemah
yakin bahwa dia sudah berhasil menemukan padanan teks bahasa sumber dalam bahasa sasaran Bell, 1991: 45-60.
Gambar 2 : Model Proses Penerjemahan Bell, 1991: 59
Dalam pengertian luas, proses penerjemahan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: 1 perencanaan dan penjadwalan, 2 penerjemahan dan pengujian, dan 3
pemroduksian dan pendistribusian Zabalbeascoa, 2000. Tahap perencanaan menyangkut penentuan tim penerjemah, penentuan calon pembaca, penentuan pedoman
penerjemahan dan pengembangan daftar kosa kata bagi penerjemah. Sementara itu tahap penjadwalan terkait dengan penetapan batas waktu terjemahan harus diselesaikan dan
pengujian calon penerjemah. Pada tahap ini juga dibicarakan masalah kapan terjemahan diuji, dianalisis, dipublikasikan dan didistribusikan. Tahap selanjutnya adalah tahap
penerjemahan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, yang dilanjutkan kemudian dengan tahap pengujian terjemahan. Acapkali pengujian kualitas terjemahan dilakukan
dengan menerapkan teknik terjemahan balik back-translation. Tahap terakhir adalah tahap pemroduksian dan pendistribusian. Pada tahap pemroduksian ditentukan ukuran
kertas, jenis dan ukuran huruf, sedangkan pada tahap pendistribusian diputuskan apakah terjemahan dikirimkan melalui jaringan internet atau dikirimkan langsung ke klien
dengan bantuan jasa pengiriman.
2.1.3 Masalah yang Timbul dalam Pemadanan