Ideologi Penerjemahan Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan

5.3 Ideologi Penerjemahan

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua ideologi penerjemahan yang melandasi proses pengambilan keputusan yang dilakukan penerjemah, yaitu ideologi foreignisasi dan domestikasi. Munculnya kedua ideologi tersebut mencerminkan adanya konflik batin dalam diri penerjemah. Di satu sisi, dia ingin mempertahankan isi pesan teks bahasa sumber sesetia mungkin dalam teks bahasa sasaran. Di sisi lain, dia juga ingin terjemahannya berterima dan mudah dipahami oleh pembaca sasaran. Namun, analisis data secara keseluruhan menunjukkan bahwa penerjemah cenderung menerapkan ideologi foreignisasi yang tercermin dari penerapan yang dominan dari teknik penerjemahan harfiah, teknik peminjaman murni, teknik peminjaman alamiah dan teknik calque, yang di kalangan para pakar penerjemahan, dikategorikan sebagai teknik-teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber.

5.4 Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan

Seperti yang diterangkan pada bab sebelumnya bahwa keterkaitan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan akan berdampak pada kualitas terjemahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 522 data sumber, 338 64,75 diterjemahkan secara akurat, 136 26,05 kurang akurat, dan 48 9,20 tidak akurat. Sementara itu, 396 75,86 berterima, 91 17,44 kurang berterima dan 35 6,70 tidak berterima. Dari aspek keterbacaannya, 493 96,29 mempunyai tingkat keterbacaan tinggi dan 19 3,71 mempunyai tingkat keterbacaan sedang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa teknik harfiah, teknik peminjaman murni, teknik peminjaman alamiah, dan calque memberikan dampak yang sangat positif terhadap keakuratan terjemahan. Sementara itu, kekurang akuratan dan ketidak akuratan yang terjadi pada terjemahan lebih disebabkan oleh penerapan teknik modulasi, penghilangan, penambahan, dan teknik transposisi. Tampak jelas bahwa penerjemah mempunyai kompetensi bidang ilmu yang cukup baik tetapi hal itu tidak disertai oleh penguasaan yang baik terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran language competence, yang tercermin dari penerapan teknik transposisi, yang cenderung menghasilkan terjemahan yang tidak akurat dan tidak berterima. Di samping itu, kompetensi wacana yang dimilikinya juga kurang baik yang dapat teramati dari penggunaan penanda kohesi gramatikal yang kurang tepat yang pada gilirannya mengarah pada pemroduksian terjemahan yang kurang berterima. Pemanfaatan ideologi foreignisasi, pemilihan metode penerjemahan, dan penggunaan teknik-teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber menunjukkan bahwa pengetahuan deklaratif dan operatif penerjemah kurang baik. Perlu dikemukakan di sini bahwa pada umumnya pengambilan keputusan dalam proses penerjemahan yang dilandasi oleh ideologi foreignisasi, di satu sisi, berdampak positif kepada tingkat keakuratan pesan, dan di sisi lain, berdampak negatif pada tingkat keberterimaan dan keterbacaan terjemahan. Hasil penelitian ini menunjukkan hal lain. Meskipun penerjemah cenderung menganut ideologi foreignisasi, terjemahan yang dihasilkannya masih tergolong berterima dan bahkan mudah dipahami oleh pembaca sasaran. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah tingkat kesalahan dalam pengalihan pesan masih tergolong tinggi. Kekurang akuratan terjemahan 136 atau 26,05 dan ketidak akuratan terjemahan 48 atau 9,20 tidak bisa ditolerir mengingat teks di bidang kedokteran termasuk teks yang sangat beresiko tinggi. Kesalahan- kesalahan terjadi dalam terjemahan teks kedokteran bisa berakibat fatal pada kesehatan dan kehidupan manusia.

BAB VI PENUTUP