mempengaruhi keterbacaan sebuah teks, yaitu 1 unsur-unsur linguistik yang digunakan untuk menyampaikan pesan, dan 2 ketrampilan membaca para pembaca. Menurut
Richards et al., 1985: 238, keterbacaan sebuah teks dapat diukur secara empirik, yang didasarkan pada panjang rata-rata kalimat, kompleksitas struktur kalimat, dan jumlah kata
baru yang digunakan dalam teks. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sakri 1993: 135 bahwa keterbacaan tergantung kosa kata dan konstruksi kalimat yang digunakan oleh
penulis dalam tulisannya. Nababan 2000: 317 menyebutkan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keterbacaan teks terjemahan: penggunaan kata asing dan daerah,
penggunaan kata dan kalimat taksa, penggunaan kalimat tak lengkap, dan alur pikir yang tidak runtut.
Untuk mengukur tingkat keakuratan pengalihan pesan, peneliti harus melakukan perbandingan antara pesan teks bahasa sumber dan pesan teks bahasa sasaran. Peneliti
berpandangan bahwa instrumen pengukur tingkat keakuratan pesan teks terjemahan yang dianjurkan oleh Machali 2002 dapat digunakan. Namun, perlu dicermati bahwa
instrumen untuk mengukur kualitas terjemahan yang dianjurkan oleh Machali memiliki kesalahan atau kelemahan, yaitu pada kolom pertama, yang tidak menyertakan aspek
ketepatan pengalihan makna atau pesan. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih sahih, peneliti perlu mengikutsertakan penilaian ahli expert judgement. Seperti yang
telah dikemukakan di atas, aspek afektif tanggapan pembaca terhadap karya terjemahan dikaji. Caranya ialah dengan meminta pembaca menilai tingkat keterbacaan dan tingkat
keberterimaan teks terjemahan.
3.6 Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validitas data perlu dilakukan agar data yang telah berhasil dikumpulkan dapat diusahakan kebenarannya. Validitas ini merupakan jaminan
bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian Sutopo 2002 : 78. Sebagaimana disebutkan terdahulu data yang dianalisis adalah berupa buku
sumber dan buku terjemahannya dan pendapat pakar yaitu pakar penerjemahan dan pakar bidang ilmu, serta pendapat pembaca sasaran. Karena data primer yang digunakan adalah
bahan yang telah diterbitkan, maka data tersebut akan relatif tetap dan otomatis valid dengan sendirinya. Namun demikian validasi data tetap dilakukan dengan melakukan
trianggulasi sumber yaitu “memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data sejenis” Sutopo 2002 : 79. Trianggulasi metode pengumpulan data dan
sumber data merupakan cara untuk memvalidasi informasi atau data dalam penelitian kualitatif ini.
3.7 Metode Analisis Data
Komponen utama proses analisis dalam penelitian ini adalah 1 reduksi data, 2 sajian data, 3 penarikan simpulan atau verifikasi Miles Huberman, 1994: 22-23.
Model analisis data yang dipergunakan adalah model analisis interaktif interactive model of analysis. Cara kerja dari model analisis interaktif berbentuk interaksi antar komponen
dengan proses pengumpulan data sebagai proses yang berbentuk siklus. Proses siklus interaktif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Sajian Data
Reduksi Data
Pengumpulan Data
Penarikan Simpulan
Verifikasi
Gambar 6 : Model Proses Analisis Interaktif Sutopo, 2002: 187
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data. Peneliti bergerak di antara komponen analisis secara interaktif sambil tetap melakukan pengumpulan data. Langkah
selanjutnya setelah data terkumpul, peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen analisis.
Reduksi dan sajian data disusun pada waktu peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah unit data yang diperlukan. Apabila pengumpulan data sudah cukup dan
selesai, peneliti mulai membuat kesimpulan dan verifikasi berdasar hal-hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian data. Jika dalam membuat kesimpulan peneliti merasa ada
kekurangan, peneliti melakukan pengumpulan data lagi untuk lebih memberikan dukungan dan penambahan pemahaman serta pendalaman. Siklus interaktif ini
dilaksanakan beberapa kali sampai dirasa cukup dan mendalam. Analisis data terdiri atas dua tahap. Tahap pertama ditujukan untuk menjawab
masalah penelitian 1, 2 dan 3. Analisis pada tahap ini dilakukan sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan kata, frasa, klausa, dan kalimat teks Medical-Surgical Nursing ke dalam bahasa
Indonesia.
2. Setelah teknik penerjemahan dapat dirumuskan, langkah selanjutnya adalah
melihat kecenderungan penerapan teknik penerjemahan tersebut dalam rangka menetapkan metode penerjemahan yang digunakan.
3. Analisis berikutnya diarahkan untuk menginterpretasi ideologi penerjemahan
yang dianut penerjemahan. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila metode penerjemahan sudah teridentifikasi terlebih dahulu.
Tahap kedua ditujukan untuk menjawab permasalahan penelitian nomor 4, yaitu dampak penerapan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan pada kualitas terjemahan.
Analisis pada tahap ini dilakukan sebagai berikut: 1.
Membandingkan makna kata, frasa, klausa, dan kalimat bahasa sumber dengan makna kata, frasa, klausa, dan kalimat terjemahan untuk menentukan tingkat
kesepadanan terjemahan accuracy in content. 2.
Analisis kemudian dilanjutkan untuk menentukan tingkat keberterimaan terjemahan, yang didasarkan pada instrumen pengukur tingkat keberterimaan
terjemahan. 3.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tingkat keterbacaan terjemahan, yang didasarkan pada tanggapan pembaca perihal seberapa mudah atau seberapa sulit
mereka dalam memahami terjemahan. 4.
Hasil dari ketiga analisis tersebut selanjutnya dipadukan untuk mengetahui kualitas menyeluruh overall quality terjemahan tersebut.
5. Tahap terakhir adalah menganalisis dampak teknik penerjemahan, metode
penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap kualitas terjemahan. Hal ini diperlukan untuk memperoleh masukan perihal teknik, metode, dan ideologi yang
paling tepat untuk digunakan dalam menerjemahkan teks kedokteran berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
3.8 Prosedur Penelitian