Saran-saran 1. Bagi Penerjemah PENUTUP

terhadap keakuratan terjemahan. Kedua, kekurang akuratan dan ketidak akuratan yang terjadi pada terjemahan lebih disebabkan oleh penerapan teknik modulasi, teknik penghilangan, penambahan, dan teknik transposisi. Sementara itu, kekurang berterimaan dan ketidak berterimaan cenderung disebabkan oleh penggunaan kalimat yang tidak gramatikal, dan masalah kecil yang sedikit menghambat pemahaman pembaca sasaran cenderung disebabkan oleh penggunaan istilah asing yang tampaknya belum akrab bagi pembaca, kolokasi yang tidak tepat, kata bahasa Indonesia yang belum lazim bagi pembaca dan kesalahan ketik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa penerjemah buku ini sangatlah perlu bekerja sama dengan ahli bahasa untuk meningkatkan kualitas terjemahannya. Keberhasilan sebuah terjemahan sangat ditentukan oleh kepiawian penerjemah dalam memanfaatkan dan mensinergikan lima parameter kompetensi penerjemahan yaitu kompetensi kebahasaan, tekstual, bidang ilmu, budaya, dan kompetensi transfer. Pemilihan dan penerapan teknik yang tepat, pemahaman pesan bahasa sumber serta pengalihannya dengan pengekspresian yang wajar dalam bahasa sasaran sangat menentukan kualitas terjemahan.

6.2 Saran-saran 1. Bagi Penerjemah

Dalam penelitian ini ditemukan data sasaran yang mengalami pengurangan informasi penting dan penambahan informasi yang tidak penting yang mengarah pada pendistorsian pesan teks asli. Di samping itu, ditemukan pula kalimat-kalimat yang tidak gramatikal. Bahkan, dalam beberapa kasus terjadi penggunaan penanda kohesi gramatikal yang tidak tepat. Dalam kaitan itu, penulis memberikan saran-saran berikut ini kepada penerjemah: a. Semua informasi yang dikandung oleh teks ilmiah adalah penting dan teks di bidang kedokteran, sebagai salah satu bentuk dari teks ilmiah, merupakan teks yang beresiko tinggi. Oleh sebab itu, penerapan teknik pengurangan atau penghilangan harus hati-hati agar tidak mendistorsi makna karena akibat yang ditimbulkannya bisa fatal dan menyangkut kesehatan serta hidup manusia. b. Teknik penambahan informasi pada umumnya diterapkan untuk membuat suatu makna atau informasi yang implisit menjadi eksplisit dan ditujukan untuk meningkatkan tingkat keterbacaan terjemahan. Penambahan informasi yang berlebih-lebihan merupakan bentuk intervensi yang berlebih-lebihan, yang tidak mencerminkan peran penerjemah sebagai mediator dan fasilitator dalam menjembatani kesenjangan komunikasi antara penulis asli dan pembaca sasaran. Oleh sebab itu, teknik penambahan informasi harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. c. Kesalahan dalam pengalihan pesan dan dalam pengungkapan pesan itu dalam bahasa sasaran menandakan bahwa kompetensi kebahasaan dan kompetensi wacana penerjemah kurang baik. Penguasaannya pun terhadap konsep-konsep teori penerjemahan tidak begitu baik. Dalam kaitan itu, penerjemah perlu meningkatkan kemampuannya dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Di samping itu, dia juga perlu belajar lebih banyak lagi perihal konsep-konsep penerjemahan sebagai pedoman penting dalam melakukan kegiatan penerjemahan. d. Khusus untuk padanan istilah asing dalam bahasa Indonesia, disarankan agar penerjemah merujuk ke Glosarium Istilah Asing-Indonesia terbitan Pusat Bahasa tahun 2008

2. Bagi Penerbit

Penerjemah merupakan pelaku tunggal dalam pengambilan keputusan dalam proses penerjemahan. Meskipun demikian, pada umumnya penerbit juga ikut campur tangan dalam proses penyuntingan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campur tangan penerbit tidak tampak. Sebagai akibatnya masih banyak kesalahan-kesalahan gramatikal yang terdapat pada buku terjemahan Keperawatan Medikal Bedah. Dalam kaitan itu, penulis memberikan saran-saran berikut ini kepada penerbit: a. Buku terjemahan Keperawatan Medikal Bedah perlu ditinjau ulang untuk memperbaiki kesalahan gramatikal dan untuk meluruskan penyimpangan pesan. b. Perbaikan terhadap kesalahan gramatikal seyogianya dilakukan oleh penyunting yang benar-benar mampu menyunting teks ilmiah, dan perbaikan terhadap penyimpangan pesan sebaiknya dilakukan oleh penyunting yang mempunyai kemampuan yang baik dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jika dimungkinkan, tugas seperti ini diberikan kepada penyunting yang sudah berpengalaman di bidang penerjemahan teks kedokteran.

3. Bagi Peneliti Lain