2001:10-3. Penerjemahan sebagai produk adalah bidang yang paling banyak diteliti. Ini bisa dipahami mengingat terjemahan adalah aspek yang paling sering disoroti pembaca
sasaran dan terjemahan merupakan data tangible yang mudah diakses dalam upaya untuk mengungkap fenomena kegiatan penerjemahan. Dengan menggunakan istilah Fairclough
1995: 7, Calzada Perez 2007 menegaskan bahwa penelitian penerjemahan identik dengan faktor-faktor centrifugal dan centripetal sehingga menyebabkan munculnya
dikotomi-dikotomi seperti penelitian terjemahan teks literer versus non literer, proses versus produk dan lain lain. Dua dikotomi terakhir yang paling menarik adalah
pendekatan linguistik versus budaya
2.1.8.1 Pendekatan Linguistik
Penerjemahan pada awalnya dipahami sebagai operasi bahasa semata. Ini bisa terlihat dengan adanya karya yang berpendekatan kebahasaan yang digunakan untuk
mengkaji terjemahan Vinay dan Darbelnet 1958, Catford 1965. Dua karya ini banyak dibahas oleh para pakar sebagai karya yang berupaya mengungkap kegiatan
penerjemahan dengan menggunakan pendekatan linguistik Munday 2001:56-60, Molina dan Hurtado Albir 2002: 9. Vinay dan Darbelnet mencoba mengkaji penerjemahan
dengan melakukan analisis komparatif antara bahasa Inggris dan Perancis. Mereka mengamati korpus teks sumber dan teks sasaran untuk mengungkap perbedaan dan
persamaan di antara kedua bahasa tersebut, dan mereka juga mencoba mencari strategi- strategi dan prosedur untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.
Hasilnya, Vinay dan Darbelnet menemukan dua strategi umum yakni direct translation dan oblique translation untuk kedua bahasa Inggris vs Perancis. Dari kedua
strategi umum tersebut, ditemukan tujuh prosedur penerjemahan yang tiga diantaranya jatuh pada strategi direct translation yaitu borrowing, calque, dan literal translation;
empat prosedur lagi pada strategi oblique translation yaitu transposition, modulation, equivalence, dan adaptation dalam Hatim Munday 2004 :30. Setelah melihat dan
mengkaji kedua strategi umum ini, dapat disimpulkan bahwa kedua stategi tersebut jatuh pada dikotomi klasik yakni metode penerjemahan harafiah versus metode penerjemahan
bebas direct translation vs oblique translation. Walaupun Vinay dan Darbelnet tidak menyebutkan istilah pergeseran shift dalam karya mereka ini, jelas bagi kita bahwa
strategi dan prosedur yang mereka temukan mengarah pada pembicaraan pergeseran- pergeseran yang dilakukan penerjemah karena perbedaan sistem bahasa dan budaya di
antara kedua bahasa yang dimediasi untuk mendapatkan hasil terjemahan yang baik.. Catford 1965:20 adalah ilmuan yang pertama kali menggunakan istilah
pergeseran shift. Dalam melakukan analisis pergeseran-pergeseran, Catford sepaham dengan model linguistik Firth dan Halliday, yang memandang bahasa sebagai alat
komunikasi atau bahasa yang beroperasi secara fungsional dalam konteks. Catford menemukan perbedaan antara korespondensi formal dan kesepadanan teks.
Korespondensi formal berhubungan dengan kesamaan dan perbedaan sistem kebahasaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran 1965:27. Sementara, kesepadanan teks adalah
situasi dimana sebuah terjemahan dianggap sepadan dengan teks sumbernya. Dengan klasifikasi ini, ketika terjadi perselisihan antara korespondensi formal dan kesepadanan
teks, berarti dapat disimpulkan bahwa ada pergeseran-pergeseran yang terjadi. Pergeseran-pergeseran itu bisa berupa level dan category. Dengan mengkutip langsung
Catford 2000:141, ” translation shifts are thus departures from formal correspondence in the process of going from the SL to the TL” .
2.1.8.2 Pendekatan Budaya