Teknik Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

sasaran, dan ahli kedokteran untuk menentukan tingkat keberterimaan terjemahan. Dalam penelitian ini tiga informan kunci dilibatkan untuk menentukan tingkat keberterimaan terjemahan. Di samping itu, peneliti juga ikut serta dalam menilai tingkat keberterimaan terjemahan tersebut, khususnya dari segi penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Karena tingkat kesepadanan dan tingkat keberterimaan saling terkait satu sama lain, kedua kelompok informan kunci tersebut dilibatkan dalam forum diskusi peer-debriefing untuk menyamakan persepsi perihal tingkat kesepadanan dan tingkat keberterimaan terjemahan. 3. Pembaca awam atau responden terdiri atas lima mahasiswa kedokteran yang menjadi sasaran karya terjemahan tersebut. Pelibatan mereka dimaksudkan untuk menentukan tingkat keterbacaan teks terjemahan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menerapkan tiga macam teknik pengumpulan data sebagai berikut. 1 Analisis dokumen content analysis. Teknik ini diterapkan untuk mengumpulkan data yang terkait teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan ideologi penerjemahan. 2 Kuesioner questionnaire. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kualitas terjemahan, yang mencakup tiga hal, yaitu tingkat kesepadanan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan. 3 Wawancara mendalam in-depth interviewing. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci dan responden untuk memvalidasi tanggapan-tanggapan atau pernyataan-pernyataan yang mereka berikan dalam kuesioner. Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini juga menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang kualitas terjemahan. Dalam kaitan itu, di dalam penelitian ini digunakan tiga kuesioner. Kuesioner pertama disebut Accuracy Rating Instrument, yang dimanfaatkan untuk menentukan tingkat kesepadanan terjemahan. Kuesioner kedua disebut Acceptability Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur tingkat keberterimaan terjemahan. Kuesioner ketiga disebut Readability Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan terjemahan. Masing-masing dari ketiga kuesioner yang disebutkan di atas memuat pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka open and close format. Pertanyaan tertutup menghendaki informan kunci atau responden untuk memilih satu jawaban dari beberapa alternatif yang disediakan. Pertanyaan terbuka menghendaki informan kunci atau responden untuk memberikan tanggapan atau alasan yang mendasari mengapa informan kunci atau responden memilih jawab tertentu. Tanggapan-tanggapan tersebut kemudian dipetakan untuk melihat kecenderungan tanggapan tentang kualitas terjemahan. Cara ini dipandang tepat karena persepsi para informan kunci atau responden terhadap terjemahan yang mereka nilai tidak bisa sepenuhnya sama, dan yang mungkin terjadi adalah adanya kecenderungan yang mengarah pada pilihan tertentu. Hal yang sama juga terjadi pada penetapan teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada satu pun terjemahan yang secara mutlak menerapkan satu metode atau satu ideologi. Yang mungkin terjadi adalah bahwa suatu terjemahan cenderung menerapkan metode dan ideologi tertentu. Masing-masing dari ketiga kuesioner di atas didasarkan pada skala penilaian, seperti yang ditampilkan di bawah ini. Tabel 2 : Instrumen Pengukur Tingkat Kesepadanan Terjemahan Skala Definisi Kesimpulan 3 Makna kata, frasa, klausa, dan kalimat bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna Akurat 2 Sebagian besar makna kata, frasa, klausa , dan kalimat bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda taksa atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan. Kurang Akurat 1 Makna kata, frasa, klausa, dan kalimat bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan deleted. Tidak Akurat Sumber : Nababan 2004 dengan modifikasi Tabel 2 menunjukkan bahwa instrumen pengukur tingkat kesepadanan terjemahan menganut skala 1 sampai dengan 3. Semakin tinggi skor yang diberikan informan kunci, maka semakin akurat terjemahan yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diberikan terhadap terjemahan, maka semakin rendah tingkat kesepadanan terjemahan tersebut. Tabel 3 : Instrumen Pengukur Tingkat Keberterimaan Terjemahan Skala Definisi Kesimpulan 3 Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim digunakan di bidang kedokteran dan akrab bagi pembaca; kata,frasa, klausa, dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia Berterima 2 Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal. Kurang Berterima 1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim Tidak Berterima digunakan di bidang kedokteran dan tidak akrab bagi pembaca; kata,frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia Sumber : Nababan 2004 dengan modifikasi Seperti halnya Tabel 2, Tabel 3 yang merupakan instrumen pengukur tingkat keberterimaan terjemahan merupakan pedoman bagi informan kunci dalam menentukan tingkat keberterimaan terjemahan. Skala yang disediakan berkisar antara 1 sampai dengan 3. Setiap skor yang diberikan merupakan cerminan dari tingkat keberterimaan terjemahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, instrumen ketiga yang digunakan adalah instrumen yang akan digunakan responden dalam menentukan tingkat keterbacaan terjemahan, yang juga didasarkan pada skala 1 sampai dengan 3. Instrumen ini merupakan bagian dari kuesioner pertanyaan tertutup yang disertai dengan pertanyaan terbuka. Tabel 4 : Instrumen Pengukur Tingkat Keterbacaan Terjemahan Skala Definisi Kesimpulan 3 Kata, frasa, klausa, dan kalimat terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Tingkat Keterbacaan Tinggi 2 Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan. Tingkat Keterbacaan Sedang 1 Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca Tingkat Keterbacaan Rendah Sumber : Nababan 2004 dengan modifikasi Pertanyaan terbuka menghendaki responden pembaca teks bahasa sasaran untuk menyatakan alasan-alasan yang mendasari mengapa teks sulit atau agak sulit untuk dipahami. Untuk mendukung pernyataannya tentang tingkat keterbacaan teks terjemahan, responden juga diminta untuk memberikan contoh yang diambil dari teks terjemahan yang sedang dinilai. Perlu dikemukakan di sini bahwa jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan tertutup tersebut merupakan jawaban yang sangat terbatas, yang tidak akan menggambarkan faktor-faktor yang membuat suatu terjemahan sulit dipahami. Oleh sebab itu, penyertaan pertanyaan terbuka sangat diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada responden untuk menyebutkan hal-hal yang menyebabkan dia mengalami kesulitan dalam menangkap makna terjemahan. Para pakar penerjemahan misalnya, Farghal Al-Masri, 2000; de Waard Nida, 1986, Nida Taber, 1982 menganjurkan bahwa para peneliti perlu mengkaji tanggapan pembaca sebagai salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan sebuah terjemahan. Farghal dan Al-Masri memandang tanggapan pembaca sebagai variabel penting dalam penerjemahan. Nida dan Taber berkeyakinan bahwa keakuratan pesan harus ditentukan oleh apakah pembaca bahasa sasaran dapat memahami pesan secara akurat, seperti yang dimaksudkan oleh penulis asli 1982: 1. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa penerjemah harus membidik pembaca sasaran tertentu, dan pemahaman terhadap teks pada dasarnya harus diuji berdasarkan tanggapan pembaca teks bahasa sasaran. Keterbacaan, menurut Richards et al 1985: 238, merujuk pada seberapa mudah teks tulis dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Dale dan Chall, bahwa keterbacaan merupakan keseluruhan unsur dalam sebuah teks tulis yang mempengaruhi keterpahaman pembaca dalam Flood, 1984: 236. Kedua definisi keterbacaan itu dengan jelas menunjukkan bahwa ada dua faktor umum yang mempengaruhi keterbacaan sebuah teks, yaitu 1 unsur-unsur linguistik yang digunakan untuk menyampaikan pesan, dan 2 ketrampilan membaca para pembaca. Menurut Richards et al., 1985: 238, keterbacaan sebuah teks dapat diukur secara empirik, yang didasarkan pada panjang rata-rata kalimat, kompleksitas struktur kalimat, dan jumlah kata baru yang digunakan dalam teks. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sakri 1993: 135 bahwa keterbacaan tergantung kosa kata dan konstruksi kalimat yang digunakan oleh penulis dalam tulisannya. Nababan 2000: 317 menyebutkan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keterbacaan teks terjemahan: penggunaan kata asing dan daerah, penggunaan kata dan kalimat taksa, penggunaan kalimat tak lengkap, dan alur pikir yang tidak runtut. Untuk mengukur tingkat keakuratan pengalihan pesan, peneliti harus melakukan perbandingan antara pesan teks bahasa sumber dan pesan teks bahasa sasaran. Peneliti berpandangan bahwa instrumen pengukur tingkat keakuratan pesan teks terjemahan yang dianjurkan oleh Machali 2002 dapat digunakan. Namun, perlu dicermati bahwa instrumen untuk mengukur kualitas terjemahan yang dianjurkan oleh Machali memiliki kesalahan atau kelemahan, yaitu pada kolom pertama, yang tidak menyertakan aspek ketepatan pengalihan makna atau pesan. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih sahih, peneliti perlu mengikutsertakan penilaian ahli expert judgement. Seperti yang telah dikemukakan di atas, aspek afektif tanggapan pembaca terhadap karya terjemahan dikaji. Caranya ialah dengan meminta pembaca menilai tingkat keterbacaan dan tingkat keberterimaan teks terjemahan.

3.6 Keabsahan Data