Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, penerjemahan sangat penting dalam kehidupan komunikasi antarbangsa. Transfer ilmu, kebudayaan, dan kegiatan sosial lainnya banyak dilakukan melalui penerjemahan. Penerjemahan merupakan akses terhadap inovasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta media strategis dari perspektif komunikasi global. Khusus dalam konteks Indonesia, sebagai negara yang sedang berkembang, penerjemahan menjadi cara tercepat dan efektif serta efisien dalam upaya alih ilmu pengetahuan dan teknologi karena kendala biaya dan waktu dapat diatasi sehingga terjadi percepatan pembangunan. Selain itu, karya asli dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditulis oleh orang Indonesia masih terbatas. Tambahan pula kemampuan sebahagian besar rakyat Indonesia dalam berbahasa asing masih relatif terbatas. Sementara itu, Indonesia banyak mengadopsi ilmu dan kemajuan teknologi antara lain melalui buku terjemahan dan belajar kepada negara asing, khususnya yang berbahasa Inggris. Kenyataan empiris menunjukkan bahwa sebagian besar buku acuan yang digunakan dalam lingkungan perguruan tinggi di Indonesia masih ditulis dalam bahasa asing bahasa Inggris, tetapi kemampuan membaca teks bahasa Inggris para mahasiswa dan sarjana Indonesia masih kurang memadai. Keadaan ini sebenarnya telah menjadikan penerjemahan buku sumber berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia menjadi kebutuhan masyarakat akademik, dan semakin penting di masa mendatang bagi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di Indonesia. Kecenderungan yang terjadi adalah bahwa mereka yang menguasai bahasa Inggris adalah lulusan Departemen Bahasa Inggris dari Fakultas Sastra, Akademi Bahasa Asing, atau pendidikan sejenisnya. Umumnya mereka mempelajari bahasa Inggris untuk ilmu bahasa Inggris dan bukan untuk alih ipteks. Sementara itu, mereka yang menuntut ipteks kurang menguasai bahasa Inggris, dan mereka yang menguasai bahasa Inggris tidak terlibat secara langsung dalam proses penyerapan ipteks. Agar kedua belah pihak ini bisa bersinergi, para sarjana bahasa Inggris perlu melakukan sesuatu agar informasi ipteks dalam sumber yang berbahasa Inggris bisa terakses dengan suatu cara, yaitu menerjemahkan. Terlepas dari sulit dan kompleksnya masalah dan proses penerjemahan, pentingnya penerjemahan sebagai katalisator alih ipteks sangat dirasakan khususnya bagi negara-negara berkembang. Jepang, umpamanya, merupakan contoh klasik dari cerita suksesnya program penerjemahan bagi pembangunan suatu bangsa. Usaha penerjemahan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa Jepang telah menghasilkan perkembangan sains dan teknologi dengan pesat. Selain Jepang, Eropa Barat juga merasakan manfaat yang serupa. Tetapi apakah hasil terjemahan sebagai produk adalah terjemahan yang berkualitas merupakan sesuatu hal yang tidak kalah pentingnya untuk dikaji lebih lanjut. Pengalihan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui karya terjemahan juga dilakukan oleh mereka yang membidangi ilmu kedokteran. Salah seorang diantaranya adalah dr.Joko Setyono, yang telah menerjemahkan buku kedokteran berbahasa Inggris yang berjudul Medical-Surgical Nursing ke dalam bahasa Indonesia Keperawatan Medikal Bedah. Buku ini direkomendasikan sebagai buku acuan bagi mahasiswa kedokteran dan mahasiswa ilmu keperawatan hampir di seluruh Indonesia, khususnya di pulau Jawa dan Sumatera. Dengan demikian dapat diasumsikan buku tersebut merupakan buku penting dalam menciptakan seorang agen medis Indonesia yang berkualitas. Akan tetapi, ada sesuatu yang tidak lazim dalam teks sasaran yang diawali dari terjemahan judulnya. Secara struktur dan semantis, judul itu semestinya dialihkan menjadi Keperawatan Perawatan Bedah Medis. Dengan terjemahan medikal bedah, penerjemah melakukan teknik calque. Dengan teknik tersebut terjadi susunan frase yang sama antara bahasa sumber Bsu dan bahasa sasaran Bsa, yang pada dasarnya berbeda. Walaupun teknik calque adakalanya diterapkan pada penerjemahan Inggris-Indonesia seperti secretariat general, vice president sekretaris jenderal dan wakil presiden, tetapi untuk istilah medical surgical semestinya tidak dilakukan. Selain itu, dalam Bsu pun istilah itu dipahami dengan susunan menerangkan diterangkan MD medical menjelaskan kata surgical. Hasil dari keputusan penerjemah ini menyebabkan pergeseran makna atau mental picture yang tidak lazim bagi pembaca sasaran. Medikal Bedah sulit untuk dipahami karena struktur logisnya terikat bentuk bahasa sumber. Kesenjangan dalam terjemahan judul itu menjadi titik awal pemilihan buku tersebut sebagai sumber data primer penelitian ini. Selain itu, teks yang berkaitan dengan kedokteran adalah teks yang sensitif. Penerjemah dituntut untuk lebih hati-hati dalam menganalisis teks sumber dan mengalihkannya ke dalam teks sasaran. Dengan mengacu ke tiga tipologi teks: informatif, ekspresif dan operatif yang digagas Reiss 2000:160, teks objek penelitian ini masuk ke dalam tipologi teks informatif. Dengan kata lain, penerjemah dituntut untuk mengalihkan isi atau pesan teks sumber seakurat mungkin. Tuntutan ini berangkat dari fungsi teks itu yang lebih menonjolkan informasi yang akurat. Apabila menggunakan konsep pragmatik, maksim kualitas adalah maksim yang paling menonjol. Dari sudut pandang penerjemah, penerjemahan adalah proses pengambilan keputusan dalam komunikasi interlingual, suatu komunikasi verbal yang melibatkan dua bahasa yang berbeda, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam kaitan itu, semua keputusan yang diambilnya akan selalu dilandasi oleh ideologi yang dianutnya. Dalam konteks penerjemahan, ideologi yang dimaksud adalah sistem kepercayaan, cara pandang, budaya, dan norma yang dimiliki penerjemah yang akan mempengaruhi perilaku penerjemahannya. Jika penerjemah memandang bahwa budaya bahasa sumber perlu dipertahankan dalam terjemahan, misalnya, itu berarti dia menganut ideologi foreignisasi. Sebaliknya, jika dia memandang bahwa suatu terjemahan harus lebih mementingkan budaya bahasa sasaran, dia menganut ideologi domestikasi. Kedua ideologi penerjemahan tersebut merupakan konsep yang relatif dalam artian bahwa sistem kepercayaan atau budaya yang dianut oleh penulis teks bahasa sumber belum tentu sama dengan ideologi yang dianut oleh penerjemah, dan ideologi penerjemah belum tentu sesuai dengan ideologi yang dimiliki oleh pembaca teks bahasa sasaran. Dalam praktik penerjemahan yang sesungguhnya, ideologi penerjemah harus disesuaikan dengan ideologi pembaca teks bahasa sasaran agar terjemahannya dapat diterima pembaca teks bahasa sasaran. Terlepas dari ideologi penerjemahan yang mana saja yang dianut oleh penerjemah, ideologi tersebut akan berpengaruh pada cara dia dalam menentukan metode penerjemahan yang akan diterapkannya dalam menerjemahkan suatu teks. Jika penerjemah menganut ideologi foreignisasi, misalnya, maka dia dapat menentukan salah satu dari beberapa metode penerjemahan, seperti metode penerjemahan kata demi kata, metode penerjemahan harfiah, metode penerjemahan setia, dan metode penerjemahan semantis. Sebaliknya, apabila penerjemah menganut ideologi domestikasi, maka metode penerjemahan yang dipilihnya akan berkisar di antara metode adaptasi, metode penerjemahan bebas, metode penerjemahan idiomatis, dan metode penerjemahan komunikatif. Ideologi penerjemahan juga sangat berpengaruh pada proses pemadanan. Ideologi foreignisasi akan cenderung menggunakan padanan formal, sedangkan ideologi domestikasi akan condong pada penggunaan padanan dinamis. Selanjutnya, ideologi penerjemahan dan metode penerjemahan akan menuntun penerjemah dalam menetapkan teknik penerjemahan, sebagai realiasi dari strategi penerjemahan yang diterapkannya dalam proses penerjemahan. Suatu terjemahan yang menggunakan banyak kata pinjaman, misalnya, merupakan pertanda bahwa penerjemah yang menghasilkan terjemahan itu telah menerapkan padanan formal, atau metode penerjemahan harfiah, dan dapat diduga bahwa penerjemah merupakan penganut ideologi foreignisasi. Ke tiga komponen yang telah disebutkan di atas, yakni ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, dan teknik penerjemahan akan berdampak pada kualitas terjemahan, berdasarkan keakuratan pesan accuracy in content, keberterimaan acceptability, dan keterbacaan readability terjemahan. Ke empat komponen itu mempunyai hubungan timbal balik satu sama lain. Penelitian yang diwujudkan dalam bentuk disertasi ini berusaha mengungkapkan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan buku teks kedokteran berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, penelitian ini juga mengkaji dan mendeskripsikan dampak dari teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut pada kualitas terjemahan yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian