Di samping itu menyimak pendapat Ross Cranston
211
sebagaimana yang diuraikan di atas, bahwa aturan kehati-hatian prudential regulation di
perbankan mencakup aturan prefentif dan aturan protektif. Ketentuan yang bersifat prefentif pencegahan mencakup hal-hal yang bersifat teknis yang
sengaja diadakan untuk membentengi krisis dengan cara monitoring manajemen bank, kecukupan modal, solvensi likuiditas, serta batas
maksimum pemberian kredit. Ketentuan bersifat protektif bermaksud untuk memberikan perlindungan kepada bank terutama pada saat krisis mengancam
seperti fasilitas pinjaman dari bank sentral lender of last resort. Ketentuan- ketentuan yang bersifat prefentif dan protektif tersebut telah diakomodasikan
dalam Undang-Undang Perbankan yang merupakan sisi dasar “Aspek Hukum Implementasi Prinsip Kehati-hatian” perbankan di Indonesia, sebagaimana
yang terdapat dalam surat edaran BI No. 912DPNP tentang Pelaksanaan GCG yang mengandung asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi dan kewajaran.
3. Aspek Hukum Prinsip Kehati-hatian pada Perbankan di Indonesia
a. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
212
211
Ross Cranstone, op. cit, hal 11.
212
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 29 ayat 2, Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Selanjutnya pada penjelasan Pasal 29 menegaskan bahwa Bank Indonesia diberi kewenangan, tanggung
jawab dan kewajiban secara utuh melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank dengan menempuh upaya baik yang
bersifat prefentif maupun represif. Dipihak lain, bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam rangka menjamin
terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Dengan demikian jelaslah pengelolaan dan pengawasan bank diamanahkan oleh undang-undang, maka wajib dilakukan dengan
memegang teguh prinsip-prinsip kehati-hatian. Adapun institusi yang bertanggung jawab dalam membina dan mengawasi bank agar
menerapkan prinsip kehati-hatian tersebut adalah Bank Indonesia, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 29 1 Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan. b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
213
213
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah Pasal 7, dan untuk mencapai tujuan sebagaimana
dimaksud maka di dalam Pasal 8 diuraikan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas: 1 menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
2 mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan 3 mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka melaksanakan tugas
mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian, dan
pelaksanaan kewenangan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia PBI sebagai diatur dalam Pasal 25 ayat 1 dan 2 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. c. PBI sebagai Standar Acuan Prinsip Kehati-hatian pada Perbankan di
Indonesia
214
Bertitik tolak dari kewenangan Bank Indonesia mengatur dan mengawasi perbankan dengan prinsip kehati-hatian dalam bentuk PBI maka
oleh Bank Indonesia telah diterbitkan PBI Nomor 84PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4600 dan Perubahan atas PBI Nomor
814PBI2006 tentang Perubahan Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum
214
Peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006 tentang Pelaksanaan GCG dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 814PBI2006 tentang perubahan PBI 84PBI2006 serta Surat Edaran BI
Nomor 912DPNP Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 460 yang ketentuan
pelaksanaannya diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia SEBI Nomor 912DPNP tanggal 30 Mei 2007.
215
Berdasarkan ketentuan PBI tentang pelaksanaan GCG dan SEBI dimaksud ada beberapa hal-hal penting yang
sangat mendasar yaitu : 1 Bahwa Dewan Komisaris dan Direksi memegang peranan yang
sangat penting dalam menciptakan GCG dalam upaya memperkuat industri perbankan nasional, dan hubungan kerja Dewan Komisaris
dengan Direksi dilandasi hubungan check and balances yang tujuan akhirnya untuk kemajuan dan kesehatan bank.
2 Peningkatan kualitas pelaksanaan GCG perlu dilaksanakan karena risiko dan tantangan yang dihadapi bank, baik dari sisi intern
maupun ekstern, semakin banyak dan kompleks. Secara internal, dewan Komisaris dan Direksi diharapkan mampu bertindak
sebagai panutan role model dan motor penggerak agar bank secara keseluruhan menerapkan prinsip GCG secara optimal.
3 Pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar. Pertama, transparansi
transparency yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi
215
Sukrisno Agoes, dkk, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009, hal. 118
Universitas Sumatera Utara
material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas accountability yaitu kejelasan
fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga, pertanggung-
jawaban responsibility yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi independency yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa
pengaruhtekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran fairness yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar tersebut di atas, maka bank harus berpedoman pada berbagai ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan pelaksanaan GCG.
4 Dalam pelaksanaan GCG tersebut diperlukan keberadaan Komisaris Independen dan Pihak Independen. Keberadaan pihak-
pihak independen tersebut diharapkan selain dapat menciptakan check and balance, juga menghindari benturan kepentingan
conflict of interest dalam pelaksanaan tugasnya serta melindungi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan stakeholders, khususnya pemilik dan pemegang saham minoritas.
5 Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan GCG, bank diwajibkan secara berkala melakukan self assesment
secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan GCG, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam
implementasinya, bank dapat segera menerapkan rencana tindakan action plan yang meliputi tindakan korektif corrective action
yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1 Standar Acuan Prinsip Kehati-hatian
P
Dari seluruh ketentuan perbankan tersebut maka yang dijadikan standar acuan prinsip kehati-hatian adalah:
1. Transparansi 2. Akuntabilitas
3. Responsibilitas 4. Independensi
5. Kewajaran UU No. 10 Th.
1998 Ttg Perbankan
Psl 29 2 wajib kelola sesuai
prinsip kehati
Penjelasan Psl 29 Kelola Bank
sesuai prinsip UU No. 23 Th.
1999 Ttg Bank
Psl 25 1 wewenang
tetapkan peraturan
Psl 252 Pelaksanaan
wenang dg
P R I N S I P KEHATI-HATIAN
PBI No. 16PBI1999 Memastikan
pelaksanaan prinsip kehati-hatian oleh Dir.
PBI No. 84PBI2006 ttg
GCG
SE BI No. 912DPNP ttg
Pelaksanaan GCG
Universitas Sumatera Utara
4. Pengertian Compliance kepatuhan